Home / Romansa / Istri Dari Kakek / bab 7 : Menangkap salah satu musuh

Share

bab 7 : Menangkap salah satu musuh

Author: La Bella Rose
last update Last Updated: 2024-07-21 16:05:49

Arga dan Cherry kembali ke mansion. Cherry memberikan pisang kepada pelayan lalu menyusul Arga ke kamar.

"Arga!" teriak Cherry.

Arga membuka kemejanya membuat Cherry yang baru masuk sontak membalikkan badan dengan menutup wajahnya.

"Apa? Aku lelah, jangan ganggu," seru Arga berjalan ke ranjang dan merebahkan diri di sana.

"Apa kau tidak mau mandi dulu."

"Kau mengajakku mandi?" Arga tersenyum seraya menatap punggung Cherry yang masih membelakanginya.

"Aku menyuruh."

"Mau bilang apa tadi?" tanya Arga.

"Aku mau kamar."

"Kamar mana? Kau mau berbeda kamar denganku dan membuat grandpa marah."

"Tapi seharusnya grandpa memaklumi, kita tidak saling menyukai jadi butuh waktu untuk sekamar."

"Bod*h, tidak semudah itu memaklumi. Sudahlah, aku mau tidur." Arga pun bergerak memeluk guling dan membelakangi Cherry. Cherry hanya bisa menghembuskan nafas dan memilih keluar dari kamar.

Arga yang memejamkam mata kembali membuka matanya setelah mendengar Cherry keluar dari kamar. Dia menarik tubuhnya bangun dan duduk menyenderkan punggungnya di sandaran ranjang dengan tubuhnya yang polos tanpa baju.

Arga membuka ponsel dan menekan galeri di ponselnya. Dia memperhatikan foto dirinya saat berumur lima belas tahun bersama adiknya, Haikal.

Entah dimana keberadaan Haikal sekarang, entah bagaimana kabarnya dan entah masih hidup atau sudah tiada. Arga merindukan Haikal tapi bertahun-tahun dia mencari Haikal tidak ada hasil sama sekali.

#flashback

"Kak, aku pergi memancing dulu," kata Haikal yang berumur sepuluh tahun. Memegang pancingan dan juga ember di tangannya.

"Aku saja yang memancing." Arga merebut pancingan dan ember di tangan Haikal. "Kau cari kayu untuk memasak nanti."

Haikal mengangguk. "Iya kak." Dengan semangat Haikal pun mengumpulkan kayu atau ranting-ranting kecil.

Saat Arga kembali dari danau membawa beberapa ikan di ember, Haikal sudah tidak ada di rumahnya, hanya tersisa kayu dan ranting-ranting pohon berserakan di halaman rumah.

Dia sudah mencari Haikal tapi adiknya benar-benar hilang sampai saat ini. Dan dalam kebingungan itu dia dijemput oleh Kakeknya, Federic Leonelle.

Bahkan Federic juga hendak mengajak Haikal ke mansion nya tapi Arga dan Federic sama sekali tidak menemukan Haikal.

Hidup berdua bersama Haikal setelah Ibu kandung mereka pergi meninggalkan mereka membuat adik dan kakak itu sangat dekat. Tapi kedekatan itu hilang dan menyisakan kenangan Haikal saja.

****

Cherry hanya menghabiskan waktu menonton drama korea di ponselnya. Gadis itu menikmati waktunya dengan tiduran di sofa sambil sesekali cekikikan ketika ada yang lucu dari film yang dia tonton.

Hingga dia menarik tubuhnya untuk duduk ketika melihat Federic baru saja masuk ke mansion.

"Grandpa ..." Cherry berdiri dengan tersenyum yang dibalas senyuman hangat dari Federic.

"Dimana Arga?" tanya Federic duduk di sofa dan Cherry pun ikut duduk di sampingnya.

"Lagi istirahat di kamar grandpa."

"Ah pasti dia kelelahan karena baru pulang dari pasar. Iya kan?"

"Loh, kok grandpa tau?"

Federic tertawa. "Tau dong, banyak mata-mata."

"Hehe." Cherry menggaruk kepalanya. Banyak mata-mata, itu artinya jika Cherry keluar dia harus hati-hati dengan mata-mata kakeknya. Untung saja dia tidak membahas ingin kamar baru saat di pasar tadi.

"Oh iya, apa saja yang kalian beli tadi?"

"Ah kami beli banyak buah-buahan grandpa. Tapi sayangnya sudah dibagikan di komplek rumah Cherry, tadi kesini Cherry cuman bawa pisang aja, soalnya itu yang Arga suka."

"Baguslah, kau benar-benar perhatian Cherry. Dia memang sangat suka pisang."

"Hehe iya grandpa."

"Tapi, dia tidak suka buah Cherry ya grandpa."

"Dia mengatakannya kepadamu?"

Cherry mengangguk.

"Ya, dia tidak suka. Tapi tenang saja, kau kan bukan buah Cherry, kau istrinya," sahut grandpa kemudian keduanya tertawa.

Mereka melanjutkan waktu dengan mengobrol. Federic membahas masa mudanya kepada Cherry, membahas pertemanannya bersama Matteo, membahas Matteo yang saat sekolah penakut dan harus Federic yang melawan jika ada yang merundungnya di sekolah.

Bahkan Cherry mendengarkan cerita Federic sambil memijat bahu kakek tua itu.

Di tengah-tengah obrolan mereka, keduanya menoleh ketika mendengar langkah kaki menuruni anak tangga. Arga terlihat menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa bahkan dia masih mengancingi kemejanya.

"HEI, MAU KEMANA KAU ARGA!" teriak Federic tapi diacuhkan oleh Arga dan dia berjalan keluar begitu saja.

Cherry menatap kepergian Arga dengan mengernyit heran, dari wajah pria itu seakan tengah ada sesuatu besar yang terjadi.

Federic berdecak mendengar suara deru mobil keluar dari halaman mansion.

"Biarkan saja grandpa, mungkin urusan pekerjaan."

"Grandpa ada di kantor juga, tidak ada masalah apapun soal pekerjaan. Pria seperti dia tidak bisa terbuka kepada grandpa."

***

Mobil Arga masuk ke kawasan gudang lama yang sudah tidak terpakai, di sana sudah ada Domeng dan dua anak buah Arga yang lain beserta satu orang pria yang duduk di kursi dengan tangan terikat ke belakang.

Arga segera keluar dari mobil, berjalan menghampiri mereka semua.

"Dia salah satu komplotan dari orang-orang yang sering menganggu kita," ucap Domeng. "Dan dia belum berbicara apapun."

"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Arga.

Pria itu tidak menjawab selain melayangkan tatapan permusuhan yang tidak bersahabat.

Arga mendengus kasar, dia merogoh pistol di saku celananya dan menodongkannya ke kening pria tersebut. "Jawab siapa yang menyuruhmu!" bentak Arga.

"Aku sudah mencobanya seperti yang kau lakukan. Dia tetap tidak mau buka suara."

"Sedikit asupan peluru seharusnya membuat dia bersuara."

DOR.

"Aakkhh!" Pria itu memekik kesakitan ketika betisnya ditembak.

Arga mencengkram wajah pria itu. "Katakan siapa yang menyuruhmu dan kenapa kau dan kawanmu terus mengangguku!"

"Aku tidak berhak berbicara atas perintahmu!"

BUGH

Arga memukul wajahnya dengan keras dan kembali mencengkram wajahnya. "Lalu siapa? Siapa yang berhak membuatmu berbicara hah? SIAPA?!"

"Musuh karena bisnis?" Arga mencoba menebak mungkin saja pria itu kiriman dari seseorang yang iri masalah bisnis Arga yang berkembang pesat.

Pria itu tidak menjawab membuat Arga benar-benar frustasi. "Kau mau mati, hm? Kau tidak punya keluarga? Atau haruskah aku mencari keluargamu, membunuh mereka agar kau jujur!"

"Aku hidup sebatang kara. Tidak ada gunanya!"

Arga benar-benar dibuat frustasi sampai jari-jemarinya menelusup ke rambutnya dan menekan kepalanya yang terasa pusing.

"Bagaimana, Bos?" tanya Domeng.

"Sekap dia sampai mau berbicara!" Arga pun kembali masuk ke mobilnya dan Domeng menyuruh dua anak buah Arga untuk menahan pria itu lalu Domeng masuk ke mobil Arga.

Arga terlihat sangat kesal karena tidak ada hasil sama sekali dari pria itu yang enggan membuka suara.

Domeng juga terlihat frustasi, tapi mau bagaimana lagi, mungkin belum saatnya semuanya terbongkar. Bahkan Arga menyuruh Domeng untuk menghubungi anak buahnya yang menyekap pria tadi agar sering menyiksa pria tersebut untuk membuatnya mau berbicara.

Bersambung

Follow i*******m : @La.bellarose17

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dari Kakek    bab 23 : Sikap tidak senonoh Arga

    "Darimana?" tanya Federic yang duduk di sofa melihat kedatangan Arga dari pintu masuk. "Meeting bersama klien," sahut Arga duduk di sofa bersama Federic. "Tidak mengabari Cherry? Tadi dia tanya grandpa kenapa kau belum pulang." "Lupa, aku sibuk grandpa." "Sesibuk apa sampai mengabaikan istri sendiri?"Arga menghela nafas panjang. "Maaf, grandpa. Lain kali aku akan mengabari Cherry. Aku ke atas dulu." Arga melengos pergi ke kamarnya membuat Federic hanya bisa menggelengkan kepala. "Aku dulu selalu mengabari istriku, bisa-bisanya dia lupa," gumam Federic. Arga membuka pintu kamar dan Cherry yang tengah tiduran di sofa sambil membaca buku segera bangun dan duduk. "Sudah pulang." "Hm." Hanya itu jawaban Arga. Arga mengambil baju di lemari dan melangkahkan kakinya untuk pergi mandi. Cherry hanya menaikkan alisnya melihat sikap acuh Arga. "Kenapa dia ..." gumamnya. Tapi Cherry kemb

  • Istri Dari Kakek    bab 22 : Arga bertemu Mikeyla

    Chef Rafka terdiam sendiri di ruangannya seraya menggulum senyum di wajahnya ketika membaca kembali isi whattsap nya bersama Cherry beberapa menit yang lalu. "Buah kesukaanku, ini aku Rafka." "Hahaha hallo Chef." "Jangan terlalu formal. Panggil Rafka aja, kita cuman beda satu tahun, Cher!" "Hehe rasanya aneh. Tapi oke deh Rafka." "Sedang apa?" "Tidak ada, hanya duduk saja. Kau sendiri?" "Aku sedang makan dirimu nih." "Hahaha hari ini aku juga belum memakan diriku. Lupa beli buah Cherry." "Aku ada banyak. Mau aku kirimkan ke rumahmu? Kirimkan saja alamatnya." "Tidak perlu Rafka. Aku bisa beli sendiri." "Huh, padahal aku ingin tau dimana rumahmu, aku lupa menanyakannya kemarin." "Rumahku tidak sebagus rumahmu Rafka." "Memangnya aku ada bertanya rumahmu bagus atau tidak?

  • Istri Dari Kakek    bab 21 : Mikeyla berbicara serius dengan domeng

    Saat di Rumah Sakit, Chef Rafka memberikan nomor ponselnya ketika tahu jika Cherry berada di sekolah yang sama dengan dirinya saat SMA dulu."Ikhlas tidak?" tanya Arga melihat wajah cemberut Cherry. Cherry menjawab dengan anggukan kepala. "Jelek sekali mulut bebekmu itu!" gerutu Arga pelan tapi masih bisa didengar oleh Cherry. "Apa katamu?" "Apa? Aku tidak bilang apa-apa!" "Aku mendengarnya tau, nih makan!" Cherry menyuapi buah-buahannya dengan kasar ke mulut Arga membuat Arga melotot melihat sikap Cherry. Arga menahan amarah sambil mengunyah mangga di mulutnya sementara Cherry cekikikan melihat wajah kesal Arga. "Berani-beraninya kau bersikap seperti itu!" hardiknya setelah menelan habis buah di mulutnya. Arga menatap tajam dan dingin Cherry membuat bulu kuduk Cherry merinding seketika. Tunggu, kalau Arga marah biasanya dia akan menghukum Cherry dengan.Prang"Aaaaa .... Arga lepaskan!"

  • Istri Dari Kakek    bab 20 : Dua pertanyaan dari Federic

    Arga membuka laptopnya, jari jemarinya sibuk diatas keyboard dan Cherry pun merebahkan dirinya di sofa setelah beberapa detik tidak ada suruhan lagi dari Arga. Arga mencoba mengecek cctv di rumahnya. Dia penasaran, apa yang di bicarakan kakeknya dan Mikeyla. Pria itu memasang earphone di telinganya. Dan mendengar Federic meminta Mikeyla untuk menjaga jarak dengan Arga mulai sekarang sebab Arga sudah menikah. Arga bisa melihat raut wajah kecewa Mikeyla bahkan secara terang-terangan Mikeyla mengatakan. "Grandpa tau, sedekat apa aku dan Arga dari dulu. Kenapa Grandpa menjodohkan Arga dengan perempuan lain? Bahkan grandpa tidak membahas ini denganku terlebih dahulu." "Key, Arga tersiksa setelah Keyla meninggalkan dia selama lima tahun. Grandpa ingin Arga mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kembali menata kehidupannya setelah Keyla meninggalkan Arga." "Grandpa tidak mengerti alasan aku pergi ke Italy ..." Arga melih

  • Istri Dari Kakek    bab 19 : Pulang dari RS

    "Bos, kita cari kemana?" tanya Domeng seraya mendorong Arga yang duduk di kursi roda. "Kemana saja yang penting anak itu harus kembali sebelum Grandpa datang," jawab Arga seraya mengedarkan pandangannya. Saat Cherry keluar dari ruangan, dia lupa meninggalkan ponselnya di meja dan Federic menelpon Arga jika dia sedang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Arga tidak mau jika Federic datang, Cherry tidak ada bersamanya. Pasti Arga lah yang akan dimarahi Federic sebab Federic sudah mengatakan pada Arga jika Cherry lapar suruh Domeng yang membelikan makanan, jangan sampai gadis itu keluar sendiri. Arga hanya berpikir Cherry keluar tidak akan lama, jadi dia mengizinkan. "Bos, itu Cherry ..." Domeng menunjuk ke lantai bawah, dimana Cherry tengah mengobrol bersama seorang pria. Mereka terlihat akrab dan tertawa, Arga mengernyitkan dahinya. "Siapa dia Domeng?" Domeng menyipitkan matanya u

  • Istri Dari Kakek    bab 18 : Bertemu Chef Rafka

    Arga meminta Domeng membelikan makanan untuk Mikeyla. Alhasil perempuan itu pun duduk di sofa menikmati spageti dengan mata sesekali mendelik ke arah Cherry yang tengah membantu Arga menyiapkan makan siangnya. Cherry membantu membuka makan siang yang barusan dibawakan oleh perawat. Sementara Domeng sudah pergi entah kemana"Tidak suka pepaya juga?" tanya Cherry melihat Arga menggeser piring berisi beberapa potong buah pepaya. Arga menggeleng sebagai jawaban lalu meminum secangkir teh. Cherry berdecak. "Sepertinya kau orang pemilih. Kirain cuman Cherry aja buah yang engga suka.""Kau saja yang makan." Arga menyodorkan piring tersebut. "Yasudah." Cherry pun dengan senang hati menerima piring itu. Dia duduk di atas ranjang bersama Arga dan memakan buah pepayanya. Mikeyla mencengkram kuat sendok di tangannya melihat mereka sarapan bersama di atas ranjang seakan melupakan Mikeyla yang juga ada di ruangan itu. Apalagi Mik

  • Istri Dari Kakek    bab 17 : Mikeyla meledek Cherry

    "Loh bukannya kau tidak suka Cherry, Ar?" "Tapi kan Cherry yang ini manusia," sahut Cherry pelan membuat Domeng mengembungkan pipinya menahan tawa. "Bercanda ..." Mikeyla mengelus lengan Cherry dengan tertawa kecil membuat Arga menarik ujung bibirnya tersenyum. "Oh iya, Cherry dulu kuliah dimana?" tanya Mikeyla. "C-Cherry ---" Cherry menatap Mikeyla kemudian Arga. Bagaimana menjelaskannya kalau Cherry tidak meneruskan pendidikannya sampai kuliah. Mikeyla menaikkan alisnya menunggu jawaban. "Dia tidak kuliah, tapi dia pintar menggambar." Arga yang menjawab. "Oh iya? Menggambar apa?" "Beberapa desain pakaian. Cherry berharap bisa menjadi desainer dan membuat brand sendiri." Cherry tersenyum saat menjelaskannya. Mikeyla menahan tawanya sampai kedua pipinya setengah menggembung. "Cher, yakin?" Wajah Cherry berubah menjadi datar melihat Mikeyla tertawa seakan tengah meledeknya. "

  • Istri Dari Kakek    bab 16 : Memakai kemeja Arga

    Pagi harinya, Cherry meregangkangkan otot-ototnya dan perlahan membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah Arga yang sudah bangun sambil sarapan. Merasa malu karena Arga bangun lebih dulu, Cherry segera menarik tubuhnya untuk duduk. Kalau Arga sudah sarapan berarti tadi ada perawat masuk dan memberikan sarapan untuk Arga. Dan dia melihat Cherry tidur. "K-kau sudah bangun ya ..." "Menurutmu?" sahut Arga tanpa menoleh ke arah Cherry dan menikmati sarapannya. Cherry cengengesan sambil menggaruk kepalanya. "Maaf Cherry telat bangun." Arga tidak menjawab. Tapi Cherry merasa aneh, kenapa tiba-tiba ada selimut yang menyampir di tubuhnya. "I-ini selimutmu?" tanya Cherry pada Arga. "Menurutmu?" Arga balik bertanya dan masih sama, tanpa melihat ke arah Cherry, dia sedang menikmati sup. "Jadi semalam kau tidak pakai selimut?" "Menurutmu?" Che

  • Istri Dari Kakek    bab 15 : Menjaga Arga

    Federic dan Domeng pulang dari Rumah Sakit meninggalkan Arga dan Cherry. Cherry duduk di sofa dan asik sendiri menonton film di ponselnya. Sementara Arga diam bak patung menatap langit-langit kamar, tidak ada obrolan dan tidak diajak mengobrol oleh Cherry. Bahkan ia berpikir Cherry menganggapnya patung tidak bernyawa. Bahkan ditanya Arga butuh sesuatu saja tidak, ditanya Arga mau makan sesuatu juga tidak, hal itu membuat Arga mendengus kasar apalagi mendengar suara cekikikan Cherry. "Berisik sekali, kau ini sedang menjaga orang sakit!" hardik Arga membuat tawa Cherry berhenti. "Ya kan Arga diam dari tadi, masa Cherry juga harus ikutan diam sih!" Cherry mengerucutkan bibirnya. "Kau saja tidak bertanya apapun, bagaimana aku bicara!" Cherry terdiam, benar juga. Alhasil dia mengantungi ponselnya lalu berjalan mendekati ranjang Arga. "Kalau begitu, Cherry mau tanya sesuatu." Arga berdehem dengan maksud membolehkan Cher

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status