SANTET KIRIMAN MADU

SANTET KIRIMAN MADU

last updateLast Updated : 2025-05-07
By:  Ria AbdullahUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
33views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aku tidak mengerti tiba-tiba tubuhku lemah, aku sering merasa sakit kepala dan letih sepanjang hari, kangen aku berhalusinasi melihat berbagai makhluk halus di sekitar rumahku tapi aku masih tidak percaya. sampai aku ke dokter dan dokter menyatakan tidak terjadi apa-apa dengan tubuh atau mentalku. belakangan, aku mengunjungi suamiku ke tempat dia bekerja, situasinya yang bekerja di luar kota membuat kami jarang berjumpa, begitu aku tiba di messnya dan mendapati dia tinggal bersama seorang wanita, lahan aku mulai menyadari bahwa wanita itu telah mengirimkan sesuatu yang jahat ke dalam rumahku dan membuat tubuhku mulai sakit.

View More

Chapter 1

1. pusing

Ingatlah wahai Para Suami, perbuatan curang kalian bisa jadi membawa petaka bagi orang-orang yang kalian cintai.

**

Dalam hidup ini, aku tak pernah menginginkan banyak hal kecuali kedamaian dan ketentraman. Hidupku tenang bersama kedua putra dan putriku. Suamiku Mas Ilham pria bersahaja yang penuh kasih sangat perhatian dan selalu menghujani kami dengan kasih sayang.

Hingga suatu hari kejutan-kejutan datang silih berganti membuatku terhenyak dan hampir tak mempercayai kenyataan.

***

Sejak suamiku berpindah tugas ke luar kota, aku merasa kerap bermimpi buruk dan mendapatkan firasat yang tak nyaman. Mimpi dikejar anjing, bermimpi kehilangan pakaian bahkan mimpi meninggal. Tadinya kupikir itu hanya kelebatan bunga tidur yang sama sekali tidak bermakna, tapi lama-kelamaan, apalagi kejadian itu berulang-ulang, membuatku kembali memikirkannya.

Ditengarai rasa khawatir itu juga, kuhubungi Mas Ilham di seberang sana.

"Mas, Minggu ini jadi pulang?" tanyaku sambil memangku si kecil yang sedang memainkan bonekanya.

"Insyallah, Sayang, aku usahakan."

"Si adik mana?" tanya Mas Ilman.

"Ada nih, lagi main boneka," jawabku.

"Kakak, mana?" lanjutnya.

"Kakak keluar, Mas. Main bola sama temannya."

"Ingatkan si Kakak, kedua anak kita untuk tak melupakan ibadahnya," kata suamiku dengan penuh kelembutan dari seberang sana.

"Iya, Mas. Insyaallah, aku akan selalu menjaga amanah serta pesannya, Mas."

"Terima kasih, Sayang."

Klik

Sambungan tertutup lalu aku kembali pada kesibukanku sehari-hari. Menjadi Ibu rumah tangga yang 24 jam di rumah, ditambah masa pandemi yang membuat kita tak mau tak mau di rumah saja untuk menjaga jarak dan memutus mata rantai penyebaran virus yang sedang mewabah.

Seusai aku mengurus ketika anakku, dan menyiapkan makanan, biasanya aku akan langsung duduk di depan komputer, melanjutkan editan tulisan yang akan kuposting di blog pribadi milikku.

Aku memang menyukai dunia tulis menulis dan karena itu, selain menyalurkan hobi,. Aku bisa menambah pemasukan dari gaji onlineku itu. Alhamdulillah, Allah selalu mempermudah hidupku sejauh ini.

Anak-anakku, Riska dan Azka, adalah anak-anak manis yang penurut, yang sulung berada di kelas lima SD sedang yang Bungsu di kelas dua SD, mereka sejak kecil kudidik dengan kedisiplinan dan ketaatan beribadah sehingga ketika mereka berumur 5 tahun, mereka sudah mengerti tentang aturan jadwal belajar dan menunaikan kewajiban kepada Sang pencipta.

.

Ketika sedang asyik mengetik artikel ulasan kuliner tiba-tiba aku merasa mataku berkunang-kunang dan seketika saja dunia rasanya seperti dibalikkan.

**

Kubuka mata dan kudapati kedua anakku menatap dengan penuh kekhawatiran.

"Bunda, Bunda kenapa?" tanya Riska.

"Bunda kok jatuh, aku coba panggil tetangga tapi gak ada yang di rumah, semuanya bekerja, Bunda kenapa?" lanjut si sulung.

"Gak kenapa-kenapa Sayang, mungkin bunda kelelahan, tidur sebentar nanti juga ilang, sakitnya," jawabku menenangkan sambil membelai rambut mereka bergantian.

,Aku udah telepon Ayah, kebetulan ayah bilang sore nanti mau pulang," kata Azka.

"Pinter kamu, Nak. Tapi lain kali, jangan telepon Ayah dulu, kecuali keadaan sudah terdesak, takut Ayah khawatir dan pekerjaannya terganggu," kataku lembut.

"Baik, Bunda."

Ku kecup kening mereka bergantian dan aku segera berusaha bangkit namun entah kenapa ketika hendak bangkit tiba-tiba kepalaku kembali terasa berat, pandagan mataku kembali berputar-putar, tungkaiku lemas dan tiba-tiba ada sensasi rasa mual sekaligus ingin buang air besar yang tak tertahan. Aku kembali ambruk di lantai yang sontak saja membuat anakku menjerit panik dan menghambur kembali padaku.

Sayup-sayup kudengar mereka menangis, memangil Bunda, lamat-lamat pandanganku buram lalu gelap setelahnya.

*

Perlahan kubuka mata, dan kusadari hari telah gelap. Aku bangkit perlahan, namun serangan rasa sakit di kepala kembali mendera. Sehingga aku terpaksa kembali merebahkan diri.

"Kamu sudah siuman, Bunda?" Suamiku rupanya sudah kembali dari luar kota.

"Alhamdulillah, Mas. Mas udah kembali, sejak kapan?"

"Sejak sore tadi, Sayang, aku sudah menghubungi bidan dan memintanya datang memeriksamu," kata Mas Ilham.

Tak lama kemudian pintu rumah kami diketuk dan seorang bidan diantar masuk ke kamar lima menit kemudian.

"Bagaimana keadaan Ibu? Apa yang menjadi keluhan?"

"Saya tak mengerti, Bu. Tiba-tiba sakit kepala, lemas, mual dan saya kehilangan kesadaran."

"Mungkin Ibu telat makan atau pengaruh asam lambung," katanya.

"Tidak Bu. Saya selalu menjaga pola makan teratur dan asupan gizi sangat saya perhatikan, terlebih lagi saya punya anak."

"Apakah akhir-akhir Ini sering bergadang?"

"Tidak juga, Bu. Saya membatasi waktu kerja saya, sampai jam setengah sembilan saja," jawabku.

Ia memeriksa denyut jantung dan mengukur tekanan darahku.

"Ini normal, Bu. 120," katanya.

"Lantas saya kenapa, Bu Bidan."

"Saya akan memberikan Ibu obat Vertigo, dan pereda asam lambung Ibu minum yang teratur ya," katanya sambil merogoh tas lalu mengeluarkan beberapa strip obat.

"Terima kasih, Bu."

"Sama-sama," ujarnya yang lalu mohon diri pamit karena hari telah malam.

*

Mas llham datang membawakan nampan berisi bubur hangat yang entah ia bawa dari mana.

"Makan dulu, Bun," katanya sambil meletakkan piring-piring itu di hadapanku.

"Makasih, tapi beli bubur di mana, Yah?"

"Aku pesan di Gojek," jawabnya sambil tertawa lalu mengaduk bubur dan mulai menyuapkannya padaku.

Ku terima suapan suamiku dengan hati bahagia dan terharu, aku bersyukur karena ia adalah imam yang penuh perhatian dan pengertian.

"Aku ingin kamu cepat sembuh sayang, kalo kamu sakit, anak-anak kita siapa yang mengurusnya, kamu tahu, Kan, kali aku harus berangkat lagi besok?" Katanya sambil terus menyuapiku.

"Bukannya besok Sabtu, Mas? Seharusnya Mas kan baliknya Minggu," imbuhku pelan.

"Ada teman yang mengundurkan diri sehingga mau tak mau aku harus menggantikan semua tugasnya sementara," jawab Mas Ilham.

"Aku khawatir, aku belum bisa sembuh secepatnya, dan itu akan membuat semuanya tidak terurus."

"Karena itu, ayo makan yang banyak, minum obat lalu tidurlah," tambahnya lalu menyodorkanku obat dan segelas air putih.

Ia meninggalkanku dan terdengar menjawab ponselnya, memang sejak tadi ia mulai menyuapiku ponsel itu terus berdering. Ia terdengar berbicara lama, memberi alasan jika aku sedang sakit dan kedengaran percakapan itu rumit, seolah Mas Ilham dipaksa kembali secepatnya..

"Iya, aku ngerti, mengertilah, bentar lagi, ya."

"Iya, aku janji ...."

Entah dengan siapa Mas Ilham bicara.

"Siapa Mas?" tanyaku ketika ia telah selesai menelepon.

"Eh, anu ...." Ada jeda dalam ucapannya.

"Apa Mas?"

"Itu teman kerja," jawabnya yang langsung saja berlalu sebelum aku menyelesaikan ucapanku.

Terdengar ponsel itu berdering kembali dan Mas Ilham memilih keluar rumah untuk menjawab panggilan tersebut.

Kuintip sikap mencurigakannya dari balik kaca jendela, ia terlihat mondar mandir memberi penjelasan, terlihat bingung juga gusar dengan lawan bicaranya.

"Iya, aku ngerti, sabar ya, aku pasti kembali." Begitu lamat-lamat kudengar ucapannya.

"Siapa yang berbicara pada Mas Ilham malam-malam begini, apakah sebegitu rumitnya aturan kerja sehingga malam-malam harus menelepon untuk mengingatkan? Siapa atasan yang super cerewet seperti itu." Begitu batinku berfikir.

"Siapa sih, Mas. Kok nelpon terus?" tanyaku ketika ia mendatangiku di kamar lalu merebahkan diri di sampingku.

"Itu atasanku," jawabnya singkat.

"Kok kelihatan rumit banget sih, bukannya ini jadwal liburnya Mas."

"Iya, kaki ini kepala bagian kantorku seorang wanita Bunda, sehingga ia sangat sensitif," jawab Mas Ilham sambil tertawa.

Aku agak miris mendengarnya namun selipan doa tak lupa kubacakan dalam hati semoga suamiku dan tugasnya baik-baik saja menghadapai Bos seperti demikian.

Tengah malam ponsel itu berdering. Mas Ilham yang sudah tertidur pulas tidak menyadari bunyi gawainya.

Sehingga aku beringsut untuk menggeser layar dan membuka pesan yang sejak tadi berdenting di benda pipih itu.

Rentetan pesan yang membuatku seketika membulatkan mata dan menimbulkan sesak demikian berat di dalam dada, tatapan mataku kemudian mengabur oleh air mata membaca baris demi baris pesan W******p wanita berambut panjang dan berhidung mancung itu, ia terlihat seksi dengan baju merah yang menonjolkan bentuk depan bagian tubuhnya.

[ Mas ini gak adil, harusnya kamu sama aku Minggu ini ]

[Aku gak mau, Mas ] dengan emoji menangis.

[Beritahu istrimu, aku juga sama posisinya dengannya. ]

[Aku akan sabar menunggu, tapi jika tidak aku akan menemuinya ]

Dan masih banyak lagi pesan ke bawahnya. Lebih penasaran kugeser pesan itu keatas dan kudapati banyak photo-photo mesra mereka yang dikirim wanita itu ke nomor suamiku sebagai pengingat kenangan dan cinta mereka.

Allah ....

Air mataku meluncur seketika, hatiku yang tadinya diliputi damai dan tentram diperhatikan suami sendiri mendadak seperti digelayuti kegelapan yang tak sedikitpun menemukan titik terang. Aku menangis, aku terluka,. Aku kecewa dan tidak menyangka.

Rasa kecewaku menyeruak, amarahku bergejolak menumpuk, menggunung dan siap meledak kapan saja pada Mas Ilham.

Hanya satu yang sungguh ingin ku ketahui, sejak kapan ini terjadi?.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
1. pusing
Ingatlah wahai Para Suami, perbuatan curang kalian bisa jadi membawa petaka bagi orang-orang yang kalian cintai.**Dalam hidup ini, aku tak pernah menginginkan banyak hal kecuali kedamaian dan ketentraman. Hidupku tenang bersama kedua putra dan putriku. Suamiku Mas Ilham pria bersahaja yang penuh kasih sangat perhatian dan selalu menghujani kami dengan kasih sayang.Hingga suatu hari kejutan-kejutan datang silih berganti membuatku terhenyak dan hampir tak mempercayai kenyataan.***Sejak suamiku berpindah tugas ke luar kota, aku merasa kerap bermimpi buruk dan mendapatkan firasat yang tak nyaman. Mimpi dikejar anjing, bermimpi kehilangan pakaian bahkan mimpi meninggal. Tadinya kupikir itu hanya kelebatan bunga tidur yang sama sekali tidak bermakna, tapi lama-kelamaan, apalagi kejadian itu berulang-ulang, membuatku kembali memikirkannya.Ditengarai rasa khawatir itu juga, kuhubungi Mas Ilham di seberang sana."Mas, Minggu ini jadi pulang?" tanyaku sambil memangku si kecil yang sedan
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more
2. lupa
Kutatap wajah suamiku dengan bibir bergetar dan air mata yang terus berderai dalam pulas wajah damainya ia menyimpan rahasia yang aku tidak pernah sangka sebelumnya aku akan tidak percaya dengan kenyataan bahwa ia memiliki wanita lain yang ia cintai dalam hidupnya.Kapan ia sempat melakukan itu, sementara semua waktunya ia habiskan untuk bekerja di waktu luang, setahuku ia selalu pulang kerumah dan menghabiskan waktu istirahatnya dengan berkumpul dengan anak dan istrinya. Kami terlihat bahagia dan seperti keluarga yang sempurna, tidak pernah ada yang kurang atau ada perselisihan. Jadi tidak pernah terbesit sedikit pun kecurigaan.Kupeluk kakiku sendiri sambil mengumpulkan serpihan hati yang berkeping-keping beberapa saat lalu, aku sungguh hancur menyaksikan kenyataan pahit ini.Teringat kembali pada semua foto-foto yang tadi kulihat, bagaimana mungkin Mas Ilham tega membagi semua kasih sayang dan sentuhannya terhadap wanita itu, wanita yang memakai baju hitam di photonya, masih m
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more
3. pocong
Adzan subuh berkumandang, menyadarkan akan matahari akan segera menyapa waktu kami.Kubangkitkan tubuh, mengumpulkan segenap tenaga dan kesadaran lalu beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri dan menghamparkan sejadah, bersujud dan memohon pertolongan Allah, atas apa yang telah terjadi di dalam keluargaku.Seusai beribadah aku menuju dapur dan mulai menanjak nasi di magic com, kukeluarkan telur dan sosis dari kulkas untuk menyiapkan telur asam manis kesukaan Mas Ilham.Selesai dengan pekerjaan di dapur aku mengambil sapu dan memulai ritua bersih-bersih rumah sembari memanggil Putra putriku agar mereka segera bangun shalat dan bersiap ke sekolah.Tak ingin bergelut lama dalam kesedihan aku memutuskan untuk menahan diri untuk melihat sejauh mana suamiku akan mengambil sikap dan memberiku keadilan yang pantas kudapatkan.Tak lama kemudian Mas Ilham sudah selesai shalat dan menemuiku di halaman depan."Rahma ... Kamu ...." Ia terlihat ingin mengajakku bicara tapi diurungkannya. Aku me
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more
4. buhul
Dengan kengerian dan rasa masih terkejut kuremas benda yang ada di genggaman tangan dengan perasaan sedih, heran, ingin tahu dan murka."Siapa gerangan yang telah tega meletakkan teluh jahat berupa santet untuk penghuni rumah ini?" Jiwaku bersenandika.Siapa yang telah berani meletakkan benda keji bermuatan iblis di dalam pot bunga, betapa nekat dan beraninya dia melakukan itu.Namun, yang lebih ingin kuketahui siapa dalang dibalik semua ini? Apakah mungkin wanita yang menjalin hubungan dengan suamiku, atau segelintir orang yang merasa iri dengan kebahagiaan keluarga kami. Seingatku, aku tak memiliki musuh atau kawan berselisih paham. Hidupku aman dan semuanya baik-baik saja.Pantas saja, akhir-akhir ini kurasakan hawa rumah ini sedikit berbeda, bawaannya selalu panas dan tidak nyaman, mudah gerah dan ingin marah tanpa alasan.Belum lagi deraan rasa sakit yang kian menjadi-jadi sepanjang waktu, apalagi ditambah keterangan dokter yang mengatakann jika aku baik-baik saja."Apakah penga
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more
5. sihir
🌺🌺Selepas hilangnya buhul sihir itu, aku merasa sakit kepala lumayan ringan, Mas Ilham mulai kembali ke tempat kerjanya sedang anak-anakku seperti biasa sibuk dengan rutinitas mereka, sekolah dan aneka kegiatan ekstra lainnya.Aku lupa belum menanyakan lagi tentang wanita itu, dengan Mas Ilham, aku harus menunggu situasi kondusif untuk mendiskusikan masalah poligami suamiku secepatnya.Kulirik jam menunjukkan pukul delapan pagi, menurutku jam seperti ini Mas Ilham belum turun ke lokasi proyek, mungkin masih di asrama maka akan kucoba untuk meneleponnya.Ponselnya berdering dan nada sambung lantunan ayat suci menyambungkan antara kami berdua."Halo," sebuah suara yang menyentak pendengaran dan membuatku terkesiap."Kamu istrinya kan?" Ucapku menahan perasaaan."Iya, aku Alissa," jawabnya."Dengar Alissa, aku mau biacra pada Mas Ilham.""Dia lagi mandi," jawabnya kasar.Mungkin semalam suamiku tidur di rumahnya dan mereka berdua .... Ah, aku benci pikiranku"Ini ponsel Mas Ilham ka
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more
6.
Mendapati aku memergoki mereka berdua di asrama berduaan, Mas Ilham menjadi sangat terperanjat dan salah tingkah. Ia gelagapan dan panik melihatku mematung menatapnya dan anaknya melihatnya dengan heran."Ayah siapa dia? tanya si sulung azka."Kok ada di kamar ayah?" ujar RiskaMas Ilham mendatangiku dan mencoba merangkul bahuku dan membujukku,"Rahma, kita, bicara sebentar ya," ujarnya pelan.Aku menatap wajahnya dengan air mata berlinang, mencoba mengerti mengapa santainya ia yang tanpa dosa membujukku, sedang istrinya itu masih berdiri dengan menyilangkan tangan di dada dengan angkuhnya, sebuah anting anting panjang ia kenakan yang kutangkap familiar dengan milikku."Mas, apakah anting itu adalah ...." Aku ragu mengatakannya."Anu ... Rahma.""Apakah benar itu antingku," aku bangkit dan menghampiri wanita itu."Apakah Mas kami Ilhamam yang belikan untukmu?""Iya, kenapa?" Ujarnya culas."Astaghfirullahhallazim, Mas, kenapa Mas tega mengambil antingku yang Mas berikan untuk mahar
last updateLast Updated : 2025-04-27
Read more
7
Wanita itu menangis meraung-raung, ia tidak terima karena aku telah mendorongnya akan yang lebih membuat Ia sakit hati adalah sikap suamiku dan suaminya yang terlihat bingung Danbo yang harus memilih satu diantara kami ia merenung dengan harapan agar Mas Ilham berkenan memeluknya dan membela dia Lalu mengusirku dari tempat itu tapi kenyataannya masih lama terlihat kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa. aku dan Riska saling memeluk dan juga bertangisan, suasana kami yang menangis saling bersahut-sahutan membuat beberapa tetangga asramanya berkumpul dan merasa penasaran. Sehingga mereka menyusul dan memeriksa keadaan kami, alangkah terkejutnya mereka mendapati pemandangan yang sangat menyedihkan di dalam kamar Mas Ilham, terlihat kini mereka mafhum apa yang memicu keributan ini. "Wah ada wanita kedua ...," Ujar satu dari mereka. "Iya pelakor ... Ada pelakor," ujar salah satu wanita yang lain yang mungkin adalah istri dari tetangga Mas Ilham, yang tentu saja membuat Alissa se
last updateLast Updated : 2025-04-30
Read more
8
Happy reading 🌺Semua ketika akhirnya memilih bertemu sedang suamiku lebih suka membisu. Dalam kebungkaman yaitu seolah menegaskan bahwa di samping ia memilihku wanita itu istri mudanya juga penting baginya.Bagaimana tidak akan penting jika Wanita itu telah ia terima nikahnya dengan syahadat tanggung jawab moral dan agama berada di pundak Mas Ilham. saat ini memintanya untuk bercerai menegaskan bahwa aku wanita yang tidak menerima kenyataan dan egois.Kuputuskan untuk kembali ke kotaku membawa anak-anakku karena mereka pun harus kembali ke sekolah, sedangkan suami masih bertahan di tempat kerja.Masih terngiang di telinga, tentang percakapan kami malam itu setelah berjam-jam tenggelam di dalam kebisuan."Mas ... Apa yang aku lakukan, Mas, haruskah aku melepaskanmu?""Tidak Rahma, Aku tidak ingin kita bercerai.""Aku tak bisa, kau poligami Mas.""Aku jamin kau tetap menerima utuh gajiku, Rahma.""Bukan tentang uang Mas," Sanggahku."Aku akan bertanggung jawab, berikan kesempatan jik
last updateLast Updated : 2025-05-06
Read more
9
Seminggu setelah kepulanganku dari Kota Mas Ilham tempat ia bekerja Mas Ilham semakin jarang menghubungiku sesekali ia menelepon hanya bertanya tentang kondisi Azka dan Riska saja.Terakhir kemarin ia mengirimkan uang Rp. 700.000 untuk tambahan uang jajan kedua putra-putrinya.Ingin ku telepon dia tapi hati ini masih terluka rasa kecewa yang menyayat nyayat dan sakit hati ya yang kian memperparah kondisi jiwa ini.Setelah bangun dan melakukan rutinitas membersihkan rumah tiba-tiba kepalaku mendadak sangat pusing mataku berkunang-kunang dan dunia serasa berputar. Kucoba untuk mengambil tempat duduk sambil menyandarkan kepala untuk menetralkan sensasi mual yang tiba-tiba timbul dan mengaduk-ngaduk isi lambungku."Duh apakah vertihoku kumat lagi?" Gumamku sendiri.Aku seret langkah dengan sekuat tenaga menuju kamar untuk merebahkan diri sebentar, berharap dengan sedikit beristirahat aku bisa meringankan sakit kepala ini, namun baru saja aku membuka pintu kamar tiba-tiba aku menangkap ses
last updateLast Updated : 2025-05-06
Read more
10
. ''Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.'' (QS al-Baqarah: 168).***Sudah pukul 7 malam namun mas Ilham belum juga kembali dan sampai dari kota dia bekerja anak-anak telah menikmati makan malam ini di kamar masing-masing mengerjakan PR mereka.Tadinya aku akan duduk di ruang tv sambil menikmati tayangan berita sambil menunggu suamiku kembali namun karena begitu beratnya sakit kepala sehingga aku memutuskan untuk kembali ke kamar untuk merebahkan diri saja.Ketika kubaringkan badan, ada rasa sangat sakit sekali di bagian punggung dan bahu, sedikit merasa kepanasan tapi di sisi lain tubuhku juga menggigil. Sensasi rasa gerah panas dan lengket yang tidak bisa kugambarkan tiba-tiba mendera di kamar tidurku sehingga kuputuskan untuk kembali ke ruang tengah dan berbaring di sofaaku sudah merasa sedikit tenang dan hampir terlena
last updateLast Updated : 2025-05-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status