Akibat kecelakaan yang merenggut nyawa sang ayah, seorang pria kaya meminta Dita untuk menikahi putranya. Namun, siapa sangka, pria tersebut adalah Aditya--si kejam yang sering merundungnya di kampus! Dari gadis cupu yang selalu menjadi objek bully-an, kini Dita harus menghadapi Aditya di rumah. Hanya saja, seiring melewati waktu bersama, kebencian Aditya pada Dita perlahan berubah menjadi cinta. Sayangnya, sudah ada sosok pria lain di hati istrinya itu. Terlebih, sahabat baik Dita ternyata juga memiliki masa lalu bersama Aditya. Lantas, mampukah Aditya merengkuh kebahagiannya bersama Dita?
View MoreDita Setiawan masih tidak dapat menyembunyikan wajah syoknya hingga saat ini.
Dirinya tidak pernah menyangka akan menikah di umur 21 tahun. Bahkan, ia masih berstatus mahasiswi semester akhir di salah satu kampus terkenal yang ada di kota.
Parahnya, suami Dita adalah Aditya Wijaya--pria yang selama ini selalu mem-bully-nya di kampus.Dalam balutan kebaya pengantinnya, wanita itu terus menghantarkan pandangannya pada Aditya yang saat ini tengah berbincang dengan kedua orang tuanya dan beberapa tamu undangan yang hadir diresepsi pernikahan mereka."Ini tidak mungkin, dan aku masih belum bisa dapat mempercayainya, namun inilah kenyataannya. Pria yang aku benci, dan juga sangat begitu membenciku, kini telah resmi menjadi suamiku. Oh Tuhan, apa yang akan terjadi lagi dalam hidup hamba selanjutnya...," lirih Dita, frustasi.Hanya saja, pandangan keduanya tiba-tiba tak sengaja bertemu.Dita pun segera mengalihkan pandangan itu ke arah lain. Terlebih, saat menyadari tatapan Adit begitu tajam padanya."Dasar gadis culun! Kampungan!" umpat Adit dengan menggerakkan mulut, tanpa mengeluarkan suaranya sama sekali.Merasa tidak nyaman dengan apa yang Aditya lakukan padanya, Dita merasa sakit.Jadi, perempuan itu memutuskan untuk pergi ke taman. Angin malam juga udara dingin seketika menyambut kedatangan Dita. "Paa....Maa...Dita kangen...." lirihnya.Sepasang manik mata Dita kini telah berkaca-kaca saat kerinduan pada yang sudah tiada sangat begitu menyiksa.Tanpa dirinya sadari, air mata itu kini telah jatuh membasahi kedua pipi nya.Dita begitu merinduhkan kedua orang tuanya. Dan kesedihan itu semakin dalam dia rasakan, sebab di hari pernikahannya, mereka tak ada.Namun, ketenangan itu tak mampu bertahan lama dia rasakan, saat tiba-tiba suara lelaki yang dikenalnya terdengar.
"Hei, Culun!"
Sendu di wajah Dita memudar tanpa sisa saat mendapati kedatangan suaminya itu."Adit..." gumam Dita dengan pias, dan juga was-was yang kini telah menyelimuti diri.Dalam jarak yang tak terlalu jauh, Aditya menghentikan langkah kaki nya. Sorot mata itu tajam menatap Dita, dan tercetak jelas api kebencian di dalam diri pria berwajah tampan itu."Ke...Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Dita takut-takut. Jujur saat ini diri nya tengah resah, sebab dia dapat melihat kobaran api pada sepasang manik mata Aditya. "Kamu senang, kan?!" tanya Adit tersenyum, namun senyuman nyata nya adalah senyuman yang penuh dengan kebencian. Seolah melupakan rasa takut nya, raut wajah Dita seketika berubah bingung, setelah mendengar kata-kata yang baru saja terucap dari bibir Aditya, "Senang? Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan," sahut Dita yang memang benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Aditya maksudkan. Kebencian kian tercetak jelas di wajah Aditya, bagaimana pria itu mendapati ekspresi polos Dita yang menurutnya hanya sebuah kebohongan semata. Kedua tangan nya yang menggelantung-terkepal erat, menyalurkan emosi yang benar-benar sudah memuncak di dalam diri nya.Tak mampu menahan diri itu lagi-Adit segera menghampiri Dita, dan setelah mendekat pria itu segera mencengkram erat kedua pipi Dita, yang membuat wanita itu nampak kesakitan, namun hanya bisa menahan nya. "Katakan padaku. Kaukan, yang merencanakan pernikahan ini?!"sungut Adit."Bu...Bukan aku, Adit. Ini murni keinginan kedua orang tuamu.." "Kau bohong! Aku yakin, semua ini pasti rencanamu!""Aku berkata jujur, aku benar-benar tidak tahu kalau pria itu adalah kamu. Jadi, tolong jangan salahkan aku."Masih dengan mencengkram kedua pipi Dita, Aditya berusaha mencari kejujuran di mata perempuan itu.Namun, dia dapat melihat dengan jelas bahwa Dita berbicara jujur padanya.
Segera, ia pun melepaskan cengkraman tangannya dari pipi Dita.
"Ingat! Jika kau mengatakan pada siapa pun tentang pernikahan kita, aku tidak segan-segan akan melakukan hal yang lebih buruk padamu! Kau mengerti?!" hardik Adit dengan nada suara yang masih sama. "Aku mengerti!" sahut Dita lirih.Ia bahkan terus menunduk karena tak berani menatap pria di depannya itu."Tuan Adit...." panggil seseorang tiba-tiba.Hal ini membuat Aditya mengalihkan pandangannya dari Dita dan menemukan seorang pelayan muda tengah berlari ke arah keduanya.
"Ada apa?!" tanya Aditya "Anda, dipanggil oleh Tuan besar. Katanya, ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan Anda."Pelayan itu membalas ucapan Aditya, tetapi matanya terus menyorot pada Dita yang akhirnya menatap pelayan itu balik.Di sisi lain, Adit menghela napas berat.Mengetahui kalau saat ini sang ayah ingin bertemu dengannya, Aditya benar-benar tidak dapat menolak.
"Baiklah, aku akan ke sana."Pria itu lalu berlalu dari taman tanpa menoleh sama sekali--meninggalkan Dita seorang diri di sana.
Perempuan itu seketika menghela napas.
Entah mengapa, Aditya begitu membencinya. Padahal, Dita sama sekali tidak pernah mengusik kehidupan pria itu.
"Sekalipun menangis, aku tidak akan mungkin mengembalikan keadaan. Papa tidak akan mungkin kembali hidup, dan kenyataaannya sekarang Aditya adalah suamiku," hibur Dita pada dirinya sendiri.Ia merasa dirinya harus menjalani dengan ikhlas dan menanti rencana Tuhan untuk saat ini.
Lagi pula, Dita yakin ini hanya untuk sementara karena Aditya telah memiliki Kekasih. Keduanya juga terlihat saling mencintai."Baginya, aku hanya virus," gumam Dita tanpa sadar, "jadi, bagaimana bisa aku menggapai hatinya?! Itu sangat tidak mungkin." Senyuman miris muncul di wajah gadis itu."Dita...! Kenapa kamu ada di sini?" Suara wanita paruh baya menyadarkan gadis itu dari lamunannya.
Segera ia membalikkan badan dan menemukan Ibu Mertuanya tengah menatapnya penuh penasaran."Tante..." gumam Dita tanpa sadar. Tak lupa, ia memberikan senyum hangat pada wanita di depannya.
Namun, sang ibu mertua malah menatapnya kesal. "Ck! Tante?"
Beberapa jam kemudianBeberapa menit menempuh perjalanan--akhirnya mobil yang membawa Dita telah kembali berada di rumahnya. Saat akan turun dari dalam mobil, mimik wajah Dita seketika berubah setelah mendapati adanya sebuah mobil asing yang terparkir di depan rumah. Melangkahkan kakinya--namun pandangan itu tak Dita putuskan dari mobil berwarna merah itu. "Dita---." Panggil suara tidak asing-membuat pandangan Dita teralihkan, dan seketika mimik wajah Dita berubah kaget--setelah mendapati siapa yang menyeruhkan namanya itu."Anita!" gumam Dita dengan tatapan tidak percayanya. Dita segera mengambil langka lebarnya menghampiri wanita yang sudah lama tidak dia temuinya itu.Namun, adanya baby Damar dalam gendongan Anita membuat antusias di dalam diri Dita hilang sekejap. "Kapan kau datang?" tanya Dita, tanpa meminta persetujuan Anita--wanita itu segera mengambil alih Damar dalam gendongan sahabatnya, dan melabuhkan kecupan singkat pada pipi gembul baby Damar. "Sekitar dua puluh menit y
Kendaraan yang membawa Dita--telah terparkir di halaman depan rumah sakit. Dengan ragu, wanita bernama Anandita Setiawan itu menurunkan kedua kakinya. "Apakah perlu saya temani, Nyonya?" tanya sang sopir tiba-tiba, saat Dita tak kunjung melangkahkan kakinya ke dalam bangunan di depannya. "Tidak perlu Pak, Bapak tunggu di sini saja," sahut Dita dengan menoleh sebentar pada sopir pribadinya, dan kembali membawa pandangan pada bangunan yang berada di depan."Baiklah Nyonya, kalau begitu saya akan memarkirkan mobil-dan menunggu anda di sana saja," ujar sang sopir memberitahu, seraya jari telunjuknya mengarah pada sebuah pohon yang rindang yang berada di dekat halaman parkir. "Baik Pak," sahut Dita, dan sang sopir segera melajukan kembali kendaraan roda empat itu. Dita menghembuskan napasnya kasar, meraup udara sebanyak mungkin--saat merasa pasukan oksigen di dalam dadanya berkurang. Suasana hatinya tiba-tiba tak karuan. Antara iya, dan tidak, untuk dirinya masuk ke dalam bangunan rum
Awan tak lagi putih, langit tak lagi biru--sebab kini bumi telah diselimuti kegelapan kala malam kembali menyapa. Angin berhembus sedikit kencang, membuat tirai yang menggelantung tertiup kala angin berhasil mencuri masuk ke dalamnya. Mendapati hal itu Dita segera menghampiri. Kedua tangannya menarik ujung gorden, dan menyatukannya dengan lebih rapat lagi. Mengedarkan pandangannya menjelajahi seisi ruangan. Suasana kamar kini sangat berbanding terbalik dengan tadi. Tadinya kamar ini sangat riuh, dengan celotehan, dan tangisan ketiga buahatinya. Namun, kini telah lenggang karena bayi-bayi miliknya sudah terlelap. Menghembuskan napasnya panjang, Dita meraup oksigen sebanyak mungkin melepas lelah yang begitu menggerogoti di tubuh. Dita merasa seperti baru saja melepaskan beban yang cukup berat. "Ternyata ada asam-manisnya," gumam Dita, dengan senyuman yang dia ukir di wajahnya. Dita memutuskan untuk kembali melihat ketiga bayinya. Menyingkap tirai tipis yang menghalangi pandangan, s
Sangat tidak keberatan untuk seorang Aditya Wijaya jika Dion memberikan putranya untuk dia asuh--sebab perasaan memiliki itu sudah ada untuk anak dari sahabat baiknya itu sejak dia lahir. Namun, yang jadi pertanyaan untuk Aditya--kenapa Dion ingin memberikan anaknya pada dia, sebab pria itu sendiri pernah meminta padanya agar Aditya mengikhlaskan Damar untuknya."Katakan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi, sampai kau ingin memberikan Damar padaku?" tanya Aditya, dengan nada suaranya yang terdengar menuntut. Kedua alis tebal Aditya menyurut, saat pupil hitam pekat pria itu semakin tajam ketika menatap Dion. Bukan hanya Aditya saja yang dibuat kaget dengan permintaan Dion, namun Dita juga. Dirinya sama sekali tidak keberatan jika Dion memberikan putranya pada dia, dan Adtya, untuk diasuh oleh mereka. Namun, yang membuat Dita heran---sebab Dion--dulu ingin merawat putranya sendiri. "Iya, Dion. Aku sama sekali tidak masalah kalau kau memberikan Damar pada aku, dan Aditya. Aku akan mer
Baby Adrian yang sudah mabuk ASI perlahan melepaskan puting susu ibunya sendiri, dan kini sudah terlihat jauh lebih tenang dari sebelumnya. Dan saat Dita kembali menyodorkan putingnya, bayi itu kembali melepaskannya dan kini justru memasukkan gumpalan jari ke dalam mulutnya. Baby Adrian kini fokus bermain."Sepertinya dia sudah kenyang," ujar Aditya. "Iya Mas," sahut Dita membenarkan, dan wanita itu memutuskan untuk membaringkan putranya disamping saudara kembarnya. Dalam keadaan kenyang, membuat baby Adrian dan juga Adriana tak lagi rewel. Kedua bayi itu kini bermain, menendang-nendang kecil kaki mereka, ataupun mengemut jari-jarinya. Dan, kegiatan kecil yang dilakukan oleh bayi kembar itu mampu membuat perasaan kedua orang tuanya terhibur. "Mereka sangat menggemaskan ya, Dit?" ujar Aditya-dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Sekilas menatap pada Dita, dan kembali memfokuskan pandangannya pada kedua anaknya. Aditya nampak sangat menikmati apa yang dia lakukan saat ini. "Mas-
Dua bulan kemudianWaktu berlalu begitu cepat. Tidak terasa dua bulan telah berlalu, sejak kelahiran baby Adrian, dan Adriana. Banyak hal yang telah dilewati dalam dua bulan terakhir ini. Salahsatunya Dita yang kini telah pindah dari villa, dan menempati rumah barunya, yang barus atu bulan ini dibeli oleh Aditya.Hari-hari yang dilewati Dita penuh dengan kebahagiaan. Suami yang sangat mencintainya, dan memiliki kedua anak yang semakin hari, semakin menggemaskan di matanya. Dita, seperti memiliki mainan baru-sebab sejak kehadiran baby Adrian, dan baby Adriana membuat hari-hari dari Ibu muda itu terasa jauh lebih berwarna. Namun, kadang Dita suka menemukan kerepotan kalau kedua bayi kembar itu rewel bersamaan.Dan, tanpa Dita sadari dirinya sering mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang istri. Seperti biasa, saat pagi hari sebelum Aditya bangun Dita telah berkunjung ke kamar bayi yang bersebelahan dengan kamarnya, dan Aditya. Berada di kamar dengan cat berwarna putih yang mendomi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments