Pagi ini, Elena mengajak Leo untuk pergi jalan-jalan. Elena menganggap weekend adalah waktu untuk mengistirahatkan diri. Beberapa hari sebelumnya, Leo mengeluh kepada Elena jika dirinya benar-benar lelah menghadapi pekerjaan yang menumpuk. Belum lagi masalah datang dari anak cabang dari bisnisnya. Tanpa berpikir panjang, Leo memilih untuk mengikuti rencana Elena.
Leo mengendarai mobilnya untuk pergi ke salah satu tempat yang Elena minta. Ia hanya ikut saja kemana wanitanya mengajaknya pergi. Dengan setelan baju kemeja navy dan celana putih membuat Leo terlihat sangat tampan meskipun sedehana apa yang ia pakai. Elena yang begitu mempesona, ia mengenakan baju dress panjang berwarna navy dengan tali sunny di bahunya."Sayang, kita mau kemana emangnya?" Tanya Leo penasaran. Karena hampir satu jam mobil yang ia kendarai belum sampai ke tempat tujuan mereka."Masa mas gak pernah ngelewatin jalan ini?" Elena bertanya kembali dengan penasaran."Haih boro-boro mas ingat, weekend aja mas jarang jalan-jalan. Capek sayang, mas milih tidur. Kalau libur kadang tidur dari pagi sampai mau malam. Saking capeknya." Keluh Leo.. Memang itu realitanya yang ada sekarang."Tidur apa latihan mati mas?" Elena terkekeh pelan."Latihan mati El." Leo mencebikkan bibirnya.Elena hanya tertawa melihat ekpresi yang diberikan Leo.Hampir berjam-jam Leo mendendarai mobilnya, kini akhirnya sampai di salah satu pantai yang ada di Jawa Barat. Elena mengajaknya untuk pergi berlibur ke Pantai Pangandaran. Leo memandang Elena takjub, pantas saja ia harus bekendara berjam-jam, eh ternyata ke luar Jakarta. Elena yang tau jika Leo kesal, ia hanya bisa menahan tawa saja.Digenggamnya tangan Leo untuk segera masuk ke pantai. Ia sudah tidak sabar untuk bermain menikmati deburan ombak pantai. Cuaca cukup mendukung. Karena pagi itu cuaca terlihat mendung dan tidak terlalu panas."Ayolah mas! Jangan pasang muka cemberut. Iya Elena minta maaf. Elena nggak kasih tau lebih dulu kita mau pergi kemana. Tapi apa mas gak pernah pergi sejauh ini?" Tanya Elena menatap Leo dengan lekat."Mas mana ada liburan kaya gini sayang. Pergi jauh kalau naik mobil pun paling Hans yang nyetir. Ya mas kamu ini benar-benar kuno, dan benar-benar nggak tau jalan. Jadi mas nyetir tadi cukup melelahkan." Keluh Leo. Mukanya masih tetap saja masam."Ah harusnya tadi naik heli saja, kalau mas Elena ajak jalan-jalan tapi malah pasang muka masam seperti itu.''Elena meninggalkan Leo berjalan sendirian. Ia pura-pura merajuk dan merasa bersalah karena sudah menyusahkan Leonardo. Apa Leo akan tetap bertahan dengan muka masamnya. Atau luluh dengan apa yang Elena lakukan.Leo yang melihat Elena berjalan mendahuluinya. Langusng saja mempercepat langkah kakinya. Ia harus membuang rasa lelahnya. Tidak ingin merusak momen hari dimana mereka pergi kencan sekaligus liburan pertama menjadi pasangan."Jangan jalan duluan. Lihat banyak pasang mata laki-laki lapar yang lihat kecantikan kamu sayang. Iya mas minta maaf. Maafin mas yang sedikit mengeluh. Tapi mas minta, Elena hari ini sama mas hari ini benar-benar enjoy nikmatin weekendnya ya." Leo menggenggam tangan Elena. Diusapnya punggung tangan Elena dengan lembut."Iya mas. Let's have fun together." Teriak Elena dengan sumringah.Senyum manis terbit di bibir Leonardo. Ia harus membuat Elena bahagia meskipun harus leleha mengemudi jalan jauh. Leo tidak ingin melepaskan genggamannya di tangan Elena. Tidak ingin sama sekali untuk melepaskan tangan mungil itu.Deburan ombak pantai begitu yang begitu menenangkan. Ditambah dengan melihat dua sejoli yang sedang di mabuk kasmaran. Mereka berlarian bak anak kecil di bibir pantai tanpa rasu malu. Biarlah orang lain menganggap apa. Karena kebahagian datang dari kitanya sendiri.Setelah puas basah-basahan, Elena mengajak Leo untuk duduk di bawah payung pantai yang di bawahnya terdapat kursi tempat mereka bersantai. Dua kelapa muda dan beberapa makanan menjadi pelengkap mereka berdua untuk bersantai. Leo memandang Elena yang begitu mempesona dengan setelan baju pantai yang ia kenakan."Jangan lihat Elena kaya gitu mas. Salah baju ya Elena?" Tanya Elena dengan mata menelisik penampilannya. Ia merasa salah baju untuk berangkat ke pantai."Nggak salah sayang,itu baju pantai juga kan. Tapi bahu putih kamu jadi tontonan banyak orang. Mas gak rela jadinya." Jawab Leo jujur.Elena tersenyum. Ia mengeluarkan outer yang sudah dibawa dari rumahnya. Bahu mulunya ia tutupi dengan outer miliknya. Elena tidak mau melihat muka masam Leo karena dirinya."Sudah kan. Dress Elena juga panjang sampai mata kaki juga. Apa harus ditutup lagi?" Tanya Elena."Hahah enggak El. Udah nggak papa. Asalkan. atas udah tertutup mas senang. Kan Elena milik mas." Leo mengedipkan matanya genit."Hih belum resmi jadi suami juga." Elena menyandarkan badannya di kursi santai di bawah payung. Kedua matanya ia pejamkan sambil menikmati semilirnya angin di pantai.Leo melihat suasana pantai yang begitu ramai di hari libur. Banyak dari mereka yang berlibur dengan keluarga ataupun pasangan. Sudah lama rasanya, Leo tidak pergi ke pantai. Kehidupannya setelah menjadi CEO, hari-hari Leo dihantui dengan pekerjaan.Kehadiran Elena saat ini membawa hal baru lagi di hidupnya. Setiap hari Leo mendapatkan perhatian lebih dari Elena. Perhatian dari mamanya, diambil alih Elena untuk saat ini. Leo ingin sekali segera mungkin untuk menikahi Elena. Ia ingin dari pagi sampai malam sampai ketemu pagi lagi, Elena selalu bersamanya."El, nikah cepet yuk!" Ucap Leo spontan."Mas mas, baru aja berapa minggu kita kembali ketemu. Mas kan udah Elena kasih tau. Elena gak mau buru-buru. Mas kan kerjaan juga masih numpuk. Kita pelan-pelan dulu mas. Intinya nanti kita bakal nikah." Elena tersenyum ke arah Leo sambil meminum kelapa mudanya."Mas pengen ada yang masakin tiap hari sayang. Ada yang manja-manja mas kalau mas capek kerja." Leo memasang muka memelas."Aih mas. Sabar ya. Elena juga nanti masih harus ngasih tugas ke Mahasiswa, buat soal UTS, UAS. Apalgi ini sekarang baru tahun ajaran baru Mahasiswa masuk. Kita pacaran dulu aja gapapa mas. Kalau Elena habis nikah gak bisa langsung ninggalin pekerjaaan Elena. Biarin Elena selesain dulu. Kalau mas bolehin Elena kerja ya kita nikah sekarang nggak papa mas. Tapi mas nggak bolehin Elena kerja. Jadi yaudah kita nikmatin dulu aja hari-hari kita ini." Jelas Elena.Leo memang tidak menginginkan Elena tetap bekerja ketika sudah menikah. Uangnya sudah sangat cukup untuk menafkahi Elena dan memenuhi apa yang Elena mau. Cukup Elena di rumah. Menjadi istri kesayangan Leo.Matahari mulai terbenam, Elena mengajak Leo untuk pergi meninggalkan pantai. Rasanya masih kurang waktu mereka untuk bersama. Tapi Elena tidak bisa egois. Mengingat Leo yang memiliki sedikit waktu luang."Mas, beli jagung bakar yuk. Kayanya enak tuh!" Elena menarik tangan Leo untuk menghampiri penjual jagung bakar di dekat pantai."Iya ayo. Mas juga pengen.""Mang, jagung bakarnya 4 ya." Ucap Elena kepada sang penjual."Oke neng, sebentar."Elena mengamati penjual jagung bakar yang sedang menyiapkan pesannya. Ia tidak sadar tangannya yang berada di genggaman Leo ia ayunkan ke depan belakang. Leo yang melihat tingkah Elena hanya terkekeh pelan. Benar-benar lucu wanitanya itu."Ini neng jagung bakarnya. 40 ribu totalnya." Penjual jagung bakar memberikan bungkusan milik Elena.Leo langsung segera membayarnya. Ia melihat di dompetnya hanya ada pecahan seratus ribu dan..."Sisanya bapak ambil. Saya nggak ada uang pas. Makasih ya pak."Leo memberikan uang tersebut kepada penjual jagung bakar."Makasih banyak mas. Ini sangat lebih."Leo hanya tersenyum manis ke arah penjual jagung. Ia merangkul Elena untuk mengajaknya pergi ke mobil. Hari sudah malam dan cuaca juga semakin dingin."Mas baik banget sih.""Berbagi sedikit sayang. Kasihan juga bapaknya. Kebetulan uang mas juga nggak ada pecahan lima puluh ribu. Makasih ya sayang udah buat ide untuk ke pantai. Meskipun capek bawa mobil, tapi mas seneng bisa sama Elena seharian." Leo benar-benar bahagia hari ini.Elena hanya menganggukkan kepalnya dan tersenyum ke arah Leo.Sesampainya di hotel, Elena langsung merebahkan badannya di atas kasur. Ia merasa begitu sangat lelah ketika selesai menempuh perjalanan yang begitu jauh. Lala yang saat itu juga merasa lelah langsung naik ke atas kasur dan ikut rebahan disamping Elena."Bunda, kakak ayo bersih-bersih dulu. Masa kita sampai hotel langsung tidur. Nggak pengen makan-makan gitu kah?" Tanya Leonardo."Ayah-ayah, badan kakak seperti tak bertulang. Badan kakak seperti jelly." Keluh Lala sambil matanya terpejam."Yaudah kakak bobo dulu. Kalau udah bobo kita jalan-jalan ya. Bunda bobo dulu juga boleh kok." Kata ayah memerintah kedua wanitanya untuk beristirahat dulu. "Oke ayah. Bentar ya. Ayah ikut bobo dulu sini. Nambah stamina juga sebelum jalan-jalan." Ajak Elena agar Leonardo juga ikut istirahat. "Oke oke ayah juga ikut istirahat. Kita bobo dulu." Leonardo melepas sepatunya terlebih dahulu dan langsung ikut bergabung bersama kedua wanitanya. Mereka di Jepang akan sampai tahun baru nantinya. Karena bebe
Saat waktunya mendekati jam take off, Leonardo bergegas mengajak Elena dan Lala untuk pergi ke bandara. Leo tidak ingin sampai terlambat sedikit pun. Ia terus mengemudikan mobilnya tanpa banyak omong. "Ayah kok kakak rasa ini bukan jalan arah pulang ya. Kita mau kemana lagi ayah?" Tanya Lala penasaran."Iya mas. Elena rasa kok emang bukan jalan arah pulang. Kemana emangnya?" Elena juga ikut menanyakan perihal Leonardo yang mengemudikan mobilnya berlawanan arah."Sebentar lagi kita sampai. Bunda sama kakak sabar ya." Jawab Leonardo sambil tersenyum. Elena hanya diam. Ia tidak mau banyak tanya lagi dan mengikuti saja kemana Leonardo membawanya pergi. Leo tersenyum simpul. Ia akan merasa bahagia jika rencananya benar-benar terwujud.Kurang lebih lima belas menit dan didukung oleh jalanan yang gak begitu macet, kini mereka sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta. Elena yang paham betul jika ia saat ini berada di bandara hanya bisa cengo dan nggak tahu apa. Leonardo yang melihat Elena bin
Pagi ini Leonardo sudah kembali lagi untuk pergi ke kantornya. Ia juga memikirkan Hans yang sudah menghandle banyak pekerjaan. Leo berani meninggalkan Elena karena mamanya mulai setiap pagi akan pergi ke rumahnya. Hanya untuk menemani Elena. Elena masih berada di posisi tahap penyembuhan. Bahkan lukanya dan rasa sakitnya juga belum sepenuhnya pulih. "Hans, apa kamu nggak papa saya tinggal ke Jepang selama satu minggu?" Tanya Leonardo."Saya ikhlas lahir batin pak. Asalkan Bu Elena bisa sembuh dan bisa mengobati lukanya. Tapi gaji saya nanti tambah ya pak." Hans terkekeh pelan."Masalah itu kamu nggak usah khawatir. Saya mana pernah nggak ngasih kamu gaji tambahan? Ya kan? Tapi kamu tetap kabari apapun nanti kalau ada kerjaan yang nggak bisa kamu kerjakan. Jadwal pertemuan sama orang-orang bisa diatur minggu depannya setelah saya pulang dari Jepang ya." Pinta Leonardo."Bapak nggak usah khawatir. Semuanya serahkan semuanya ke saya. Tapi setelah ini saya izin menikah ya pak. Kerjaan da
Leonardo merasa lega karena hari ini Salma bisa pulang ke rumah setelag dua minggu dirawat di rumah sakit. Setelah kejadian yang sudah menimpa mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk memulai kehidupan baru. Opah dan Mr. Black juga sudah dibawa ke pihak yang berwajib. Oma pun akhirnya resmi bercerai dengan opah dan kembali ke keluarganya. Keluarga Elena sudah berantakan. Bahkan media di Indonesia juga menyorot keluarganya. Banyak yang mengasihani Elena dengan masalah yang menimpanya. Dan saat ini hanya Jordi dan orang tuanya yang masih menyayangi Elena."Leo, paman sama bibi memang jarang di Jakarta. Tapi kalau ada apa-apa soal Elena. Tolong kabari kami ya! Mungkin hanya Jordi disini nantinya. Tapi paman minta kamu percaya sama paman dan bibi." Ucap papa Jordi."Paman, mungkin sekarang Leo sangat sulit mempercayai orang. Bahkan mama papa Leo sendiri, Leo sangat takut. Tapi Leo usahakan untuk percaya sama paman dan bibi. Nanti kalau senggang aku juga akan bermain ke rumah kalian." Leo
Malam ini Leonardo harus meninggalkan Elena terlebih dahulu dan meminta Jordi untuk menjaga Elena dahulu. Ia bersama Polisi Anton mengumpulkan para orang tuanya untuk membahas lebih lanjut masalah yang telah terjadi selama akhir-akhir ini. Leonardo sudah tidak bisa lagi untuk bisa sabar. Bahkan wajanya sudah terlihat merah padam menahan amarah.“Leo, kenapa kamu menuduh opah seperti itu?” Tanya oma dengan lemah lembut.Leo menatap oma tajam “Oma sama opah udah menikah berapa tahun? Sampai nggak tahu semua kegiatan opah?” Sungut Leonardo.“Leo ngomong yang sopan nak!” Tutur mama dengan halus.“Sepertinya tidak bisa nyonya. Kalau saya jadi Pak Leo pasti sudah bisa nggak sopan lagi. Nyonya kalau nggak terlibat dalam masalah ini dan nanti tahu fakta sebenarnya pasti akan marah juga.” Sahut Polisi Anton.Semua orang nampak bingung dengan penuturan Polisi Anton. Kecuali opah yang masih menatap Leonardo dengan menahan amarah. Karena saat ini semua tuduhan tertuju semua ke dirinya.“Kalau bol
Leonardo harus mendengarkan kabar yang tidak enak kembali. Rencananya tidak ingin memberitahu soal kondisi Elena, namun semuanya sia-sia. Opah dan oma sedang menuju ke rumah sakit untuk menemui Elena. Sedangkan, Leonardo juga memberitahukan kepada Elena untuk tetap tenang jika nanti terjadi apa-apa. Karena ia juga nggak tahu, bagaimana reaksi opah. Apalagi setelah ada fakta jika bayi yang ada di dalam kandungan Elena menjadi bahan taruhan."Mas, mas tetap dampingi Elena. Karena Elena takut. Opah marah. Elena gak bisa jaga dede bayi." Ucap Elena yang sedikit ketakutan."No Elena. Percaya sama mas. Mas akan jagain kamu." Kata Leonardo."Kakak juga nggak usah takut, Jordi pasti ada di samping kakak juga." Sahut Jordi."Makasih ya. Tapi kenapa opah sejahat itu. Elena gak tau kalau pernikahan kita menjadi bahan taruhan demi perusahaan mas." Elena meneteskan air matanya."Udah sayang. Semoga opah segera sadar. Ingat sama kesalahannya. Pesan mas, kamu coba pura-pura nggak tau. Jangan ngomong