Mematung di tempat, Dita ter lihat bak-seperti orang bodoh, menatap Dina, yang saat ini tengah mem bawah langkah kaki menuju pada nya. Amarah-yang begitu mem bara di dalam dada nya, mem buat Dina mengayun kan langkah kaki nya dengan begitu cepat. Dan, saat men dekat, gadis itu langsung men darat kan se buah tamparan tepat di pipi kiri Dita.PLAAK---! Hingga, mem buat wajah wanita itu ber paling seketika.Bukan nya memisah kan, orang-orang yang berada di sana, justru ber sorak-sorai, saat Dina meluap kan amarah nya pada Dita. "Dasar, lo- murahan! Pasti, lo yang udah meng goda Aditya hingga, menikahi lo!" hardik Dita. Teramat sangat sakit hati, dengan kenyata-an yang dia ketahui hari ini, mem buat Dina begitu mem babi buta. Mengoleng kan ke sana-ke mari, kepala Dita.Lisa tengah mem beli minuman untuk diri nya, dan juga Dita. Sangat begitu kaget, saat men dapati apa yang dia lihat, "Dita---," gumam Lisa, dan segera mem bawah langkah kaki nya cepat.****Baru saja kem bali ke kampus. N
Mem biar kan keheningan me landa beberapa detik, akhir nya Arman kem bali ber suara, "Kakak, tidak tahu, kenapa dia sama sekali tidak mem beritahu kan pada mu selama ini. Namun, yang jelas mereka ber dua pernah satu SMA." "Boleh kah aku, tahu mereka dulu ber sekolah di SMA, apa?" tanya Dita, dengan rasa penasaran yang se makin ber tambah. "Mereka dulu ber sekolah di SMA 2 Abadi," sahut Arman, dan Dita yang men dengar kenyata-an yang begitu mengejut kan hari ini-seketika mem bisu, hanyut dalam apa yang men jadi beban pikiran nya. "Aku, dan Jeni selama ini satu kelas, dan kami sudah ber sahabat cukup lama. Namun, kenapa-dia tidak pernah mem beritahu kan pada ku, kalau dia mengenal Aditya?" gumam Dita dalam hati, dengan se juta tanda tanya, yang kini ber sarang di dalam diri nya. Keheningan kem bali melanda Dita, dan juga Arman, saat masing-masing, hanyut dalam apa yang mereka pikir kan, hingga akhir nya Arman yang kem bali ber suara. "Dit---," panggil Arman pelan. "Iya-Kak---,
Bagai mana reaksi Dita, mem buat se orang Aditya Wijaya merasa tak puas hati. Pria itu terus mem bawa pandangan ke arah kamar mandi, dengan se juta tanda tanya yang kini ber semayam di dalam diri nya."Kenapa, dengan nya? Gue seperti menemu kan orang lain, di dalam diri si Culun itu!" gerutu Aditya. Masih memijak kan ke dua kaki nya di sana, pandangan Aditya-setia pria itu, bawah pada pintu kamar mandi. Men dengar suara pintu-yang akan di buka, Aditya cepat-cepat mem bawa langka kaki nya menuju ranjang. Ber pura-pura ber baring, sem bari mem baca buku.Tak lama pintu ter buka, dan ter dengar suara langka kaki. Terus mem perhati kan Dita, yang sibuk dengan kegiatan nya, hingga-kini, gadis ber kaca mata itu, sudah duduk di sofa yang biasa dia tiduri. Sunyi begitu menyelimuti di dalam ruangan, namun mem bela, saat Dita memanggil nama Aditya. "Dit---." panggil Dita ragu. "Heem---," sahut Aditya, dengan gaya angkuh nya."Maaf kan aku---," lirih nya, dan-apa yang gadis itu kata kan, sek
Bukan nya menyambut pertanya-an yang Dita layang kan untuk nya, Jeni justru melanjut kan langka kaki nya, mengbai kan Dita yang kini kembali memanggil nya. "Jen----, Jeni----," panggil Dita dengan teriak kan, namun-sahabat nya itu tak mem perduli kan nya, dan terus mengayun kan langka kaki itu , "Kenapa, Jeni nampak aneh begitu? Apakah ada hal serius, yang dia ketahui tentang, Aditya?" gumam Dita, dengan rasa penasaran yang seketika timbul di dalam diri nya.Beberapa menit kemudian.Aditya telah berada di kampus nya. Namun, pria itu tak luput dari pertanya-an ke dua sahabat baik nya, Dion, dan juga Roki, yang masih menyimpan rasa penasaran, tentang bagai mana bisa sahabat baik nya itu, menikah dengan Dita, yang notabene adalah wanita yang paling dia benci di muka bumi ini. "Lo, tega, banget, sih-Dit?! Selama ini, tega ngerahasia- hal se besar ini, dari gue dan ama Dion," ujar Roki, yang nampak tidak terima."Iya. Jujur, gue, ama Roki sampai saat ini, masih nggak habis pikir. Semua
Awan tak lagi putih, langit tak lagi cerah, sebab kini malam telah kem bali menyapa, bersama hadir nya bulan, dan bintang yang ber sinar terang di atas sana.Langit begitu indah malam ini, kian mem pesona saat bintang-bintang, ber kelap-kelip di atas sana. Me lempar kan tata pan nya se jauh mungkin, namun-sekejap, men dung, telah ter lihat di wajah nya, saat bayangan masa lalu, kem bali menari-nari dalam ingatan nya. "Takdir-yang mem pertemu kan kem bali kami, mem buat aku masih sulit untuk menerima nya. Namun, kenapa luka itu ber tambah perih, sebab kini dia adalah suami sahabat baik ku," gumam Jeni, dengan air mata yang telah menyeruak, mem basahi ke dua pipi nya. Flasback OnMen jadi salah satu murid ter tampan di sekolah, dan kian sempurna, dengan kekaya-an yang di miliki, oleh keluarga nya, mem buat se orang Aditya Wijaya, begitu di gandrungi wanita. Dan, salah satu nya adalah, Jeni Wahyudi, salah satu murid kelas IPS."Jen---, itu pangeran, lo!" ujar salah satu sahabat nya,
Belum juga Dita menyelesai kan ucapan nya, Aditya sudah ter lebih dahulu mengayun kan langka kaki nya menuju kamar mandi.Mem buka pintu kamar mandi, dan mengunci nya. Merasa lelah, Aditya menyandar kan tubuh koko nya, pada badan pintu, tengge lam dalam apa yang dia pikir kan, saat bayangan masa lalu kem bali menari dalam ingatan nya.Flasback OffPagi ituAditya-sama sekali tidak menyangka, kalau Jeni-akan meng hubungi nya pagi itu, pada hal hubungan ke dua nya telah lama ber-akhir. "Ada, apa-lo hubungi gue?!" Aditya yang saat itu baru saja datang, nampak sangat kesal, saat Jeni menga jak nya untuk ber temu."Dit---, aku hamil." Jeni ber suara dengan pelan, namun-Aditya dapat men dengar nya."Tadi, apa-lo, bilang?! Lo, hamil?!" tanya Aditya-penuh penekanan, dengan memasang tatapan tidak percaya nya. "Iya--," sahut Jeni lirih, namun dengan air mata yang telah jatuh mem basahi ke dua pipi nya,"Aku, ingin kamu menikahi-ku!" ujar Jeni kemudian, dan apa-yang baru saja wanita itu kata ka
Dita sibuk me lihat-lihat dalaman mana, yang akan dia ambil nya, untuk Aditya. Sibuk- dengan kegiatan yang dia lakukan, mem buat sampai gadis ber kaca mata itu, tak menya dari, kalau saat ini Aditya sudah berada di belakang nya. Mem balik kan se tenga wajah nya, dan kaget, setelah men dapati keberada-an Aditya. Dita cepat-cepat menying kir, karena merasa begitu dekat dengan Aditya. "Ke-ke napa, kamu ke mari?" tanya Dita, dengan pias dan juga gugup yang telah memenuhi wajah nya. "Tentu-saja mengambil dalaman ku, memang apa lagi!" sahut Aditya ketus."Kalau-begitu, aku akan ke luar-saja!" ujar Dita, dengan segera menyerobot-kan tubuh nya, ber lalu dari dalam ruangan itu. Ber lalu nya Dita dalam ruang ganti, turut mem bawa pandangan se-orang Aditya, yang terus mengikuti langka kaki wanita itu, dan tanpa diri nya sadari, wajah nya mem bentuk sebuah senyuman. Menyentuh dada nya, dengan detak jantung yang memompa lebih cepat. Berada begitu dekat dengan Aditya, mem buat Dita tak mampu be
Dita-begitu hanyut dalam apa-yang men jadi beban pikiran nya, se bab tidak menyang kah kalau Jeni sahabatbaik nya, akan menyimpan begitu banyak kejutan."Dit---," panggil Lisa tiba-tiba, sem bari menggun cang-gun cang kan tangan gadis itu, saat men dapati Dita yang nampak melamun. Dita-yang seketika, mengali kan pandangan nya pada Lisa, di sambut wanita itu dengan ucapan, "Tuh, suami kamu lewat!" lanjut Lisa kemudian, dengan mem buang pandangan nya, ke arah depan.Dita, mengalih kan pandangan nya pada arah pandang Lisa, dan di sana diri nya, men dapati Aditya, yang saat ini tengah ber sama Dina. Saling menatap, dengan pandangan yang sangat sulit untuk di-arti kan, "Kamu, nggak cem buru, Dit?!" tanya Lisa, tiba-tiba. "Cem buru?" sahut Dita, dan dia pun-seketika melepas kan tawa renyah nya, "Aku nggak ber hak cem buru, sebab itu sama saja, dengan akan mem buat ku ter luka nanti nya," sahut Dita kemudian, dengan senyuman yang masih lepas di wajah nya."Tapi, Aditya masih lia-tin kamu t