Melihat kedua orang tuanya dan juga dua karyawannya duduk di depan pintu kios. Sophia pun buru-buru turun dari motor dan menghampiri mereka. Perempuan itu sesekali mencari keberadaan kunci kios yang selalu saja dia taruh di dalam tas yang sering dia bawa. Ayahnya menelpon, jika dia tidak membawa kunci kios begitu juga dengan ibunya yang tidak ingat sama sekali dengan kunci kiosnya. Apalagi selama ini Sion dan juga Sophia yang memegang kedua kunci usaha mereka.
"Sorry ya Yah, aku telat lagi." kata Sophia tidak enak hati, sambil membuka pintu kiosnya.Sion menghela nafasnya panjang, "Harusnya Ayah yang nggak enak, ganggu acara kamu sama mertua kamu. Ayah yang minta maaf.""Nggak papa, Yah, mereka cuma sarapan aja kok di rumah habis itu pulang."Tetap saja Sion tidak enak hati, kalau saja Sion tahu mungkin dia akan pulang ke rumah dan tidak meminta Sophia untuk pulang. Putrinya membutuhkan waktu untuk mengenal keluarga suaminya, tapi sayang nya Sion malah mengganggu waktu itu.Sophia tidak mendengarkan ucapan itu, dia tidak peduli apa yang sudah ayahnya katakan. Ini hanya sebuah kunci, Petra kita tidak mempermasalahkan hal ini. mertuanya itu cukup pengertian dan tidak terlalu mengekang Sophia untuk tetap di rumah. Makanya, ketika Sophia bilang ayahnya sudah menunggu Petra langsung mengizinkan Sophia untuk segera pergi."Apa perlu Ayah kesana?" sungguh, Sion tidak enak hati dengan hal ini.Sophia menggeleng, "Nggak perlu Yah, lagian mereka juga pasti udah pulang. Ayah nggak mungkin bisa ketemu mereka, tau sendiri kan mereka kayak apa?"Sion tahu, keluarga menantunya sangat kaya sehingga membuat Sion merasa sungkan jika harus duduk di kursi mahal mereka. Setelah pindah Sion juga belum tahu dimana letak rumah Sophia dan juga suaminya, mungkin saja dia boleh mampir ke rumah baru mereka.Mendengar hal itu, Sophia pun mendesah. Dia ingin mengusir mertuanya yang ada di rumahnya. Tapi yang ada ayahnya malah ingin tahu rumah mereka, bukannya apa, Sophia hanya tidak ingin ayah dan ibunya mengetahui apa yang terjadi di rumah itu."Hmm boleh, Ya." jawab Sophia akhirnya. Sungguh, dia jadi tidak enak hati dengan ayahnya, Sophia takut ayahnya merasa kecewa ketika Sophia menolaknya. Ini hanya sebuah rumah, toh, ayahnya tidak akan datang ke rumah itu setiap hari kan?Mendengar hal itu Sion cukup senang, tidak masalah jika bukan hari ini apalagi di rumah juga ada mertua Sophia. Sion bisa main ke rumah baru putrinya nanti jika dia sudah memiliki waktu senggang.Sophia menghela nafas panjang dan tersenyum. Ayahnya ini memang paling pengertian, sehingga bisa membuat Sophia tenang untuk beberapa hari kedepan.***"Kamu sepertinya lebih sibuk dengan istrimu ketimbang aku, sayang!!" Valery merajuk, acara belanjanya batal karena ulah Shaka yang datang ke rumahnya terlambat. Belum lagi ini juga sudah sore dan membuat mood Valery berantakan. Tas mahal yang dia inginkan juga sudah dibeli orang, lalu untuk apa juga dia harus berangkat belanja?"Sayang … astaga, jangan merajuk. Ini semua ulah papi bukan Sophia, kita sudah berhasil pergi dari rumah. Tapi aku nggak tahu kalau papi bakalan nyusul ke kantor."Ya, setelah berhasil pergi dari rumah dengan alasan cepat ingin pergi ke kantor. Shaka memilih balik arah dan ingin pergi ke rumah Valery. Karena jalanan ibu kota cukup ramai, Shaka malah menerima pesan masuk dari sekretarisnya jika Petra datang ke kantor untuk melihat pekerjaan Shaka. Tanpa berpikir panjang pun Shaka kembali ke kantor, dia pikir sekretarisnya berbohong. Sesampainya di ruangannya, Shaka bisa melihat ayahnya yang sibuk memperhatikan Shaka di ambang pintu."Lagi belain istri ya sayang?" cibir Valery.Shaka menggeleng, "Tidak ada gunanya aku membela dia. Aku benar-benar minta maaf, ayahku mendadak datang ke kantor ketika aku perjalanan ke rumah kamu, sayang."Valery berdecak kecil, mengambil sebuah gelas yang berisikan wine lalu meneguk nya secara perlahan. Melihat hal itu, Shaka pun menarik gelas itu dan menghabiskan semua isinya."Jangan minum lagi, malam ini aku akan menginap di rumahmu sebagai permintaan maafku." ucap Shaka manis.Sungguh, hal seperti itu pun langsung membuat Valery bahagia. "Serius? Bagaimana jika istrimu menelpon?""Bisa tidak, jangan bahas dia?" Shaka terlihat kesal dengan ucapan Valery. Kedatangannya kemarin untuk menghindari istri cacatnya, lalu kenapa kita Valery harus membahas orang yang sama sekali tidak Shaka inginkan?Menarik nafasnya panjang, Shaka memutuskan untuk membersihkan diri lebih dulu. Tubuhnya sudah lengket dengan keringat, dan hal itu membuat Shaka tidak nyaman sama sekali.Valery hanya menatap punggung Shaka yang pergi begitu saja dari hadapannya. Bukan membahas, hanya saja Valery harus memastikan kalau Shaka menginap di rumahnya, istrinya tidak akan menelpon dirinya dengan alasan yang tidak masuk akal. Entah dari ibu atau ayah Shaka, nyatanya Valery yakin jika keluarga Shaka juga malu memiliki menantu seperti Sophia. Perempuan yang memiliki banyak kekurangan, perempuan yang tidak seharusnya di takdirkan untuk bersama dengan Shaka. Tapi nyatanya …Lamunan Valery buyar ketika suara ponsel Shaka berdering dengan kencang. Perempuan itu menatap layar ponsel Shaka yang terus menyalah dengan nama yang Valery kenal.“Sayang tolong lihat siapa yang menelpon.” teriak Shaka dari arah kamar mandi. Dia hanya menyembuhkan kepalanya saja dan menunjukkan beberapa deretan giginya yang bersih.Hanya menaikkan alisnya sejenak, Valery memutuskan untuk memberikan ponsel itu pada sangat pemiliknya.Melihat sikap Valery yang tidak bersemangat membuat Shaka kebingungan. Dia pun menatap layar ponselnya dan mengumpat kencang.“Halo Pa … .”***Dan disinilah Shaka berada. Duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Sophia yang entah untuk apa datang ke rumah baru Shaka. Tentu, laki-laki itu langsung menatap Sophia dengan tajam, dan perempuan itu hanya mampu menunduk dalam.“Kalau dari awal saya tahu kalian ingin datang, mungkin saya bisa membelikan makanan yang layak untuk kalian.” ucap Petra tidak enak hati.Sesungguhnya makanan ini sudah lebih dari layak, ada banyak sekali hidangan yang Sion dan juga istrinya belum pernah makan. Dan Petra bilang jika makanan ini tidak layak?“Ini sudah lebih dari cukup, Besan.” jawab Sion tidak enak hati.“Tuh, dengerin Pi. Ini sudah lebih dari cukup. Memangnya Papi mau menjamu mereka dengan apa? Daging wagyu? Yang ada lidah mereka bisa beku makan daging mahal!!” cibir Mia secara terang-terangan.Sion hanya tersenyum simpul dia tahu betul mertua perempuan tidak menyukai Sophia karena fisik. Tapi Petra begitu menyayangi Sophia seperti putrinya sendiri. Entah jalan apa yang harus Sion ambil, sedangkan dia tahu hati putrinya pasti sangat sakit mendengar ucapan itu. Ucapan yang mampu menyayat hati kedua orang tuanya.“Mami itu ngomong apa sih, setidaknya kita harus memberi makanan yang layak untuk mereka bukan malah seperti ini.” seru Petra menepuk tangan Mia pelan, mengisyaratkan untuk tidak berkata tidak sopan pada keluarga besannya.Mia mendengus apa yang dia katakan itu benar, tidak ada yang salah. Sion sendiri yang bilang jika semua ini sudah lebih dari cukup, lalu kenapa juga Petra harus memukul tangan Mia seperti itu? Bukannya itu bikin malu?“Ayoo, silahkan di cicipi hidangannya.” titah Petra mempersilahkan.Sion yang sungkan mungkin hanya mengambil satu potong roti, begitu juga dengan istrinya yang juga hanya mengambil satu potong roti seperti Sion. Tidak enak jika dia harus mengambil banyak sekali makanan ini, yang ada Sophia pasti akan diejek ibu mertuanya karena sifat kedua orang tuanya. Kedatangan Sion kesini hanya ingin tahu rumah baru Sophia saja tidur dan lebih, tapi yang ada Sion malah malu sendiri ketika tahu kedua orang tua Shaka masih ada di rumah ini.Setelah berbincang dan menikmati perjamuan yang ada, akhirnya Sion memutuskan untuk pulang. Dia tidak enak hati jika terlalu lama di rumah Sophia dan juga Shaka, apalagi ada kedua orang tua Shaka. Yang jelas Sion akan merasa malu karena keadaannya yang datang tidak membawa apapun. Dia pikir rumah itu sepi, mungkin hanya ada Shaka dan juga Sophia juga, apalagi cerita Sophia yang Shaka suka pulang larut malam karena sibuk bekerja. Tapi yang ada …“Kami pamit pulang dulu ya. Terimakasih atas perjamuannya, maaf merepotkan ya Pak, Bu.” ucap Sion.“Bapak Sion ini ngomong apa sih, saya tidak merasa direpotkan kok. Malah saya senang kalau kalian mau berkunjung ke rumah ini, melihat rumah Sophia dan juga Shaka.”Tapi tetap saja Sion tidak enak hati. Dia datang tidak membawa apapun, tidak bisa memberikan apapun pada menantu maupun anaknya. Sedangkan besannya saja sudah memberikan rumah yang besar dan nyaman untuk Sophia. Kehidupan yang kurang membuat Sion tidak bisa berbuat banyak hal. Bisa makan besok saja Sion dan sang istri sudah bersyukur, apalagi membelikan barang mewah untuk anak dan juga menantunya.“Kalau begitu saya permisi dulu.”Sion pun memilih untuk pergi, Sophia merasa sedih melihat kedua orang tuanya yang pergi begitu saja. Padahal malam ini Sophia meminta kedua orang tuanya untuk menginap di rumah barunya. Tapi yang ada …Sophia terjingkat ketika Shaka tiba-tiba saja menariknya dan hampir saja membuat Sophia tersungkur jatuh. Untung saja Sophia langsung mengimbangi dirinya, agar tidak terhuyung ketika Shaka kembali menariknya kembali. Mendorong secara kasar masuk ke dalam kamar, Shaka langsung mengunci pintu kamar mereka agar Petra dan juga Mia tidak mendengar ucapan mereka.“Kamu tau nggak, hari ini kamu mengacaukan semuanya.” ucap Shaka emosi.Sophia menggeleng, “Aku nggak tau maksud kamu apa.”“Harusnya hari ini menjadi hari spesial aku bersama Valery.”Sophia mendengus, dia pun menggeleng cepat. Sungguh, dia tidak tahu apa maksud dari ucapan itu. Apa yang membuat hari spesial Shaka hancur? Toh, seharian ini Sophia tidak menghubungi Shaka sedikitpun. Lalu dimana letak Sophia menghancurkan hari spesial Shaka?To be continuedApa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j
Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s
“Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel
Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat
Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V
Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi