Share

Bab. 5

Clara menatap Louis dengan gusar.

" Tampaknya ada sesuatu yang membuat otaknya bergeser, Dokter," ucap Clara pada Dokter Billy.

Dokter paruh baya itu tersenyum pada Clara.

" Kepalanya sangat keras, Nona. Akan agak sulit untuk menggeserkan otaknya dengan cara apapun," Dokter Billy menanggapi, tampaknya bisa melihat situasi mereka berdua saat ini.

" Dia hanya sedikit protektif tentang Anda, Nona," lanjut dokter itu.

Clara menatap Louis tak percaya, sementara yang dipandanginya menyeringai lebar.

" Ya, kurasa dia amat sangat keras kepala." Akhirnya Clara menyetujui.

" Dia memiliki nama yang bagus, bukan begitu, Dokter?" Louis terus saja berbicara sementara para perawat memeriksanya dan memasang kembali selang infusnya.

Louis sempat protes bahwa ia tidak memerlukan selang itu, tapi para perawat

mengabaikan protesnya.

" Anda memiliki kekasih yang paling baik di dunia ini, Tuan," balas Dokter Billy seraya menghampiri Louis untuk memeriksanya.

" Tentu saja. Dia malaikatku," jawab Louis ceria.

Clara mendengus tak percaya. Sungguh, pria ini pasti sudah gila. Clara mendekati Dokter Billy yang kini sedang memeriksa kepala Louis. Dengan cemas Clara bertanya,

" Dokter, apa kau yakin dia baik-baik saja? Maksudku…." Dokter Billy menatap Clara dan tersenyum.

" Dia sangat baik-baik saja, Nona. Anda tidak perlu cemas. Dia pria yang kuat, dan dia pulih lebih cepat daripada pasien pria pada umumnya,"

jelasnya.

" Tentu saja," Louis yang menyahut.

" Aku ini pria yang kuat, Clara. Dan aku senang bahwa kita adalah sepasang

kekasih," katanya lagi pada Clara.

Clara menatapnya tajam.

" Apakah kalian bisa membuatnya tenang?" Clara bertanya pada para perawat.

" Kami baru saja menyuntikkan obatnya. Obat itu berefek kantuk pada pasien, jadi sebentar lagi kekasih Anda akan tertidur lagi, Nona," jawab seorang perawat, tampak geli melihat perseteruan kecil Clara dan Louis.

" Kau apa?" Louis melotot pada perawat itu.

" Berani-beraninya kau…. " Kata-kata Louis berikutnya terdengar seperti gumaman kesal tak jelas sebelum perlahan matanya terpejam.

Tangannya berusaha menggapai Clara tapi seorang perawat menarik tangannya.

" Clara… jangan… pergi…." Gumaman

terakhir Louis terdengar cukup jelas, sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya.

***

Louis tak dapat menyembunyikan kekecewaannya ketika orang pertama yang dilihatnya begitu ia kembali membuka mata bukanlah malaikatnya. Ia menatap perawat yang duduk di kursi di sebelah tempat tidurnya itu dengan gusar. Perawat itu

tampaknya belum menyadari bahwa Louis sudah sadar. Ia masih sibuk memeriksa papan pemeriksaan yang ada di tangannya

itu.

" Mana Clara?" Suara Louis menunjukkan betapa besarnya kekecewaannya karena tidak mendapati Clara di sana saat ini.

Perawat itu menoleh padanya, lalu tersenyum.

" Dia sedang keluar sebentar untuk mencari pakaian ganti dan beberapa keperluan untuk Anda, Tuan. Sebentar lagi dia pasti kembali. Dia tidak pernah bisa meninggalkan Anda cukup lama karena sangat mengkhawatirkan Anda," jelas perawat itu seraya berdiri dan

menghampiri kantong infus Louis.

" Apa dia benar-benar tidak pernah meninggalkanku?" tanya Louis takjub.

Perawat itu mengangguk.

" Dia selalu menemani Anda disini dan hanya meninggalkan Anda jika ada sesuatu yang sangat penting. Dia bahkan membawa pekerjaannya kemari. Dia mengambil keputusan yang tepat. Karena selama Anda tidak sadarkan diri, Anda terus saja gelisah. Bahkan obat penenang yang kami berikan pun tidak berpengaruh. Hanya kehadiran kekasih

Anda yang mampu menenangkan Anda. Bahkan ketika Anda dibawa kemari, Anda tidak mau melepaskan tangan kekasih Anda. Anda pasti sangat mencintainya," cerita perawat itu seraya mengganti kantong infus Louis.

Louis termenung selama beberapa saat. Bahkan di alam bawah sadarkupun aku begitu bergantung padanya. Dan gadis itu, meski kami tidak saling kenal, dia begitu peduli padaku. Clara mungkin memang seorang malaikat yang dikirim Tuhan untukku, Louis berkata dalam hati. Begitu perawat itu selesai mengganti infus Louis, pintu kamar rawat Louis terbuka dan masuklah Clara dengan membawa beberapa kantong plastik besar. Melihat itu, kontan

Louis melompat dari tempat tidur, membuat kedua wanita

yang ada di ruangan itu menjerit.

Clara melepaskan tas belanjaannya dan bergegas menghampiri Louis. Ia menahan tangan Louis yang hendak menarik

lepas selang infusnya, lagi. Louis mendongak dan menatap Clara bingung.

" Aku tidak selemah itu, Louis. Aku terbiasa tidur hanya beberapa jam sehari, dan tidak selalu di atas tempat tidur. Aku terbiasa lelah dan aku bisa mengatasi semuanya. Mengangkat tas belanjaan seperti itu bukan hal berat bagiku. Aku bisa melakukannya sendiri dan kau tidak perlu melompat dari tempat tidur dan melepaskan selang infusmu setiap kali kau berpikir aku mungkin butuh bantuan. Aku baik-baik saja, kau mengerti?"

Clara berusaha menjelaskan.

Louis menatap mata Clara lekat. Setiap kali ia melihat Clara melakukan hal berat dan tak bisa membantu gadis itu, ia merasa kesal. Tapi saat ini, Clara berusaha menjelaskan padanya bahwa gadis itu tidak memerlukan bantuannya. Clara menjelaskan padanya seperti seorang ibu yang menjelaskan

pada putranya untuk tidak melakukan hal bodoh. Melakukan hal bodoh? Benarkah Louis sudah melakukannya?

" Tidak apa jika kau berbaring di atas ranjang sepanjang hari sementara aku mengacaukan tempat ini dan membuat diriku sendiri lelah. Yang terpenting adalah, kau harus memulihkan tubuhmu dan bukannya menyiksanya seperti ini," kata Clara seraya menggandeng lengan Louis dan membawanya ke tempat tidur.

Louis tak bisa melakukan apapun selain menuruti Clara. Tapi begitu Louis berbaring, Clara berbalik dan hendak meninggalkannya. Refleks, tangan Louis terulur untuk menahan lengan Clara. Ketika Clara berbalik dan menatapnya, gadis

itu tampak terkejut.

" Kau berkata, kau tidak akan meninggalkanku," kata Louis.

" Apa aku bisa memercayai itu?" Sorot mata Louis yang penuh permohonan itu menunjukkan kerapuhan.

Clara pun mendekat dan menatap Louis

lekat.

" Selama kau tidak melompat dari tempat tidurmu dan melepaskan selang infusmu sampai kau sembuh, aku tidak akan

pergi ke mana pun, Louis," ucapnya lembut.

Louis tahu, ia akan melakukan apapun untuk membuat Clara tinggal. Maka dia pun mengangguk.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arya Panitiek
cerita yg bgus.. semangat terus untuk berkarya nabila...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status