LOGINNada tidak sengaja melakukan one night stand dengan seorang pria asing yang ternyata adalah senior di kampusnya yang begitu disegani dan digandrungi banyak mahasiswi. Pria karismatik beraura dingin yang membuat hidup Nada jungkir balik setelah kejadian malam panas itu. "Berapa uang yang kamu butuhkan?" Sagara "Kamu pikir aku sengaja melakukan itu?" Nada Zahira
View MoreTangan lembut itu meraba sesuatu yang nampak asing baginya. Selaras dengan pikiran dan kesadarannya yang belum pulih benar menemui paginya. Nada seketika membuka matanya perlahan. Dia kaget mendapati pria asing berbaring tenang di sampingnya dengan bertelanjang dada berselimut tebal.
"Astaghfirullah ... apa yang terjadi," gumam gadis itu terlonjak melebarkan netranya. Nada terduduk shock mendapati dirinya tidak mengenakan selembar kain pun. Selaras dengan pria yang tengah pulas di sampingnya. Jantung Nada berdebar rancak, dadanya bergemuruh marah mendapati dirinya dalam keadaan naked begini. Ada bercak merah di sprei yang membuatnya semakin yakin kalau semalam telah terjadi sesuatu yang sangat disesali. "Ini tidak mungkin! Siapa pria ini," gumam Nada dengan tubuh bergetar hebat. Matanya memanas dengan perasaan marah. Seketika pipinya basah tak bisa dicegah. Ini terlalu mengejutkan. Apakah seseorang telah menjebaknya. Kenapa dia bisa terdampar dengan sembarangan pria. Dengan perasaan berkecamuk tak karuan dan jantung berpacu kencang, dia memberanikan diri untuk menatap sungguh-sungguh pria di sampingnya. Memperhatikan siapa pria yang telah tega merampas kehormatannya. Deg Jantung Nada seolah berhenti berdetak, netranya membulat sempurna dengan dada bergemuruh sesak kala mendapati pria di sampingnya adalah seniornya di kampus yang paling disegani. Pria dingin, dominan, kharismatik, salah satu most wanted dan hampir seluruh mahasiswi di kampusnya mengaguminya. Sayangnya pria itu terlalu angkuh. Bukan type Nada sekali dan dia satu-satunya perempuan yang mungkin tidak mau berurusan dengannya. Namun, kenapa malam ini dia malah terjebak di ranjang yang sama. Bagaimana mungkin itu terjadi. Mustahil bagi Nada untuk mendekatinya walau sekedar menyapa. Mereka bahkan tidak saling mengenal satu sama lain. Nada hanya sekedar tahu karena pria itu memang populer di kampusnya. Senior galak idaman sejuta umat. Salah satu pewaris petinggi kampus tempatnya bernaung mencari ilmu. Siapa pun perempuan akan berlomba-lomba menarik simpatinya. "Kak Saga," batin gadis itu memekik shock. Bagaimana mungkin dia bisa satu ranjang dengan pria dominan ini. Seketika rasa takut langsung menyelimuti sekujur tubuhnya. Seharusnya dia tidak terlibat apa pun dengan pria ini. Sungguh ini mimpi buruk baginya. "Sebenarnya apa yang terjadi semalam. Kenapa aku bisa seranjang dengan pria ini. Ah! Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas," batin gadis itu setengah frustrasi. Pikirannya kacau tak karuan. Serasa ingin mengamuk, tetapi tentu tak punya nyali hanya untuk sekedar mengusik tidurnya. Pelan gadis itu menyibak selimutnya. Memastikan pergerakannya tidak terbaca. Dia beringsut turun menjauh dari ranjang yang menjadi saksi pergulatan panas semalam. Isi pikirannya berantakan mencoba mencari ingatan semalam. Dia terlalu buntu untuk mendapatkan memorinya. Hati-hati Nada memungut pakaiannya yang berserakan. Ini sangat memalukan. Dia memakainya cepat dengan tubuh terasa tidak nyaman sekali. "Dasar brengsek! Bagaimana ini bisa terjadi," batin Nada marah tertahan. Apakah pria ini sengaja menariknya ke dalam lingkaran gelapnya. Atau justru keduanya sama-sama terjebak menjadi korban. "Sss ...," desis gadis itu merasa tidak nyaman sekali untuk berjalan. Ia memindai penglihatannya mencari ponsel miliknya. Dengan penuh hati-hati Nada mengulurkan tangannya meraih ponsel yang terdampar di pinggir bantal. Napasnya tertahan sejenak, takut sekali tiba-tiba pria ini bangun, lalu menuding dirinya telah lancang menidurinya. Gadis itu berjalan cepat meninggalkan kamar itu. Berharap tidak harus berurusan dengannya lagi walaupun jelas dia merasa dirugikan sekali. Jujur Nada marah, tetapi untuk berhadapan dengannya Nada tak punya nyali. "Ya Tuhan ... Kenapa aku bisa di ranjang cowok itu?" batin Nada terus memutar otaknya. Sayangnya memori semalam seakan buntu mengingat kepingan peristiwa yang terjadi. Ditambah tubuhnya seolah lelah dan ngilu di sana sini. Gadis itu berlalu dengan perasaan terluka. Kenapa dia bisa berada dalam satu ranjang bersama Saga. Sungguh itu musibah baginya. Dia merasa hancur dalam semalam. Bagaimana kehidupannya setelah ini, Nada hampir tidak sanggup membayangkan. Bukankah semalam Nada menghadiri pesta lajang salah satu temannya. Seingatnya dia tidak mengkonsumsi alkohol atau minuman aneh-aneh lainnya di tempat acara. Kenapa dia bisa tiba-tiba terjebak begini dengan pria brengsek itu. Apakah seseorang memasukkan sesuatu ke dalam minumannya? Nada ingat betul dia semalam hanya seru-seruan menikmati acaranya. Tidak mengkonsumsi alkohol sedikit pun. Nada hanya minum red velvet yang tersaji di sana. Apakah minuman itu mengandung obat. Marah, kesal, bercampur dalam satu waktu. Kenapa dia bisa terdampar di ranjang pria dingin itu. Apa yang harus Nada lakukan setelah ini. Dalam kebingungan Nada mencoba mencerna kepingan semalam. Kejadiannya yang begitu tiba-tiba membuat perempuan itu tidak bisa berpikir jernih. Dia bahkan tidak tahu siapa yang telah menggiringnya dan memberanikan keberanian untuk tidur dengannya. Sesampainya di kediamannya, Nada langsung membersihkan diri. Dia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri yang kini sudah terjamah pria itu. Pikirannya disibukkan dengan lamunan panjang hingga membuatnya semakin terpuruk sendu. Marah sekali rasanya, tetapi ia juga bingung harus melakukan apa. "Tidak mungkin kan aku mabuk lalu menggodanya. Kami tidak saling mengenal," dumel Nada tak punya petunjuk. "Ah, sial, kenapa harus Kak Saga sih," ujarnya setengah frustrasi. Menggosok-gosok tubuhnya sendiri bekas tanda merah di tubuhnya dengan kasar. Dia terduduk hancur di bawah guyuran air shower yang mengalir membasahi tubuhnya. Apa yang harus Nada lakukan, bagaimana kalau pria itu diam-diam mempunyai penyakit serius yang menular. Atau kemungkinan terburuk membawa virus mematikan. Oh my .... Yang tadinya masih ingin terpuruk dalam kesedihan, membuat Nada bangkit dan ingin segera mencari solusi. Dia bergegas mengeringkan tubuhnya. Dengan pikiran kacau Nada mencoba menghubungi salah satu temannya yang mengikuti pesta semalam. Tetapi justru panggilan darinya tak mendapat sahutan. Pesta lajang semalam adalah bentuk partisipasi dirinya terhadap salah satu temannya yang akan menikah minggu depan. Namun, kenapa justru Nada merasa sial. Sepertinya tidak mungkin sekali salah satu dari orang di pesta itu berniat berbuat curang padanya. Perempuan itu kembali ke hotel untuk meminta rekaman CCTV di sana. Mana tahu ada sedikit petunjuk yang dapat memberikan bukti tentang semalam. Nada benar-benar tidak begitu ingat dengan kejadian semalam. Apakah dia mabuk? Atau terperangkap pemuda hidung belang. Mereka melakukannya setengah sadar. Nada juga tidak ingat menolaknya. Seingatnya dia hanya merasa tubuhnya panas dan begitu nyaman saat pria itu menyentuhnya. Apakah dia dalam pengaruh afrodiksiak? Lantas, kenapa pria itu malah memanfaatkan keadaan. Siapa yang sudah memasukkan racun itu ke dalam minumannya. "Maaf Kak, kami tidak bisa membagikan data tamu pada orang sembarangan. Itu sudah menjadi prosedur kebijakan hotel." "Tapi Mbak, saya butuh tahu orang yang memesan kamar enam ratus enam puluh sembilan." Apakah benar Saga pelakunya, atau keduanya sama-sama korban. Padahal Nada penasaran sekali dengan kejadian yang menimpa dirinya. Tidak mendapatkan hasil membuatnya setengah frustrasi memutuskan kembali ke rumah. Dia benar-benar dalam masalah. Hal pertama yang harus Nada lakukan adalah melakukan sejumlah pemeriksaan setelah berhubungan dengan orang sembarangan. Dia bahkan tidak tahu orang itu pakai pengaman atau tidak. Sebelumnya punya riwayat penyakit serius atau sehat. "Oh no! Jangan sampai ada jejak setelahnya. Dasar badjingan!" batin Nada tidak karuan. Setelah berkutat dengan pikirannya yang tidak tenang, Nada merasa lapar karena semalam dia melewatkan makan karbo. Pagi jelang siang ini dia memutuskan untuk memesan makanan karena malas keluar. Tubuhnya masih terasa begitu lelah sisa adegan panas semalam. Dia bahkan memilih untuk menghuni kost seharian. "Kenapa nasibku jadi gini sih," batin gadis itu kesal bukan main. Setelah merasa kenyang, Nada memutuskan untuk tidur. Memulihkan pikirannya yang berat. Dia bisa stress kalau dihadapkan situasi seperti ini sendirian. Sementara untuk mengadukan pada orang tuanya tidak ada keberanian untuk itu. Seharian di kamar, panggilan dan juga chat dari teman-temannya pun dia abaikan. Sibuk memikirkan hari esok yang seperti dihadapkan mimpi buruk untuknya.Hari pernikahan semakin dekat, tetapi Raisa merasa Aksa terlalu sibuk sampai tidak ada waktu untuk fitting baju pengantin. "Ngikutin kamu aja, pasti pas, tubuhku nggak melar, kalau kamu baru perlu banget, soalnya kayaknya nambah chubby." "Tetep dong, harus dicoba dulu, kalau tiba-tiba nggak pas kan masih ada waktu dibenerin. Kamu tuh mau nikah kaya nggak niat banget." "Cuma masalah baju nggak usah heboh, kamu bisa datang dulu kan sama mama, aku tuh sibuk Raisa. Kamu ngertiin aku dong, tidak harus ke mana-mana berdua juga." Padahal baru ketemu setelah hampir satu minggu tidak bersua, tanggapannya tetap datar seperti ini. Raisa merasa Aksa tidak serius menikahinya. Padahal awalnya dia juga yang ngajak, kenapa jadi terkesan Raisa yang memaksa. Undangan sudah disebar, gedung resepsi juga sudah dipesan. Hari H tinggal menunggu hari, tetapi kenapa mendadak hati Raisa bimbang sekali. "Kamu ke butik dulu, nanti aku nyusul juga bisa. Nggak usah wara-wiri ke kantor. Belum jadi istri, n
Apa pun yang pernah terjadi di antara mereka sudah berlalu, saatnya hari ini menata lembaran baru. Masa lalu mereka memang kelam, tetapi setidaknya sekarang keduanya sama-sama memperbaiki untuk hidup lebih baik lagi. Apalagi sekarang ada Zea yang akan menjadi penyemangat cinta mereka. "Jangan seperti ini, kalau tiba-tiba ada Zea gimana?" Nada yang tengah sibuk di dapur kaget saat Saga langsung memeluknya dari belakang. "Palingan tanya, ayah sama Bunda lagi ngapain? Gitu keknya, terus mantengin kaya polisi kecil."Nada tengah menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga. Sementara Saga kebagian nimbrung dan ngrecokin saja. "Aku bantuin sayang, ini diapain?""Dikupas, terus dipotong dadu. Mau aku rebus soalnya, sama jagungnya juga.""Oke, ini terlalu mudah," jawab Saga membantunya. "Bunda, mau susu," pinta Zea menemui ibunya di dapur sembari menggendong bonekanya. "Ya, bentar, minta tolong ayah dulu buatin susunya." Nada sedang repot menyisir ayam yang hendak dimarinasi agar nanti m
"Sebenarnya itu sudah dari seminggu yang lalu Mas, jangan marah dulu. Aku nggak tahu maksudnya apaan tapi itu kiriman dari Aksa," jelas Nada tak menutupi lagi. Dari kemarin mau cerita ini takut banget Saga marah, ternyata beneran suaminya semarah ini. Bodohnya kenapa Nada malah lupa gegara kemarin sempat sakit, seharusnya dia buang saja sejak awal. Kalau sudah begini, wajar suaminya mencurigai. "Astaghfirullah ... hal kaya gini kok nggak ngomong. Sembarangan banget tuh cowok maunya apa sih. Kamu juga kenapa malah disimpen, niat mau buat kenang-kenangan," omel pria itu geram sendiri. Bisa-bisanya daleman mantan disimpan di rumahnya. "Aku nggak nyimpen, kemarin lupa, Mas tenang aja, aku nggak mungkin curang," jelas Nada setenang mungkin. Bagaimana dia bisa tenang, berani sekali kirim barang seperti ini pada istri orang. Siapa pun pasangan normal pasti akan meradang. Apalagi ada balon rasa-rasanya. "Oke nggak nyimpen, terus kenapa nggak ngomong. Udah dari seminggu yang lalu. Ka
"Masya Allah tabarakallah ... adik cantik, maaf kalau El nakal ya. Ini anaknya udah mau minta maaf nih," ucap Mom Ayra berjongkok mensejajarkan tubuh Zea. El kecil padahal sudah mau meminta maaf, tetapi malah Zea yang malu-malu mau. Memberengut sembari bersedekap dada, ujungnya ngumpet dibalik punggung ibunya. "Sayang, ini loh El-nya udah mau minta maaf," bujuk Bunda Nada pada putrinya. "Nggak mau," jawab Zea menggeleng pelan. Masih ngumpet dibalik tubuh ibundanya. "Mam, dia yang nggak mau," adu El tak mendapat respon baik dari dedek Zea. El yang jahil malah mengintip menggodanya, jadinya Zea semakin erat memeluk ibunya. "El, jangan digituin, kamu nih kalau dibilangin malah kesenengan." "El nggak nakal loh, cuma ini Zea-nya yang malu. Abang El udah ya," kata Bunda Nada tersenyum menginterupsi keduanya. "Aduh ... maaf ya Zea, El suka iseng." Mam Ayra sampai melotot ke arahnya. "Tidak apa, besok juga akur lagi." Bunda Nada menanggapi dengan senyuman, begitu pun deng
"Pelan-pelan Mas," lirih Nada memejam. Entah ini perasaan Nada saja atau bagaimana, suaminya sepertinya malam ini terlalu bersemangat hingga membuatnya sedikit kewalahan mengimbanginya. Apakah karena efek cemburu juga, jadi sedikit brutal. Atau memang karena baru absen sepekan makanya begini. "Maaf, apa aku menyakitimu?" tanya pria itu menatap lembut. Nada menggeleng, kembali memejam merasakan hujamam cinta darinya. Malam ini keduanya melakukan dengan penuh semangat dan lama. Sampai Nada nampak kesulitan berjalan paginya. Wanita itu kaget sendiri kala melihat gambar dirinya di cermin, banyak sekali sisa-sisa gemes suaminya semalam. Dia baru menyadari pagi ini ketika hendak membersihkan diri. Sepertinya Nada juga terlalu terlena menikmatinya. "Mandi Mas, gantian sana!" titah Nada setelah keluar dari bilik kamar mandi menemukan suaminya masih berbaring malas di ranjang. "Ya, tunggu aku Dek, kita jamaah," jawab Saga sedikit terlambat. Pagi ini tubuhnya begitu ringan dan nyaman. Efe
"Maaf ya, tadi lumayan antri, ini pesanan kamu sayang," ucap Saga mengingat tadi lama. Pria itu dari rumah ibunya langsung pulang mengingat sudah malam dan meninggalkan istrinya di rumah yang sedang tidak enak badan sendirian. Dia hanya mampir membeli pesanan Nada, tetapi berhubung antri jadinya lama. "Aku pikir ke mana, lama banget," keluh Nada masih mengganjal perasaannya. Gegara kiriman keramat tadi Nada jadi parnoan. "Ayo makan dulu, Zea mau nggak!" tawar pria itu mengingat putrinya baru selesai makan di rumah neneknya. "Nggak, kenyang Yah," tolak anak itu menggeleng sembari beranjak. Zea sudah makan dan berganti pakaian. Di sana Zea sangat diurusin, jadi tidak usah khawatir sama sekali kalau anaknya kenapa-napa. Oma Zee sangat menyayangi Zea dari lahir. "Zea sudah makan?" tanya Nada memastikan. "Sudah, tadi pas aku datang lagi disuapin mama. Malah tadi nggak mau pulang, tapi nanti takutnya kamu kepikiran. Besok kalau kamu masih belum vit biar mama yang jemput lagi, ng
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments