Share

10 - Malunya aku

Sere langsung menatap tubuhnya dan bersemu, karena handuk yang ia pakai sedikit melorot memperlihatkan sedikit dadanya.

"Sialan! tutup matamu," pekik Sere melemparkan bantal ke wajah Faresta yang tengah tertawa terbahak - bahak.

"Iya - iya, aku keluar, tolong hentikan lemparanmu ini," ujar Faresta lalu bangkit dan pergi saat Sere sudah tak melempar bantal lagi.

"Malunya akuuuuu," gumam Sere menutup wajah dengan telapak tangan.

"Aku harus cepat memakai pakaian, tidak tau kan otak licik pria itu," ujar Sere bangkit lalu bergegas ke kamar mandi tak lupa membawa pakaian.

Faresta yang sudah berada di kamarnya terbahak - bahak, raut wajah Sere yang malu masih terbayang - bayang dan membuatnya tak bisa menahan tawa. 

"Lucu sekali wajahnya, seperti ini akan menjadi hobiku selalu menggoda dia," gumam Faresta setelah puas tertawa menjatuhkan tubuhnya di kasur.

"Ahhhhh, lapar," gumam Faresta lalu bangkit melangkah ke ruang makan, terlihat Sere tengah mengambil air minum di kulkas.

"Sayang, gak ngajak - ngajak," goda Faresta berbisik ditelinga Sere.

"Apaan sih kamu!" geram Sere dengan suara meninggi karena terkejut, membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Turunkan suaramu! kalian siapkan kami makanan, aku sangat lapar," perintah Faresta langsung dilaksanakan oleh bawahannya.

"Ayoo Sere, kita duduk di meja makan!" ajak Faresta menarik lengan gadisnya.

"Tuannnn," panggil Sere saat dirinya di dudukkan ke kursi.

"Hmmmm." Faresta hanya berdehem lalu duduk disebelah Sere.

"Aku rindu Ibuku, antarkan aku ke rumah sakit," pinta Sere sambil menangkupkan tangannya.

"Nanti, selesai makan kita ke sana," balas Faresta membuat Sere mengembangkan senyuman bahkan sampai memeluk pria itu.

"Tuannn, makanan sudah siap," ucap Bulan tengah menyendokan makanan untuk majikannya.

"Kamuuuu, dipecat jadi pelayan di rumah ini!" ucap Faresta tegas membuat Bulan dan Sere terdiam.

"Apa salah saya Tuan, bahkan baru tadi Tuan menaikan gaji saya," kata Bulan sambil berlutut di kaki Faresta, membuat Sere menggeram.

"Berdiri Bulan!" perintah Sere berusaha mengangkat tubuh Bulan agar bangkit.

"Tidak Nona, biarkan saya begini," ucap Bulan menggeleng.

"Lepaskannnn!" tegur Faresta dingin, menatap tajam ke arah Bulan.

"Maafkan saya Tuan," pinta Bulan lagi dengan suara lirih terendam isakan.

"Dengarkan, saya belum selesai berbicara," geram Faresta kesal karena Sere masih berusaha meminta Bulan agar bangkit.

"Bangkitlah, dan dengarkan ucapanku," perintah Faresta disuguhi gelengan Bulan.

"Turuti perintahku!" bentak Faresta membuat Sere terkejut dan Bulan langsung bangkit.

"Kau akan menjadi asisten pribadi Sere, jadi hanya turuti perintahku dan calon istriku," jelas Faresta membuat Bulan bernapas lega.

"Terimakasih Tuan," ucap Bulan bersyukur.

"Ingatlah jangan sampai calon istriku kenapa -napa," ancam Faresta dibalas anggukan Bulan.

"Iya Tuan," balas Bulan dengan bersemangat.

"Ganti pakaianmu, seperti pakaian biasa! aku tau pasti calon istriku akan risih jika kamu selalu pakai pakaian formal nanti," jelas Faresta dibalas anggukan semangat oleh Bulan.

"Iya Tuan, saya akan ganti pakaian. Saya pamit pergi dulu," ucap Bulan langsung diangguki Faresta.

"Aku gak butuh asisten, Tuannn," ucap Sere manatap Faresta.

"Turuti saja kemauanku, gitu aja susah." Faresta langsung fokus memakan makanananya tanpa menghiraukan gerutuan Sere.

"Cepat! habiskan makananmu, katanya mau ke rumah sakit," tegur Faresta melihat Sere hanya mengacak - acak makanan.

"Siap Tuan," sahut Sere semangat dan tersenyum ceria saat mendengar ia akan menjumpai Ibunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status