Tertangkap Stalker Manis

Tertangkap Stalker Manis

By:  Pesawat Kertas  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
13Chapters
87views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Lana Gramantha — seorang putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Gramantha. Meski terlihat bahagia dengan kehidupan kaya bergelimang harta, senyatanya Lana tak memiliki kesempatan untuk mengejar mimpinya dan dipaksa menyerah pada takdir yang telah di tentukan. Kesialan lainnya, Lana menemukan penguntit kecil yang selalu mengikuti kemanapun ia pergi? Sebenarnya siapa sosok itu dan apa tujuannya? Bisakah Lana menangkap penguntit itu atau justru ia yang tertangkap?

View More
Tertangkap Stalker Manis Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ayu Widia Susanti
di tunggu kelanjutannya Thor 🫶
2024-10-03 23:15:42
1
13 Chapters

Sweet 16th

"Kak Lana, aku suka kakak!" Lana sudah menduga adegan klaise ini. Sosok mungil dengan hoodie oversize berwarna biru muda itu menatapnya dengan manik mata berbinar. Jemarinya mengantup, memegang sebuah gelang handmade kasual. Entah sudah beberapa kalinya Lana menerima ungkapan perasaan selama seminggu ini. Beberapa membawakannya coklat, kue, gelang, cincin, ini sudah bukan hal yang menarik bagi pemuda dengan tatapan tajam itu. Ia bahkan tak melirik sedikitpun pada sosok di hadapannya. "Kenapa suka gue? Karna gue ganteng? Kalo cuma itu, lu bisa cari cowok ganteng yang lain. "Bu- bukan!" Gadis itu menggeleng kasar. Kedua tangannya bertaut, menggenggam erat gelang buatannya itu dengan sedikit bergetar. "Karena Kak Lana kelihatan keren di jam olahraga di sekolah." "Oh, jadi maksudmu di jam pelajaran lainnya gw gak keren?" Lana tersenyum miring, ia suka melihat wajah gadis yang terpojok karena tak bisa menjawab pertanyaan nya. Seperti kucing kecil yang kehilangan arah, manik mata
Read more

Tantangan Memacari Si Bonchel

“Hah, gue emang sekeren ini kalo jam olahraga.” Lana sengaja menyugar rambutnya ke belakang dengan jemari tangan, melirik sosok manis yang menatapnya hampir tak berkedip di bangku tribun, sendirian, berada cukup jauh dari kerumunan perempuan-perempuan lain yang memang datang untuk melihatnya. Lapangan lari maraton outdoor itu seketika ricuh karena teriakan murid-murid perempuan di tribun. Lana sama sekali tak memperdulikannya, sesekali tatapannya tertuju pada Anya yang masih duduk di tempat, menatapnya. “Cie, yang lihatin Anya mulu, suka, ya?” goda Ardiaz. “Dih, siapa juga yang suka si boncel itu, udah pendek, stalker lagi. Liat aja pembalasan gue. berani dia malu-maluin gue.” Suara peluit guru olahraga menandakan jam pelajaran telah berakhir, semua murid mulai menepi dari lapangan panas itu, begitu juga Lana dan Ardiaz yang juga melihat Anya bangun dari duduknya, mengikuti mereka. “Tuh, kan. Stress emang tuh anak. Lihat, kan? Kita mau ganti baju, malah diikutin,” keluh Lana.
Read more

Pelajaran Buat Si Bonchel

Saat Ardiaz tau, tentu saja pemuda itu tertawa paling keras diantara teman-temannya yang lain. Bukan karena dia benci Lana, tapi sungguh lucu melihat ekspresi kesal Lana yang biasa hanya memasang wajah datar. "Jadi gimana?" tanya Dio yang duduk di samping Lana. Malam itu Ardiaz merencanakan pertemuan di sebuah cafe bersama beberapa anak yang memiliki hubungan kedekatan dengan mereka karena bisnis orang tua. "Sumpah, si Bima itu bikin gue kesel." "Lah, nambah lagi daftar orang yang bikin lu kesel selain Anya?" tanya Ardiaz. Lana sama sekali tak membalas, pemuda itu hanya tersenyum miring, memikirkan sebuah cara untuk membuat Anya menyerah menguntitnya. Untuk sementara, hanya itu yang ingin ia lakukan. Setelah nya, barulah mengurus si Bima. "Lho, Lan. Itu yang di seberang jalan kayak Anya," ujar Dimas sembari menunjuk ke kaca cafe. Posisi duduk mereka yang berada di bagian outdoor menampilkan jelas pantulan tubuh mungil Anya yang berdiri di seberang sambil menatap ke arah m
Read more

Sebuah Hobi Baru

Merasa menang dan berhasil membuat Anya menangis, Lana merayakan hari ini dengan membuat pesta kecil di rumahnya bersama empat temannya itu, termasuk Ardiaz. Semula, Ardiaz masih mengecek keadaan Anya beberapa kali, gadis itu masih menangis. Namun, entah sejak kapan ia mulai ikut duduk di kursi santai samping Lana, menikmati jus sambil memejam, merasakan momen ketenangan itu. "Lu udah lama gak main ke sini," ujar Lana. "Emang lu gak kangen apa sama rumah gue? Padahal dulu pas SMP gue udah berasa tinggal sama lu, tiap hari tiap jam lu ada di rumah ini." "Gak kangen, gue. Lu aja paling yang kangen sama gue," ujar Ardiaz. Sementara itu Dio, Dimas dan Riki tengah asik bermain game di tepi kolam renang, sambil membiarkan kaki mereka menggelayut di tepian. "Heh, Riki main curang!" Dio tak terima melihat Riki tertawa lebar dengan kemenangan game nya. Diantara mereka berempat, Dio memang penggemar berat game online. "Apaan, orang gue emang jago kok mainnya." Riki menjulurkan lidah,
Read more

Mengancam Stalker Manis

Lana menyeret Anya ke dalam kamarnya, membuat pelayan yang tengah menyiapkan makan malam itu menatap heran pada majikannya yang tak biasa membawa anak perempuan ke rumah.“Itu siapa, Den?” tanya si pelayan berumur paruh baya yang menghampiri Lana.Untuk sementara Anya merasa terselamatkan, tetapi pegangan di telapak tangannya semakin mengerat ketika Si bibi pelayan itu hampir meraih tangannya yang lain. Lana menariknya, membuat tubuh mereka begitu dekat satu sama lain.Anya tau, ada yang aneh dari Lana. Dia menatap nyalang pada pelayan itu, lalu menepuk pelan kepala Anya dari atas, begitu lembut, seolah menunjukkan bahwa ia membawanya dengan baik-baik.“Ini Anya, Papa yang suruh Lana bawa dia ke sini. Bibi gak usah ganggu acara Lana!”“Tapi, Den—"“Gue bilang jangan ganggu!!!”Pemuda itu melangkah cepat, membuat Anya sedikit terseret mengikuti langkahnya. Begitu sampai di kamar, ia menghempaskan tubuh Anya ke atas ranjang, sementara ia berdiri berkacak pinggang dengan tatapan tajam.S
Read more

Setidaknya Harus Jago Bersembunyi

"Bu, bukan Kak Lana yang ngurung saya di gudang."Lana sama sekali tak menoleh meski mendengar suara lirih itu mencoba menjelaskan dengan susah payah. Yang masih bisa Lana syukuri adalah fakta bahwa Anya ini bodoh dan gila, bahkan jika ia merundungnya, akan terus membelanya—bucin."Lalu siapa, Anya? Dari rekaman kamera dekat situ, hanya Lana dan teman-temannya yang datang ke sana membawamu. Dan lagi, jika bukan Lana yang memerintah teman-teman nya itu, mereka tidak akan repot mengurung mu di sana.""Saya, Bu!"Tak hanya guru bk, Anya pun seketika menoleh dengan tatapan tak percaya melihat Riki memasuki ruangan bk dengan cengiran aneh. Tanpa diperintah pemuda itu duduk di samping Lana."Saya yang membuat rencana ini," ujar Riki."Selalu saja begini! Jangan kira ibu tidak tau, kamu hanya menutupi setiap masalah Lana!"Anya sama sekali tak tau permasalahan anak kelas 12 ini, ia baru masuk di sekolah ini sebagai siswa baru, juga tak terlalu perduli pada gosip sekolah—sampai ketika ia meny
Read more

Libur Jadi Stalker

Sedetik tatapan Lana bertemu dengan Anya. Tanpa pikir panjang Lana melompat ke dalam kolam, meraih pinggang gadis itu, membawanya menepi. Wajah tirus itu terlihat pucat dengan nafas yang terengah-engah. “Kak Lana! Aku hampir mati,” kesal gadis itu sambil memukul lengan Lana. Sementara Lana terdiam, menatap Anya yang memeluk tubuhnya sendiri, kedinginan. Rasanya dejavu, seolah hari itu kembali terulang. Perlahan wajah Anya memudar, tergantikan wajah familiar bagi Lana, wajah ketakutan yang membuat dadanya terasa sesak. “Den Lana! Apa yang Den Lana lakukan ke Non Anya.” Lana sama sekali tak bergerak ketika Bibi pelayan menarik paksa tangan Lana, begitu pula Nyonya Gramantha yang datang dengan raut serius, langung menghampiri Anya. Tentu Anya mengerti situasi ini, tepat seperti yang dikatakan Riki, bahwa semua orang di rumah mewah itu mewaspadai setiap hal yang dilakukan Lana. Dalam beberapa detik, Anya sempat melihat raut putus asa pada wajah Lana, sebelum tergantikan kebencian. “S
Read more

Takut Hantu

“Den Lana darimana, ini kenapa kakinya di perban seperti ini,” ujar si pelayan yang segeraa menghampiri Lana.Si pemuda tak menghiraukannya, masih berjalan masuk ke dalam mansion itu dengan sedikit pincang. “Jangan pegang gue!”Lana menghempaskan pegengan tangan si pelayan yang ingin melihat keadaannya. Nyonya Gramantha keluar dengan tatapan serius. Lana menghela nafas, kejadian tadi sudah membuatunya cukup jengkel, lalu ditambah sikap orang rumah yang berkebihan ini membuatnya semakin muak.“Lana, bicara yang sopan dengan Bi Ani, bibi ini yang jaga kamu dari kecil, jangan jadi anak kurang ajar. Mama gak pernah ngajarin kamu—”Sebuah guci melesat dari tangan Lana, di lempar ke tembok hingga remuk tak berbentuk bersamaan dengan bunyi nyaring yang membuat kedua perempuan itu terdiam.Entah mengapa mengingat kejadian dengan Anya tadi membuat amarahnya kembali terbakar. Pertama ia melihat Eliyah, lalu mengejarnya sampai ke rumah Anya. Apa itu hanya sebuah kebetulan? Lalu ucapa aneh Anya y
Read more

Jangan Ganggu Anya

Anya menggeleng kasar. Ia menatap ponselnya. "Kalau terjadi sesuatu sama aku, Kak Bima pasti tau lokasi ku ada di sini, jadi gak masalah kalau aku pingsan. Pasti Kak Bima tau," bisik Anya dalam kesendirian.Perempuan itu memanjat tembok samping gerbang sekolah, lalu memasuki bangunan yang sudah sepi dan gelap itu. Ia menyalakan senter hp dan menutup telinganya dengan kedua tangan.Air mata mengalir basahi pipi. Ia tak bisa berpikir apapun lagi selain berjalan melewati lorong-lorong sepi. Air mata mengalir deras basahi pipi, diikuti suara isak tangis yang terdengar jelas dalam kesunyian."Kenapa rasanya lorong itu jauh banget," tangis Anya.Sementara itu di dalam gudang, samar-samar Lana mendengar tangis perempuan yang sangat nyata. Pemuda itu sesekali menepuk nyamuk yang mengigit lengannya. Ia semakin mendekat ke pintu, memperjelas pendengaran."4njir, itu beneran suara kuntilanak? Gak, gue gak percaya hantu. Ini pasti ulah Bima." Meski berkata demikian, sebenarnya Lana sudah berkerin
Read more

Harus Mau

Lana langsung menuju ke kelas 2-A di mana Elsa sedang duduk sambil merias wajahnya lagi. Beberapa anak menghampiri Elsa sambil berbisik, "El, itu Kak Lana datang."Dengan panik Elsa langsung menutup kotak make up nya saat Lana datang dan duduk di sampingnya dengan tatapan tajam."Kenapa?" tanya Elsa dengan malu-malu."Lu ngapain dorong Anya? Ada masalah?""Oh, itu." Elsa langsung memalingkan wajah, malas. "Pagi tadi aku liat Kak Lana jalan bareng sama Anya. Kak, kakak sadar kan kalo aku suka sama kakak, aku cinta sama kakak. Kakak harus hargain perasaan aku," ujar perempuan itu."Gak."Jawaban singkat dari Lana membuat perempuan itu merengut kesal. Ia juga termasuk perempuan yang banyak diinginkan murid laki-laki. Selain terkenal karena pintar, Elsa juga sangat menawan.'Gue gak tau kenapa Kak Lana ga bisa suka sama gue. Gue gak percaya. Pasti ada cara buta Kak Lana suka sama gue,' batin perempuan itu."Gue datang buat peringati lu, jangan ganggu Anya. Atau orang gue bakal ganggu lu j
Read more
DMCA.com Protection Status