Share

Bab. 4

Author: Nabila
last update Last Updated: 2023-12-26 17:23:50

Tak bisa tinggal diam, Louis pun turun dari ranjangnya, menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat kaku dan sialnya, masih terasa sakit saat digerakkannya. Merasa terganggu dengan selang infus yang tertancap di lengan kirinya, Louis menarik selang itu lepas dengan kesal.

Merasa lebih baik, Louis menghampiri gadis malaikatnya dan mengangkat tubuhnya yang luar biasa ringan, Louis khawatir gadis itu juga mengabaikan asupan makanan ke dalam tubuhnya. Dengan lembut Louis membaringkan tubuh gadis itu di ranjangnya. Selama beberapa saat, Louis berdiri di sana untuk menatap wajah malaikatnya itu.

Wajahnya begitu lembut dan polos. Namun wajah yang menampilkan kecantikan alami itu tampak sangat kelelahan.

Louis merutuki diri sendiri ketika menyadari dirinyalah penyebab kehadiran gurat lelah di wajah malaikatnya itu. Setelah cukup puas memandangi wajah itu, Louis berbalik dan melihat sofa dan meja tamu yang berantakan. Gadis itu mungkin suka membuang-buang uang untuk ruang VIP ini, pikir Louis seraya menghampiri kertas-kertas yang berserakan di sofa itu.

Tapi mungkin, gadis itu menyewa kamar ini untuk kenyamanannya sendiri, pikir Louis geli. Louis hanya perlu membaca sekilas lembaran-lembaran itu untuk tahu pekerjaan gadis itu. Dia adalah seorang party event organizer.

Dan melihat travel bag yang tersembul keluar dari lemari di salah satu sisi ruangan itu, Louis bisa melihat gadis itu sudah menginap di sini selama beberapa hari. Itu berarti Louis juga sudah berhari-hari tak sadarkan diri. Dan itu juga menunjukkan bahwa gadis itu tidak memiliki kekasih.

Hidup sebebas itu, jika aku menjadi kekasihnya, aku pasti sudah menguncinya di rumah, pikir Louis gemas. Tapi gadis itu tampaknya bukan sosok yang bisa diam, sama dengan dirinya. Dia akan melakukan kekacauan apapun untuk membuat dirinya melakukan sesuatu. Dari kekacauan yang dibuat gadis itu, dan juga caranya membuat dirinya sendiri lelah, Louis bisa melihat betapa keras kepalanya gadis itu. Hanya satu yang belum diketahui Louis dari gadis itu. Namanya.

***

Setelah berhari-hari tidur dengan tak nyaman di sofa kamar rawat Louis, Clara akhirnya bisa tidur dengan nyaman. Clara tak dapat menahan senyumnya karena akhirnya ia bisa tidur senyaman ini, lagi, setelah sekian lama. Oh, dan mungkin saja kejadian bersama pria asing bernama Louis itu hanyalah mimpi yang sangat panjang dan melelahkan. Senyum Clara semakin lebar. Perlahan ia membuka matanya, dan pemandangan

pertama yang tertangkap matanya adalah wajah yang tak asing lagi baginya, yang hanya berjarak beberapa senti meter dari wajahnya.

Clara berteriak, tersentak bangun untuk menjaga jarak dari wajah itu dan memelototi sosok Louis yang menyeringai dihadapannya. Clara menatap tempat ia berbaring dan memekik kaget, lalu melompat turun dari ranjang rumah sakit. Ia menghampiri Louis, terbelalak melihat infus yang dilepas Louis dari tangannya.

" Apa yang kau lakukan?" bentak Clara.

Louis tersenyum lebar seraya melompat duduk di atas ranjangnya, membuat Clara ngeri membayangkan lukanya yang mungkin membuatnya kesakitan karena bergerak seperti itu. Tapi tampaknya Louis baik-baik saja.

" Ya Tuhan, kau ini…," gemas Clara seraya menghampiri interkom, tapi Louis menahannya.

" Tidak perlu," kata Louis.

" Aku baik-baik saja, seperti yang kau lihat, seperti yang kau minta," lanjutnya dengan senyum masih terukir di wajahnya.

Clara menatapnya seolah dia sudah gila.

"Dokter mengatakan kau mungkin tidak akan sadarkan diri sampai beberapa hari lagi dan sekarang kau sudah berdiri, melompat dan… apa tadi kau mengangkatku ke atas tempat tidur itu?" tanya Clara ngeri.

Senyum manis Louis menjadi jawabannya. Clara mengembuskan napas kesal.

" Kau terluka parah, sangat parah, dan kepalamu juga… terluka parah. Seharusnya kau…."

" Berbaring lebih lama?" sela Louis.

Clara melotot padanya. Louis mengangkat tangan, mengalah, lalu ia berbaring dengan manis. Clara mendengus tak percaya.

" Beberapa saat lalu kau tampak seperti seorang anak kecil yang tersesat dan sekarang… oh, aku benar-benar harus menghubungi para perawat dan dokter untuk memeriksamu. Tampaknya kau terluka cukup parah dan aku khawatir otakmu sedikit… maaf, terganggu," kata Clara cepat seraya menghampiri interkom dan memanggil para perawat, memberitahu mereka bahwa Louis sudah sadar.

" Kenapa kau mau merepotkan dirimu sendiri seperti ini, Angel?" Tanya Louis.

" Karena kau memaksaku melakukan ini. Kau, yang menubrukku di dalam mobilku sendiri, lalu pingsan di depan mobilku. Menurutmu, aku harus bagaimana?" sengit Clara.

" Dan namaku bukan Angel."

" Kau bisa meninggalkanku begitu saja. Sebagian besar orang akan melakukannya," jawab Louis enteng.

" Baiklah, Nona bukan Angel." Clara menahan umpatannya, lalu menghampiri Louis dan tersenyum sarkatis padanya.

" Lain kali, aku pasti akan melakukan itu," katanya.

" Dan namaku, adalah Clarale Dawson," tambahnya tajam.

" Bagus. Lain kali kau harus meninggalkanku. Itu pun jika kau bisa," sahut Louis seraya memamerkan seringaian yang membuat Clara harus menekan emosinya.

" Nama yang cantik, Clara" Clara memutuskan untuk tidak membalas.

ataupun protes dengan cara Louis memanggilnya, dan tampaknya itu keputusan yang tepat karena kemudian para perawat dan Dokter Billy masuk ke kamar itu. Mereka tampak terkejut menatap Louis yang tampak baik-baik saja di ranjangnya, lalu melemparkan senyum ramah pada Clara.

" Kenapa kalian tersenyum padanya?" protes Louis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 100

    Clara baru menjawab telepon dan SMS Vincent pukul sebelas malam. Mau bagaimana lagi? Pukul tujuh malam Mr. Hendy sudah menjemputnya. Mereka pergi makan dan nonton. Clara tidak tahu sama sekali Vincent menghubunginya. Clara pun tidak mengabarinya karena Clara juga tidak mau mengganggunya. Dipikirnya ini win-win solution.“Ke mana saja?” tanya Vincent dengan nada sedikit jengkel.“Aku…” Clara sedang menimbang apakah Clara akan berkata jujur atau tidak.Konsekuensinya Clara tahu Vincent akan marah dan melarangnya pergi lagi bersama Mr. Hendy. Namun di satu sisi, hati nuraninya bicara akan terlalu kejam membohongi pria sebaik Vincent. Mungkin memang sebaiknya Clara tidak menemui Mr. Hendy Lagi. Di mata orang lain, hal itu pastilah tak pantas, walau Clara merasa tidak ada yang perlu diributkan. Clara dan Mr. Hendy hanya teman.“Tadi aku pergi bersama Mr. Hendy,” jawabnya jujur.“Baru pulang?” Vincent semakin jengkel.“Iya. Makan, nonton….”“Clara!” Vincent berteriak marah.“Kamu itu paca

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 99

    Seseorang menekan bel pintu. Pikirnya, itu pasti Vincent. Namun tumben dia tidak langsung masuk. Dengan riang gembira nyabuka pintu depan.“Vin!” Clara sudah hampir memeluknya, tetapi ternyata orang yang berdiri di hadapannya bukanlah Vincent.Clara ternganga selama beberapa saat? Mau apa dia di sini? Dengan refleks, Clara langsung menutup kembali pintu tetapi tangan orang itu menahannya.“Mau apa kamu?” tanyanya garang.“Please… izinkan aku masuk…” Louis memohon.Clara menatapnya dengan tajam. Dia menatapnya dengan memelas.“Tidak,” jawabnya tegas.Semua kenangan tumpah ruah dalam ingatannya. Tangannya dengan kuat masih memegang kenop pintu. Clara hampir menutup pintu saat kudengar deru motor Vincent. Tak lama, dia sudah berdiri di garasi. Kedua alisnya yang tebal saling berpaut. Dia berjalan mendekat. Vincent tidak pernah menyukai Louis.“Ada apa ini?” tanyanya, membuat Louis membalikkan badan saat mendengar suara seseorang yang tidak dikenalnya. Clara senang sekali Vincent datang.

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 98

    Vincent. Clara sudah salah paham. Clara selalu menghakimi dia. Dia menyiapkan semua ini untuknya. Air matanya menetes lembut. Segala kesungguhannya benar-benar dapat Dirasakannya. Bagaimana dia mengumpul kan bunga-bunga ini? Dibukanya kotak yang ada di meja. Isi nya adalah kue berbentuk hati dengan nama Mereka berdua. Vincent sedang mencoba menjadi romantis hari ini. Semua hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia tahu, Vincent berusaha keras.Jadi, inilah alasan Vincent marah padanya. Dia mengharap Cepat pulang. Dia menyiapkan semua ini, tetapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Dan ketika dia datang, aku sengaja mengacuhkannya, memberi celah pada Mr. Hendy untuk memperhatikannya. Kalau aku bicara jujur, memang aku tadi menikmati waktu-waktu bersama Mr. Hendy. And I was so wrong…. kamu pasti lagi nangis bombai sekarang tadi, aku, Vincent, dan Oppa nungguin kamu pulang tapi kamu sudah di sana duluan." Vin!” Clara memanggil Vincent.Dia sedang mem bersihkan meja-meja.

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 97

    Hari ini. Clara akan marah padanya sampai dia mau meminta maaf.Tidak. Clara tidak bisa menunggu selama itu. Baru dua langkah aku keluar dari restoran, Dia langsung berbalik dan mengejar Vincent yang sudah duluan berjalan ke parkiran sepeda motor.“Vincent! Kamu ini gimana, sih?” Clara mendorong tubuh Vincent dengan gemas. Clara merasa tidak puas hari ini.“Kamu ini payah! Bener-bener mengecewakan! Kamu nggak ngerti perasaanku!”“Aku harus bagaimana?” Vincent merentangkan kedua tangannya.Wajahnya menampakkan kekesalan yang sama ditunjukkannya selama makan malam tadi.“Kamu bahkan nggak ngucapin apa-apa sejak tadi!” Clara mengharap ucapan ulang tahun darinya.Dia bukan yang pertama tama, Clara tidak masalah. Tetapi setidaknya, saat dia datang Clara mengharap dia mengecup keningnya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Clara benar-benar marah.Vincent menghela napas panjang. Seperti ada sebuncah kegeraman juga dalam hatinya. Clara tidak tahu apa yang membuatnya sangat marah. Clara meliha

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 96

    Rencanaku berubah malam ini. Clara tidak jadi pulang ke rumah dulu, tetapi bersama teman-teman guru langsung berangkat menuju rumah makan yang Dia tunjuk. Clara sangat terbawa suasana. Tadinya Clara, Vincent, Viona, dan Dong Jun oppa akan berangkat bersama.“Clara, kamu di mana?” tanya Vincent.Clara bersama teman-teman sudah tiba di rumah makan saat Vincent meneleponnya.“Ah… ya… sorry. Clara sudah sampai. Bisa kan kamu dan Viona lansung ke sini juga? Iya. Clara nggak jadi pulang dulu. Langsung saja, ya. Clara tunggu. Bye!” ditutupnya telepon dari Vincent.Clara tidak bisa menerka apa yang dia pikirkan, tetapi seharusnya hal semacam ini tidak menjadi masalah. Clara segera menepis pikiran tentang Vincent dan kembali asyik pada teman-temannya.“Siapa?” tanya Mr. Hendy dengan sinar mata penuh keramahan.Dia orang yang sangat ceria. Clara menyukaitatapan dan senyumannya.“Oh, pacarku. Dia nanti ke sini. Juga sahabatku,” Clara mengumumkan kepada teman-temannya.“Oooh… nooo. Ternyata, Mis

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 95

    Clara menceritakan semuanya pada Viona dan dia tertawa terbahak-bahak tanpa henti. Apanya yang lucu? Namun, sepertinya dia sedang menertawakan Clara, bukan Vincent. Clara semakin cemberut.“Kamu ini aneeeeh…” seru Viona.“Kamu kan tahu cowok macam apa Vincent. Kamu jangan memaksakan apa yang membuat dia nggak nyaman. Dasar Seaaan... nggak pernah berubah,” Viona menjitak kepalanya.Mereka sedang berdiam di pinggir kolam. Setiap Kamis malam, Viona selalu mendapat voucher gratis berenang di salah satu hotel milik Dong Jun oppa. Sesekali Clara ikut bersamanya.“Dia memang bukan cowok romantis, terimalah. Jangan berkhayal suatu saat kamu akan tiba-tiba menemukan se carik kertas bertulis ”I love you” di mejamu dari Vincent. Jangan berharap dia menyanyikan lagu romantis buatmu. Jangan harap dia mengetuk pintu kamarmu tengah malam dan membawakan bunga mawar. Apalagi… hahahaha… menulis surat cinta… aha hahaha…. Ya ampun, Sean. sekarang ini zamannya sudah serba tweet. Nggak ada lagi orang yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status