David Smith mengerutkan kening seraya menanti apa yang akan Jordan Nelson tunjukkan kepadanya.
Jordan Nelson kemudian mengeluarkan sebuah kartu kredit warna hitam dari saku jas yang dia kenakan. "Terimalah kartu kredit ini, Tuan. Di dalamnya ada uang sebanyak tiga ratus miliar dollar," "Aku tidak butuh, Jordan," kata David menolak dengan cepat. "Tuan Dewa Iblis, tolong terimalah, jangan menolak," "Apakah ucapanku kurang jelas?" David berbicara dengan nada dingin sambil memicingkan matanya. Jordan Nelson menjadi merasa serba salah. Tapi, dia masih tetap berusaha supaya David mau menerima kartu kredit tersebut. "Tapi, Tuan Dewa Iblis, kartu ini sebenarnya bukan milikku. Seseorang telah menitipkannya kepadaku supaya memberikannya kepadamu," ucap Jordan memberikan sedikit penjelasan. "Siapa seseorang yang kau maksud?" "Aku tidak bisa menyebutkannya, Tuan. Tapi kalau Tuan mau menerima kartu kredit ini, maka dalam waktu dekat, orang tersebut pasti akan segera menemuimu," David Smith menampilkan ekspresi bingung. Dia pun merasa penasaran terkait siapakah orang yang dimaksud oleh Jordan Nelson. "Baiklah, aku akan menerimanya. Satu hal lagi, kuharap kejadian seperti hari ini tidak akan terulang lagi di kemudian hari!" "Tentu, Tuan Smith, tentu. Aku mengerti akan hal tersebut. Kalau anakku kurang ajar lagi, maka Tuan bebas melakukan apa saja kepadanya," Walaupun sebenarnya dia tidak rela jika hal itu benar-benar terjadi, tapi Jordan Nelson sadar bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Di satu sisi, dia pun sadar dengan siapakah ia berhadapan saat ini. "Bagus. Kalau begitu, aku pergi dulu," David Smith langsung membalikkan tubuh dan berjalan meninggalkan Jordan Nelson. "Tuan, apakah kau akan pulang dengan berjalan kaki?" tanyanya merasa terkejut saat melihat David tetap berjalan. "Ya, apakah ada yang salah?" "Tentu saja. Kau tidak boleh berjalan kaki, Tuan Dewa Iblis. Aku akan mengantarkanmu sampai ke rumah," Tanpa menunggu jawaban dari David Smith, Jordan Nelson langsung segera kembali dan membawa sebuah mobil mewah miliknya. Begitu tiba di sisi David, dia segera turun dari mobil dan langsung membukakan pintu. "Mari, Tuan, silahkan masuk," David Smith terdiam. Dia terlihat bimbang dengan tawaran tersebut. "Jangan khawatir, Tuan Smith. Tidak ada orang lain yang tahu tentang hal ini," kata Jordan cukup mengerti perasaan David. "Baiklah," David menjawab singkat. Kemudian dia langsung masuk ke dalam mobil. Beberapa saat kemudian, tanpa terasa mobil yang dikendarai oleh Jordan sudah hampir tiba di dekat rumah David. "Berhenti di sini, Jordan," katanya tiba-tiba. "Mengapa Tuan Dewa Iblis meminta berhenti di sini? Memangnya, rumahnya sudah dekat?" "Ya, lumayan dekat," "Kalau begitu, biar aku antarkan Tuan sampai ke depan rumah," "Tidak boleh," tegas David menolak. "Kenapa?" "Karena aku tidak ingin istriku tahu semuanya," "Baiklah," jawab Jordan seraya menghentikan mobilnya. Ketika sudah berhenti, David langsung turun dari mobil hitam mewah itu. "Terima kasih, Jordan," "Tuan tidak perlu mengucapkan kata-kata itu. Semua ini sudah menjadi kewajibanku," katanya penuh hormat. David Smith hanya mengangguk. Tanpa berkata apapun lagi dia langsung pergi meninggalkan Jordan. Setelah sampai di rumah, David segera membukakan pintu. Kebetulan, saat pintunya tidak terkunci. "Luna, kau belum tidur?" David Smith cukup terkejut ketika melihat Luna yang sedang duduk di ruang tamu. "Aku tidak bisa tidur," jawab Luna dengan singkat. "Mengapa, istriku?" tanyan David lebih lanjut sambil mendekat ke arahnya. "Mengapa, katamu? Kau bahkan masih berani bertanya seperti itu? Apakah kau sedang pura-pura tidak tahu, atau memang kau ini tidak punya otak?" Kemarahan Luna langsung meluap. Bahkan pada saat berbicara seperti itu, dia segera bangkit berdiri dan menunjuk ke wajah suaminya. Melihat sikap sekaligus mendengar ucapan Luna, David segera sadar bahwa dia telah salah bicara. Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu yang tak diinginkan, sebentar lagi pasti akan terjadi. Dan ternyata benar. Apa yang dia takutkan langsung terbukti. "David, kau ini benar-benar manusia yang tidak berguna. Apakah kau tahu, apa yang telah kau lakukan saat di acara itu? Kau telah menghancurkan segalanya," Luna mulai mengomel. Kemarahannya benar-benar meluap. Sepertinya, Luna sudah menunggu momen seperti ini sejak tadi sehingga dia bisa melampiaskan semuanya kepada David. "Memangnya apa yang telah aku lakukan di acara pernikahan tersebut?" David bertanya dengan santai. Meskipun istrinya sudah marah besar, tapi dia tetap menghadapinya dengan tenang dan penuh kesabaran. "Astaga, Tuhan. Mengapa aku harus menikah dengan manusia bodoh yang tidak punya otak seperti dia?" Luna berkata dengan kesal sambil mengepalkan kedua lengannya. Setelah berhenti sebentar, Luna segera melanjutkan lagi bicaranya. "David, apa yang kau lakukan itu benar-benar memalukan sekali. Kau bukan hanya membuat malu diriku, kau bahkan telah menjatuhkan harga diri Keluarga George di depan banyak orang," "Setelah kejadian ini, pasti orang-orang akan memandang rendah keluargaku. Nenek dan yang lain juga pasti akan segera mendengar kabarnya. Jika hal itu benar-benar terjadi, apakah kau tahu apa yang akan menimpa diriku?" "Luna, tenangkan dulu dirimu. Bicaralah dengan santai dan jelaskan mengapa kau bisa marah-marah seperti ini?" "David Smith si manusia tidak berguna! Dengan kondisiku saat ini, bagaimana mungkin aku bisa tenang?" Nada bicara Luna semakin meninggi. Dia tampak seperti orang yang kehilangan kesadarannya. "Luna, dengarlah, apa yang kau takutkan itu sebenarnya tidak pernah terjadi. Aku tidak sampai bersujud di bawah kaki Willie Nelson, yang terjadi di sana bahkan adalah sebaliknya," ucap David menjelaskan kejadian yang sesungguhnya. "Omong kosong! Dasar pria miskin! Kau pikir, aku akan percaya dengan kata-katamu itu? Tidak, pecundang. Aku tidak akan percaya," "Luna, percayalah. Semua ucapanku itu bukan omong kosong. Aku serius," kata David berusaha meyakinkan Luna George yang saat itu sudah mulai menangis karena memikirkan nasibnya. "Diam!" Luna berteriak semakin keras. Emosinya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. "Gara-gara apa yang kau lakukan itu, aku pasti akan menjadi bahan pembicaraan di kantor. Semua orang akan menghina dan mencemoohku," Luna sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia yakin, apa yang ditakutkan olehnya, pasti akan segera terjadi. Kalau hanya menyangkut dirinya, mungkin dia masih bisa tenang. Tapi, apa yang menimpanya sekarang menyangkut semua Keluarga George. Orang yang tidak tahu apa-apa sekali pun, pasti akan terkena imbasnya. "Semua ini gara-gara kau, David! Kau yang telah menghancurkan hidupku. Kau juga yang telah menjatuhkan harga diri keluargaku di depan semua orang," Luna kembali mengulangi ucapannya. Sungguh, dia sangat benci kepada pria yang berdiri tenang di depannya itu. Luna tidak habis pikir, mengapa di dunia ini ada manusia seperti David? "Luna, aku sudah mengatakan semuanya dengan jujur. Percayalah, apa yang kau takutkan itu tidak akan pernah terjadi. Aku berani menjamin," "Pergi, David! Pergi dari hadapanku!" kata Luna sambil memberi isyarat supaya David segera pergi dari tempatnya.Tiga hari sudah berlalu. Suasana di salah satu villa mewah di Kaki Bukit emas tampak ramai sekali. Di sana sudah berkumpul banyak orang. Hari ini adalah hari paling membahagiakan dalam hidup David. Sebab pada hari ini, dia akan melaksanakan hari jadi pernikahannya dengan Luna untuk yang pertama kalinya. Saat itu David masih berada di rumahnya. Dia baru saja keluar dari kamar dengan penampilan yang elegan, persis seperti bos besar diluar sana. "Luna, cepatlah. Aku takut kita akan terlambat," kata David berteriak memanggil Luna. Luna tidak menjawabnya. Tetapi beberapa saat kemudian, tiba-tiba dia pun keluar dari kamarnya. Luna tampil dengan pakaian mewah. Ia mengenakan gaun panjang warna putih tanpa lengan dan bagian dada yang sedikit terbuka, sehingga bisa memperlihatkan sedikit belahan payudaranya. Ia berjalan dengan lemah gemulai ke arah David Smith. David seketika tertegun. Ia memandangi Luna lekat-lekat. Seperti layaknya seseorang yang sedang melihat bidadari dari khayangan.
Daniel langsung terdiam seribu bahasa. Dia benar-benar tidak mampu melakukan apa-apa lagi. Kalau David sudah membuat sebuah keputusan, maka siapa pun tidak akan ada yang mampu mengubahnya! "Mulai sekarang, kau adalah Ketua Organisasi Naga Hitam yang baru," katanya sambil kembali menepuk pundak. David kemudian memberikan Belati Naga Hitam yang merupakan lambang utama organisasinya. Senjata itu juga sebagai tanda bahwa siapa pun yang memegangnya, maka dia adalah Ketua Organisasi Naga Hitam."Te-terimakasih, Tuan. Semoga aku bisa menjalankan tugas ini sesuai dengan harapanmu," jawab Daniel dengan pasrah. David hanya tersenyum. Dia tidak berkata apa-apa lagi. "Kalian semua, apakah tidak mendengar perkataanku?" tanya David kepada semua anggota. "Kami mendengar, Tuan," jawab mereka secara serempak. "Lalu, kenapa sampai sekarang kalian belum juga memberikan selamat kepada Jendral Hitam, selaku Ketua yang baru?" Orang-orang itu langsung tersadar. Detik itu juga mereka langsung berlutut
Dorr!!! Dorr!!! Suara tembakan yang sangat keras terdengar sebanyak empat kali. Dua orang dari Empat Pelindung langsung menjadi sasarannya. Dua buah peluru bersarang di titik vital mereka. Pelindung yang masih gagah itu seketika langsung terhuyung ke belakang. Mereka memegangi dadanya yang terasa sangat sakit. Wajah keduanya menggambarkan kemarahan luar biasa. Tetapi saat ini, tidak ada uang dapat dilakukan oleh mereka. Daniel dan Valentino juga terkejut. Dia tidak menyangka dengan kejadian ini. Keduanya langsung menoleh ke arah yang diduga sumber dari tembakan tadi. Rupanya, di antara para anggota, di sana telah berdiri seseorang yang hanya mempunyai satu lengan. Axel! Orang itu adalah Axel. Salah satu dari Empat Pelindung Organisasi Naga Hitam! "Axel!" seru Daniel dan Valentino secara bersamaan. Mereka langsung tersenyum. Apa yang telah dilakukan oleh Axel sangat membantu Daniel dan Valentino. Karena tembakan itu telah berhasil melumpuhkan lawan berat keduanya. Sekarang, m
Empat Pelindung Organisasi Naga Hitam yang baru langsung membawa David Smith keluar dari ruangan. Mereka memperlakukannya sedikit kasar. Mungkin keempat orang itu berpikir bahwa saat ini David sudah bukan ancaman lagi. Sehingga mereka memperlakukannya sedemikian rupa.David sendiri tidak memberikan perlawanan apapun. Valentino juga tetap diam dan tidak bereaksi. Bukan karena tidak berani, tetapi karena dia telah melihat isyarat yang diberikan oleh David Smith. 'Mari kita lihat pertunjukkan selanjutnya,' batin Valentino. Semua orang yang tadi berada di dalam ruangan, kini sudah berada di depan halaman markas utama. Ribuan orang berkumpul membentuk sebuah lingkaran besar. David berada di tengah-tengahnya. Empat Pelindung tetap menjaganya. Yang dua memegangi tangan. Dua sisanya mengawasi keadaan di sekitar. Sean memandangi David dan semua anggota Organisasi Naga Hitam secara bergantian. "Valentino, apa yang sedang terjadi?" tanya Daniel sedikit panik saat dia menyadari situasi.
Sean sedikit gugup. Dia segera menoleh ke arah Daniel yang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Pelindung Daniel, tahan dulu emosimu. Aku bisa menjelaskan semuanya," katanya berusaha menenangkan Daniel. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Sean," ucap Daniel yang langsung menyebut namanya. "Apapun alasanmu, jawabannya tetap sama. Kau sudah tidak menganggap Empat Pelindung yang sebelumnya. Lebih dari itu, artinya kau juga sudah tidak menghargai Tuan Dewa Iblis," Suasana di sana langsung tegang. Ketegangan saat ini lebih dari sebelumnya. Sean kebingungan. Dia tidak tahu harus menjawab apa."Katakan saja sejujurnya, Sean. Sekarang kau sudah tidak bisa berbohong lagi," Ketika semua orang sedang terdiam, tiba-tiba Valentino muncul dari luar. Dia tampak tersenyum sinis saat menatap ke arah Sean. "Valentino, kau ...," "Kenapa? Kau terkejut, bukan?" senyuman Valentino semakin melebar. Dia sudah lama menunggu saat-saat seperti ini. "Dugaanmu benar, orang yang telah menyebarkan semua inf
Sean sangat penasaran terkait kedatangan David dan Daniel. Dia yakin, alasan kenapa mereka kemari bukan karena ingin berkunjung saja. "Baiklah, sambut kedatangan mereka sebaik mungkin," ucap Sean memberi perintah kepada anggota yang melapor. "Baik, Ketua," Anggota itu kemudian segera pergi. Dia langsung membuat persiapan untuk menyambut kedatangan David dan Daniel. "Tuan, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Daniel sambil berbisik di sisi telinga David. "Kau diam saja. Biar aku yang mengurusnya," Daniel mengangguk. Dia tidak banyak bicara lagi. David kemudian mengajak Daniel dan Luna untuk masuk ke dalam markas. Begitu mereka tiba di depan pintu masuk, dua puluh orang segera menyambutnya. Mereka memberikan hormat dengan cara membungkukkan badan kepada David. "Salam kepada Tuan Dewa Iblis. Selamat datang kembali di markas Organisasi Naga Hitam," kata dua puluh orang itu secara bersamaan.David hanya tersenyum simpul. Ia kemudian memberi isyarat supaya mereka kembali