SANTET KIRIMAN MADU

SANTET KIRIMAN MADU

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-20
Oleh:  Ria AbdullahTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
22Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Aku tidak mengerti tiba-tiba tubuhku lemah, aku sering merasa sakit kepala dan letih sepanjang hari, kangen aku berhalusinasi melihat berbagai makhluk halus di sekitar rumahku tapi aku masih tidak percaya. sampai aku ke dokter dan dokter menyatakan tidak terjadi apa-apa dengan tubuh atau mentalku. belakangan, aku mengunjungi suamiku ke tempat dia bekerja, situasinya yang bekerja di luar kota membuat kami jarang berjumpa, begitu aku tiba di messnya dan mendapati dia tinggal bersama seorang wanita, lahan aku mulai menyadari bahwa wanita itu telah mengirimkan sesuatu yang jahat ke dalam rumahku dan membuat tubuhku mulai sakit.

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. pusing

Ingatlah wahai Para Suami, perbuatan curang kalian bisa jadi membawa petaka bagi orang-orang yang kalian cintai.

**

Dalam hidup ini, aku tak pernah menginginkan banyak hal kecuali kedamaian dan ketentraman. Hidupku tenang bersama kedua putra dan putriku. Suamiku Mas Ilham pria bersahaja yang penuh kasih sangat perhatian dan selalu menghujani kami dengan kasih sayang.

Hingga suatu hari kejutan-kejutan datang silih berganti membuatku terhenyak dan hampir tak mempercayai kenyataan.

***

Sejak suamiku berpindah tugas ke luar kota, aku merasa kerap bermimpi buruk dan mendapatkan firasat yang tak nyaman. Mimpi dikejar anjing, bermimpi kehilangan pakaian bahkan mimpi meninggal. Tadinya kupikir itu hanya kelebatan bunga tidur yang sama sekali tidak bermakna, tapi lama-kelamaan, apalagi kejadian itu berulang-ulang, membuatku kembali memikirkannya.

Ditengarai rasa khawatir itu juga, kuhubungi Mas Ilham di seberang sana.

"Mas, Minggu ini jadi pulang?" tanyaku sambil memangku si kecil yang sedang memainkan bonekanya.

"Insyallah, Sayang, aku usahakan."

"Si adik mana?" tanya Mas Ilman.

"Ada nih, lagi main boneka," jawabku.

"Kakak, mana?" lanjutnya.

"Kakak keluar, Mas. Main bola sama temannya."

"Ingatkan si Kakak, kedua anak kita untuk tak melupakan ibadahnya," kata suamiku dengan penuh kelembutan dari seberang sana.

"Iya, Mas. Insyaallah, aku akan selalu menjaga amanah serta pesannya, Mas."

"Terima kasih, Sayang."

Klik

Sambungan tertutup lalu aku kembali pada kesibukanku sehari-hari. Menjadi Ibu rumah tangga yang 24 jam di rumah, ditambah masa pandemi yang membuat kita tak mau tak mau di rumah saja untuk menjaga jarak dan memutus mata rantai penyebaran virus yang sedang mewabah.

Seusai aku mengurus ketika anakku, dan menyiapkan makanan, biasanya aku akan langsung duduk di depan komputer, melanjutkan editan tulisan yang akan kuposting di blog pribadi milikku.

Aku memang menyukai dunia tulis menulis dan karena itu, selain menyalurkan hobi,. Aku bisa menambah pemasukan dari gaji onlineku itu. Alhamdulillah, Allah selalu mempermudah hidupku sejauh ini.

Anak-anakku, Riska dan Azka, adalah anak-anak manis yang penurut, yang sulung berada di kelas lima SD sedang yang Bungsu di kelas dua SD, mereka sejak kecil kudidik dengan kedisiplinan dan ketaatan beribadah sehingga ketika mereka berumur 5 tahun, mereka sudah mengerti tentang aturan jadwal belajar dan menunaikan kewajiban kepada Sang pencipta.

.

Ketika sedang asyik mengetik artikel ulasan kuliner tiba-tiba aku merasa mataku berkunang-kunang dan seketika saja dunia rasanya seperti dibalikkan.

**

Kubuka mata dan kudapati kedua anakku menatap dengan penuh kekhawatiran.

"Bunda, Bunda kenapa?" tanya Riska.

"Bunda kok jatuh, aku coba panggil tetangga tapi gak ada yang di rumah, semuanya bekerja, Bunda kenapa?" lanjut si sulung.

"Gak kenapa-kenapa Sayang, mungkin bunda kelelahan, tidur sebentar nanti juga ilang, sakitnya," jawabku menenangkan sambil membelai rambut mereka bergantian.

,Aku udah telepon Ayah, kebetulan ayah bilang sore nanti mau pulang," kata Azka.

"Pinter kamu, Nak. Tapi lain kali, jangan telepon Ayah dulu, kecuali keadaan sudah terdesak, takut Ayah khawatir dan pekerjaannya terganggu," kataku lembut.

"Baik, Bunda."

Ku kecup kening mereka bergantian dan aku segera berusaha bangkit namun entah kenapa ketika hendak bangkit tiba-tiba kepalaku kembali terasa berat, pandagan mataku kembali berputar-putar, tungkaiku lemas dan tiba-tiba ada sensasi rasa mual sekaligus ingin buang air besar yang tak tertahan. Aku kembali ambruk di lantai yang sontak saja membuat anakku menjerit panik dan menghambur kembali padaku.

Sayup-sayup kudengar mereka menangis, memangil Bunda, lamat-lamat pandanganku buram lalu gelap setelahnya.

*

Perlahan kubuka mata, dan kusadari hari telah gelap. Aku bangkit perlahan, namun serangan rasa sakit di kepala kembali mendera. Sehingga aku terpaksa kembali merebahkan diri.

"Kamu sudah siuman, Bunda?" Suamiku rupanya sudah kembali dari luar kota.

"Alhamdulillah, Mas. Mas udah kembali, sejak kapan?"

"Sejak sore tadi, Sayang, aku sudah menghubungi bidan dan memintanya datang memeriksamu," kata Mas Ilham.

Tak lama kemudian pintu rumah kami diketuk dan seorang bidan diantar masuk ke kamar lima menit kemudian.

"Bagaimana keadaan Ibu? Apa yang menjadi keluhan?"

"Saya tak mengerti, Bu. Tiba-tiba sakit kepala, lemas, mual dan saya kehilangan kesadaran."

"Mungkin Ibu telat makan atau pengaruh asam lambung," katanya.

"Tidak Bu. Saya selalu menjaga pola makan teratur dan asupan gizi sangat saya perhatikan, terlebih lagi saya punya anak."

"Apakah akhir-akhir Ini sering bergadang?"

"Tidak juga, Bu. Saya membatasi waktu kerja saya, sampai jam setengah sembilan saja," jawabku.

Ia memeriksa denyut jantung dan mengukur tekanan darahku.

"Ini normal, Bu. 120," katanya.

"Lantas saya kenapa, Bu Bidan."

"Saya akan memberikan Ibu obat Vertigo, dan pereda asam lambung Ibu minum yang teratur ya," katanya sambil merogoh tas lalu mengeluarkan beberapa strip obat.

"Terima kasih, Bu."

"Sama-sama," ujarnya yang lalu mohon diri pamit karena hari telah malam.

*

Mas llham datang membawakan nampan berisi bubur hangat yang entah ia bawa dari mana.

"Makan dulu, Bun," katanya sambil meletakkan piring-piring itu di hadapanku.

"Makasih, tapi beli bubur di mana, Yah?"

"Aku pesan di Gojek," jawabnya sambil tertawa lalu mengaduk bubur dan mulai menyuapkannya padaku.

Ku terima suapan suamiku dengan hati bahagia dan terharu, aku bersyukur karena ia adalah imam yang penuh perhatian dan pengertian.

"Aku ingin kamu cepat sembuh sayang, kalo kamu sakit, anak-anak kita siapa yang mengurusnya, kamu tahu, Kan, kali aku harus berangkat lagi besok?" Katanya sambil terus menyuapiku.

"Bukannya besok Sabtu, Mas? Seharusnya Mas kan baliknya Minggu," imbuhku pelan.

"Ada teman yang mengundurkan diri sehingga mau tak mau aku harus menggantikan semua tugasnya sementara," jawab Mas Ilham.

"Aku khawatir, aku belum bisa sembuh secepatnya, dan itu akan membuat semuanya tidak terurus."

"Karena itu, ayo makan yang banyak, minum obat lalu tidurlah," tambahnya lalu menyodorkanku obat dan segelas air putih.

Ia meninggalkanku dan terdengar menjawab ponselnya, memang sejak tadi ia mulai menyuapiku ponsel itu terus berdering. Ia terdengar berbicara lama, memberi alasan jika aku sedang sakit dan kedengaran percakapan itu rumit, seolah Mas Ilham dipaksa kembali secepatnya..

"Iya, aku ngerti, mengertilah, bentar lagi, ya."

"Iya, aku janji ...."

Entah dengan siapa Mas Ilham bicara.

"Siapa Mas?" tanyaku ketika ia telah selesai menelepon.

"Eh, anu ...." Ada jeda dalam ucapannya.

"Apa Mas?"

"Itu teman kerja," jawabnya yang langsung saja berlalu sebelum aku menyelesaikan ucapanku.

Terdengar ponsel itu berdering kembali dan Mas Ilham memilih keluar rumah untuk menjawab panggilan tersebut.

Kuintip sikap mencurigakannya dari balik kaca jendela, ia terlihat mondar mandir memberi penjelasan, terlihat bingung juga gusar dengan lawan bicaranya.

"Iya, aku ngerti, sabar ya, aku pasti kembali." Begitu lamat-lamat kudengar ucapannya.

"Siapa yang berbicara pada Mas Ilham malam-malam begini, apakah sebegitu rumitnya aturan kerja sehingga malam-malam harus menelepon untuk mengingatkan? Siapa atasan yang super cerewet seperti itu." Begitu batinku berfikir.

"Siapa sih, Mas. Kok nelpon terus?" tanyaku ketika ia mendatangiku di kamar lalu merebahkan diri di sampingku.

"Itu atasanku," jawabnya singkat.

"Kok kelihatan rumit banget sih, bukannya ini jadwal liburnya Mas."

"Iya, kaki ini kepala bagian kantorku seorang wanita Bunda, sehingga ia sangat sensitif," jawab Mas Ilham sambil tertawa.

Aku agak miris mendengarnya namun selipan doa tak lupa kubacakan dalam hati semoga suamiku dan tugasnya baik-baik saja menghadapai Bos seperti demikian.

Tengah malam ponsel itu berdering. Mas Ilham yang sudah tertidur pulas tidak menyadari bunyi gawainya.

Sehingga aku beringsut untuk menggeser layar dan membuka pesan yang sejak tadi berdenting di benda pipih itu.

Rentetan pesan yang membuatku seketika membulatkan mata dan menimbulkan sesak demikian berat di dalam dada, tatapan mataku kemudian mengabur oleh air mata membaca baris demi baris pesan W******p wanita berambut panjang dan berhidung mancung itu, ia terlihat seksi dengan baju merah yang menonjolkan bentuk depan bagian tubuhnya.

[ Mas ini gak adil, harusnya kamu sama aku Minggu ini ]

[Aku gak mau, Mas ] dengan emoji menangis.

[Beritahu istrimu, aku juga sama posisinya dengannya. ]

[Aku akan sabar menunggu, tapi jika tidak aku akan menemuinya ]

Dan masih banyak lagi pesan ke bawahnya. Lebih penasaran kugeser pesan itu keatas dan kudapati banyak photo-photo mesra mereka yang dikirim wanita itu ke nomor suamiku sebagai pengingat kenangan dan cinta mereka.

Allah ....

Air mataku meluncur seketika, hatiku yang tadinya diliputi damai dan tentram diperhatikan suami sendiri mendadak seperti digelayuti kegelapan yang tak sedikitpun menemukan titik terang. Aku menangis, aku terluka,. Aku kecewa dan tidak menyangka.

Rasa kecewaku menyeruak, amarahku bergejolak menumpuk, menggunung dan siap meledak kapan saja pada Mas Ilham.

Hanya satu yang sungguh ingin ku ketahui, sejak kapan ini terjadi?.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Faisalicious
Keren banget thor ceritanya! Semangat nulisnya ya.... Jangan lupa buat tinggalin jejak juga ya di novel terbaruku, judulnya TULANG SUCI NAGA ABADI
2025-05-26 19:59:18
0
22 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status