Share

6. Aku Tidak Mempersulitmu

Sophia tidak tahu apa maksud hari spesial yang Shaka ucapkan semalam. Pria itu terlihat begitu marah ketika sampai di rumah dan melihat kedua orang tua mereka tengah duduk santai sambil mengobrol banyak hal. Jika diingatkan Sophia bilang pada Petra jika hari itu Shaka sedang lembur, ada banyak sekali pekerjaan yang harus Shaka kerjakan sehingga dia tidak bisa ikut makan malam atau bertemu dengan keluarga Sophia. Bahkan Sophia juga tidak tahu jika Petra nekat menelpon Shaka dan meminta pria itu untuk pulang ke rumah bertemu dengan keluarga Sophia. Bahkan tidak ada Shaka pun juga semuanya akan membaik, apalagi Sophia juga tahu jika setelah menikah Shaka tersiksa dengan kehidupannya yang tidak bisa bertemu dengan kekasihnya.

“Jangan mempersulitku lagi!!” ucap Shaka tegas.

Sophia menoleh menatap Shaka dengan wajah bingung. Mempersulit apa? Bahkan Sophia tidak melakukan apapun pada kehidupan Shaka. Dia tidak meminta atau mengganggu Shaka selama ini, lalu Sophia mempersulit dari mana?

“Apa? Aku melakukan apa?” tanya Sophia akhirnya.

“Masih nggak nyadar ya? Selama ini yang mempersulit hidupku cuma kamu. Bisa nggak sih semua atasi sendiri? Nggak perlu melibatkan aku?”

Lah memangnya Sophia pernah melibatkan Shaka selama ini? Lagian yang menelpon Shaka itu Petra bukan Sophia, seharusnya Shaka marah kada Petra bukan Sophia. Kurang kerjaan sekali Sophia jika harus mengganggu hidup Shaka. Benar, jika mereka adalah suami istri tapi kan Shaka sendiri yang menciptakan batasan antara Shaka dan juga Sophia. seharusnya Shaka mengerti akan hal itu, apalagi sama-sama tidak ingin bersama.

“Siapa juga yang melibatkan kamu? Itu kan ayahmu sendiri yang menelpon bukan aku, kenapa aku yang disalahin?” Sophia mencoba untuk membela. Jika dia diam terus menerus yang ada harga dirinya akan selalu di injak-injak oleh keluarga Shaka.

“Papi itu kalau nggak kamu suruh nggak mungkin hubungi aku terus. Kamu pikir aku nggak tau apa tujuanmu itu apa? Nggak usah munafik jadi orang!! Pengen hidup enak aja mempersulit semuanya!!” hina Shaka.

Sophia uang tidak Terima pun menyeret kakinya untuk mendekati Shaka. Matanya berkaca-kaca setelah mendengar ucapan yang menyayat hatinya. Dia pikir hidup dengan Shaka bisa membuat Sophia bahagia?

“Hidup enak?” Sophia mengulang sambil menatap Shaka dengan jijik. “Aku memang bukan berasal dari keluarga kaya, bukan dari keluarga yang tinggal perintah semuanya ada. Tapi aku bersyukur punya keluarga yang mengajariku mencari bukan mengemis. Kamu memang kaya dari lahir, kamu nggak perlu susah payah gimana caranya nyari duit biar bisa malam buat besok. Tapi ingat ya Shaka, aku disini nggak numpang gratis kok. Kamu juga nggak ngasih uang nafkah setelah menikah, jadi aku pikir ini bukan termasuk hidup enak. Karena aku masih cari duit sendiri untuk memenuhi kebutuhanku!!” jelas Sophia dan berlalu.

Shaka yang kesal pun mengepalkan tangannya. Dia bahkan sampai melemparkan tinjauan ke udara untuk melampiaskan emosinya. Di depan keluarganya Sophia menjadi sosok wanita yang pendiam dan tidak banyak bicara. Tapi di depan Shaka dia adalah wanita ular, pembangkang dan juga suka seenaknya. Pantas saja tidak ada satu pria pun yang mau menikah dengan wanita itu.

Keluar dari kamar Sophia pun terkejut dengan Petra yang ternyata sudah berdiri di depan kamarnya. Mertuanya itu tersenyum manis dengan tangan yang hampir saja menyentuh keningnya. Mungkin tangan itu digunakan untuk mengetuk pintu kamar, hanya saja karena Sophia ingin segera pergi dari neraka ini dia pun tidak tahu jika mertuanya sudah menunggunya.

“Papi … ,” pangil Sophia tidak enak hati. Dua berharap jika Petra tidak mendengar apa yang Sophia dan juga Shaka debatkan barusan.

Petra celingukan, sehingga membuat Sophia segera menutup pintu kamarnya. “Papi nganggu ya? Pengen pamitan soalnya.”

“Papi mau pulang hari ini?”

Petra mengangguk, “Iya. Enggak enak juga kalau lama-lama disini, di rumah nggak ada yang urus. Kerjaan Papi juga banyak banget bantu Shaka di kantor. Jadi, Papi harus pulang.”

Sophia cukup sedih mendengar hal itu. Dia bahkan begitu menghormati Petra yang menyayanginya dengan tulus. Tapi ada rasa lega juga jika mertuanya itu segera pulang, setidaknya dia tidak harus berpura-pura tidur satu kamar lagi dengan Shaka. Dia tidak harus berdebat lagi dengan Shaka setiap malam yang membuat Sophia pusing. Dia ingin hidup tenang tanpa adanya Shaka.

Menarik nafasnya panjang, Sophia pun mengangguk pelan. “Mau panggilan Mas Shaka dulu ya Pi, buat nganterin papi sama Mami pulang ke rumah.”

Petra menahan tangan Sophia yang ingin kembali masuk ke dalam kamar. “Nggak perlu, Papi ada supir kok. Shaka kan sibuk pasti habis gini langsung ke kantor. Jangan ganggu dia.”

Tentu saja Shaka sibuk, dia sibuk menenangkan wanitanya yang tengah marah pada Shaka yang tidak bisa bermalam dengannya kemarin. Mungkin jika tidak ada kedua orang tua Sophia, sudah dipastikan jika Shaka akan berakhir dengan Valery malam itu juga.

“Yaudah, Papi hati-hati ya. Maaf Phia nggak bisa anter Papi pulang ke rumah.”

“Nggak papa, kamu jaga diri baik-baik ya. Apapun yang Shaka ucapkan jangan masukan hati, kalian ini suami istri kalau bertengkar itu wajar tapi jangan kelewat batas. Papi yakin dan percaya, pernikahan kalian akan akan selalu bahagia.”

Dalam hati Sophia pun menepis ucapan Petra. Tidak akan ada yang bahagia jika tidak ada yang saling mencintai.

***

“Selamat pagi Mbak.”

Sapaan itu membuat Sophia tersenyum kecil, dia pun melihat Lala yang baru saja datang dengan sepeda listriknya.

“Selamat pagi, La. Tumben banget jam segini udah datang, kadang suka telat.” kekeh Sophia.

Lala menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal sama sekali. Dia pun menunjukkan deretan gigi gingsulnya yang sempat membuat Sophia iri.

“Ya gimana ya Mbak, kemarin aku menerima pesanan bunga rangkai. Hari ini sengaja datang pagi mau bantuin Mbak bunga rangkai.” jelas Lala takut.

“Memangnya pesen berapa La? Banyak ‘kah?”

Lala mengangguk, “Orang itu memesan sepuluh bunga rangkai mawar merah. Ditambah lagi bunga hias mobil pernikahan, terus ada yang pesan buat opening toko kosmetik yang seberang jalan itu loh Mbak, barusan buka minta dibuatin bunga juga.”

“Ya ampun La kamu ini kenapa nggak ngomong sih! Duh, mereka ambil jam berapa La?”

Lala kembali mengingat jika tidak jam sembilan pagi yang jam sepuluh pagi. Lala sendiri juga sedikit lupa, dia hanya menunjukkan bukti transfer uang dp yang masuk ke rekening Sophia langsung. Masalah kenapa Lala tidak memberitahu Sophia, sejujurnya Lala sudah mencoba menghubungi Sophia malam itu. Dia sudah memberitahu Sophia tentang pesanan bunga yang masuk pada dirinya, tapi tak ada satu panggilan maupun satu pesan pun yang tersampaikan. Bahkan ponsel Sophia juga sulit sekali dihubungi, makanya Lala datang pagi ini untuk memberitahu Sophia dan juga membantu wanita itu membuat banyak pesanan bunga hari ini.

“Handphone Mbak kayaknya mati deh, atau habis data Mbak? Aku telepon kenapa nggak bisa?” tanya Lala heran.

“Masa sih?”

Lala meminta Sophia untuk memeriksa ponselnya, tidak mungkin Lala berbohong sedangkan ponsel Sophia memang

sulit sekali dihubungi setelah menikah. Mungkin Lala tidak tepat waktu ketika menghubungi Sophia hingga wanita itu memutuskan untuk memastikan ponselnya.

Buru-buru Sophia pun memeriksa ponselnya yang ternyata sudah mati entah sejak makan. Ponsel ini jarang sekali keluar dari tasnya, ketika tidak berbunyi.

“Astaga … ponsel saya mati La.” pekik Sophia.

“Aku bilang apa, itu ponsel nggak ada harga dirinya bagi Mbak.”

Sophia tertawa mendengar hal itu, dia pun meminta Lala untuk segera memarkirkan sepeda listriknya, dan barulah mereka membuat bunga rangkai sesuai dengan pesanan yang Lala Terima.

***

Shaka yang merasa bebas pun memutuskan untuk pergi dari kantor setelah makan siang. Dia ingin menemui Valery yang sejak semalam tidak mau menerima panggilan dan juga pesan dari Shaka. Wanita itu benar-benar marah ketika Shaka memutuskan untuk pulang ke rumah setelah menerima panggilan ayahnya.

Sesampainya di depan rumah Valery, Shaka pun segera turun dan nyelonong masuk ke rumah Valery yang tidak di kunci sama sekali. Shaka berteriak memanggil nama Valery terus menerus.

“Sayang kamu dimana?” teriak Shaka sekali lagi.

Dia sudah keliling rumah ini dan tidak menemukan Valery sama sekali. Dari dapur hingga kamar pun juga Shaka tidak bertemu dengan Valery. Yang ada Shaka hanya melihat ponsel wanita itu di atas meja rias tergeletak tak berdaya.

“Sial!! Dimana dia!!” umpat Shaka kesal.

Mengacak rambutnya frustasi, Shaka memutuskan untuk kembali ke ruang tengah. Dia tahu Valery marah, tapi wanita itu tidak mungkin pergi dari rumah tanpa membawa ponsel. Sudah dipastikan wanita itu masih ada di sekitar rumah tapi ada dimana?

Mondar-mandir depan televisi, Shaka mendengar suara benda jatuh yang cukup nyaring. Pria itu langsung menoleh ke arah pintu samping rumah ini dengan mata memicing. Dia lupa dengan pintu taman rumah ini, apa mungkin benda jatuh itu ulah Valery?

Buru-buru Shaka pun berlari ke arah pintu itu dan melihat Valery yang sedang memunguti pecahan beling di dekat kolam renang. Tentu saja Shaka langsung menarik Valery untuk tidak menyentuh benda tajam itu.

“Argh!!” Valery memekik kaget dan berteriak. Tapi setelah tahu siapa yang menariknya Valery pun langsung menepis tangan itu dan menjauh. “Kenapa kesini? Bukannya di rumah ada mertuamu?” ucapnya dengan nada cetus.

“Mereka sudah pulang semalam. Tidak jadi menginap, aku ingin kembali tapi papi melarang.”

Valery hanya diam saja, mengambil baju mandi untuk menutupi tubuhnya. “Kalau begitu cepat pulang, sebelum papi menelponmu dan memintamu pulang kembali.”

“Sayang … , dengerin aku dulu.” Shaka mendekat, menangkup kedua pipi Valery dengan lembut. “Jangan marah lagi, Oke. Malam ini aku akan disini sama kamu.”

“Aku ada hak tidak sih untuk cemburu? Aku benar-benar tidak suka dengan pernikahan ini!!”

Tidak hanya Valery, Shaka pun juga tidak suka dengan pernikahan ini. Tapi mau bagaimana lagi, Shaka tidak bisa berbuat banyak hal, dia juga tidak bisa menjanjikan apapun untuk Valery. Untuk saat ini Shaka ingin hubungan ini berjalan dengan seadanya.

To be continued

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status