แชร์

Istriku Ternyata Punya Bisnis

ผู้เขียน: Ricny
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-09-26 14:33:50

Esok hari.

Itu artinya hari ini adalah hari hajatannya Hanum. Tapi sengaja selepas subuh aku kembali tidur, malas sekali rasanya kalau aku harus datang ke sana. Aku sudah terlanjur sakit hati.

Biar saja mereka mau bagaimana kalau aku dan Asmi tidak ada di sana, karena selama ini mereka selalu menyuruh kami ini dan itu untuk persiapan pernikahan Hanum.

Pukul delapan aku baru bangun, segera aku pergi ke belakang, kulihat istriku tidak ada di dapur, di depan juga tidak ada.

"Kemana Asmi pergi? Apa jangan-jangan dia ke rumah, ibu?"

Segera aku mengambil ponsel dan meneleponnya.

"Neng, ada di mana?"

"Neng lagi di toko A, sekalian lihat gudang baru."

"Apaan sih? Gudang apaan? Ngapain juga di toko? Mau belanja apaan di sana?" tanyaku bingung sambil mengacak rambut.

"Di toko baju A, gudang segala macem di sini. Emang Aa gak baca surat dari Neng? Tadi Aa lagi tidur Neng gak tega bangunin karena katanya kita gak akan dateng ke rumah ibu."

Aku melirik ke atas nakas, ternyata benar ada surat di sana.

"Ya udah buruan pulang, tar aja sama, Aa belanjanya," pungkasku sambil menutup telepon.

Iseng aku mengambil surat itu tapi saat dibaca aku tepok jidat, Asmi gimana sih ngasih surat tapi tulisannya bahasa sunda, isinya begini.

{Aa Neng bade ka payun heula sakedap nya, bade ningali gudang anu enggal sareng bade nyandak acuk sae di toko kanggo urang. Neng nambut motor Aa sakedap wae nya.}

Setelah membaca surat itu aku kembali membuka ponsel, ternyata sudah banyak chat WA masuk dari Hanum. Anak itu memintaku datang karena katanya takut disangka kami tidak rukun sama orang-orang.

Kubiarkan saja, memang kami sedang tidak rukun 'kan? Udah benar-benar males aku.

Baru aku akan duduk di kursi, ponselku sudah kembali berbunyi. Kali ini Bapak yang menelepon.

"Iya, Pak."

"San, kamu di mana? Kok gak ada di sini?"

"Hasan gak ke rumah, Hasan males, semalem Hasan pulang habisnya Asmi selalu dihina-hina."

"Jangan begitu Nak, biar mereka Bapak kasih pelajaran, tapi kamu tetep dateng ya Nak, malu takut ditanyain calon besan, biar gimanapun mereka gak boleh tahu masalah kita ini sekarang," ucap Bapak.

Aku bergeming sambil menekan pangkal mata.

"Dateng ya San, bawa Asmi juga," ucap Bapak lagi.

Huh! Aku jadi bingung. Tapi akhirnya aku 'iyakan' saja permintaan bapakku itu, karena selama ini memang hanya bapaklah yang selalu membelaku dan Asmi, masa iya sekarang beliau minta sesuatu aku tidak turuti.

Buru-buru aku mandi, acara mungkin belum mulai karena baru jam 8, selesai mandi aku dengar suara motorku di luar.

"Loh siapa yang bawa motorku?"

Bergegas aku melihat ke luar. Buset ternyata Asmi bisa bawa motor juga, biarpun gendut emang istriku itu mandiri dan jago banget.

Asmi turun dari motor dan betapa syoknya aku saat Asmi membuka helm. Kulihat Asmi sekarang lebih bening dan wangi semerbak.

Rambut yang biasanya cuma digelung ke belakang sekarang dikriting gantung, warnanya berubah agak-agak mengkilap pula.

Alis sama bulu matanya juga berubah, lebih jelas dan teratur, pakai lipstik yang gak terlalu merah tapi cocok di aja gitu di wajahnya, ah pokonya begitu aku sampai takjub melihatnya.

"Cantik gak A sekarang?" tanya Asmi kemudian.

Aku cepat mengangguk, ya emang cantik, cantik banget malah.

"Neng, habis dari mana sih?"

"Dari toko lihat gudang baru sama mampir sebentar tadi ke salon A, kata Aa Neng harus cantik biar Aa makin suka," jawabnya sambil memberikanku plastik besar.

"Iya sih, ya udah ayo masuk kita harus siap-siap, Neng."

"Loh mau kemana, A?"

"Ke nikahannya Hanum."

"Lah katanya gak datang atuh, A."

"Bapak yang minta Neng, gak enak."

Akhirnya buru-buru Asmi ke kamar, kulihat ia mengeluarkan semua isi plastik yang tadi dibawanya.

"Itu baju semua apa, Neng?" tanyaku penasaran.

"Iya A. Coba, Aa pake yang ini," katanya sambil memberikanku satu kemeja.

"Tunggu dulu Neng, ini semua baju-baju darimana?"

"Dari toko Aa sayang. Neng, 'kan udah bilang tadi, mau ambil baju di toko."

"Lah tapi toko siapa? Kenapa bajunya harus sebanyak ini? Ingat, Neng! Kata Neng, hidup sederhana aja asal tenang daripada hidup mewah banyak cicilan."

"Ih Aa, suka gak nyambung deh, katanya Aa mau Neng gak dihina lagi, ya ayo kita pake nih baju-baju baru ini."

"Gak mau Neng, nanti kalau tukang kredit bajunya datang gimana? Aa gak punya duit loh."

"Ini bukan baju kredit Aa, ini baju dari toko Neng, Astagfirullah," katanya lagi sambil membantuku memakai kemeja baru itu.

"Toko Neng gimana sih?"

"Toko Neng, toko baju Neng sendiri ih, Aa mah," jawabnya kesal.

"Toko baju Neng sendiri? Itu artinya Neng punya usaha toko baju gitu?"

"Iya," sahutnya sambil sibuk mencari sesuatu di dalam laci lemarinya.

Waduh serius ini? Istriku punya usaha toko baju tapi selama ini aku gak pernah tahu, payah emang.

"Neng gak lagi bohong 'kan? Kok Neng gak pernah bilang-bilang ke Aa sih kalau Neng punya usaha toko baju?" tanyaku penasaran.

"Ya Aa gak pernah nanya, pasti gak tahu juga ya kalau selama ini Neng sibuk jualan?"

"Jualan baju gitu?"

"Huum, segala macamlah ya."

"Kapan jualannya?"

"Kapan aja Neng mau 'kan jualannya di medsos sama market place."

Wih boleh juga nih Asmi walau dari desa tapi tetap berdaya, manalah tahu kalau dia punya toko baju dan sering jualan online juga.

"Pantesan Neng suka main hp terus sampe malem."

"Iya itu lagi cek-cek barang di gudang, susah banget sekarang Neng di kota sementara gudang masih di desa, makanya ini lagi sibuk urus gudang baru, semua barang mau dipindahin aja biar Neng gampang cek nya langsung."

Aku terbelalak, apa lagi ini? Tadi toko sekarang gudang.

"Gudang apa sih, Neng? Emang perlu ya pakai gudang segala?"

"Perlu atuh, A! Jualan Neng 'kan banyak, segala macem ada, jadi butuh tempat buat simpen stok barang sebelum masuk ke toko dan diambil reseller."

Hah? Aku melongo, bener-bener kaget aku. Gak pernah bayangin sedikitpun sih istriku ini ternyata pebisnis hebat, pantesan dia bisa sumbang hajatan Hanum gede banget, iyalah pasti uang nya banyak. Ah aku jadi minder.

Tak lama Asmi mengeluarkan perhiasan emas dan buru-buru memakainya.

"Heh tunggu, ini perhiasan siapa?" tanyaku lagi sambil memegang kalung yang sudah melingkar di leher Asmi.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Darma Azis
mantap lanjut tour
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Akhir

    "Ya kalau ada." Aku nyengir."Ada. Tenang aja. tar aku bukain deallernya khusus buat kalian. Eh tapi apa kalian mau beli mobil aku aja? Kebetulan nih istriku kemarin beliin mobil buat si bujang eeh tapi malah gak ditolak karena cocok katanya. Mobilnya padahal bagus tapi dia mau yang boddynya lebih macco.""Wah yang bener? Emang mobil apa Yon?""Itu di garasi, ayo lihat aja."Aku dan Ranti pun digiring ke garasinya. Buset emang dasar orkay, di sana mobilnya berjejer sampe 6 biji."Gila banyak amat mobil kamu Yon, udah sukses ya kamu sekarang.""Ah biasa aja. Ini buat kujual juga kalau ada yang nanyain. Nah ini mobilnya." Yono menepuk satu mobil berwarna putih mengkilat yang kelihatannya emang masih mulus banget itu."Pajero San. Bagus," katanya lagi.Aku melirik ke arah Ranti. Dia langsung mengangguk yakin."Beneran Ran mau yang ini?" "Beneran Yah, Ranti suka banget."Akhirnya setelah bernego dan membayar setengahnya langsung bawa mobil itu pulang. Sisa harganya nanti kubayar setelah

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Ranti Dihina

    Esok harinya. Hari raya dan Asmi udah sibuk sejak sebelum subuh buta. Masak opor, masak ketupat, masak sambel goreng kentang dan pastinya ada sop iga sapi.Suasana lebaran di desa ini emang paling aku nantikan banget. Karena bertahun-tahun melewati suasana di kota saat aku kecil sampe dewasa, rasanya lebaran tak seberkesan seperti di desa.Beneran dah sumpah, aku baru ngerasa lebaran itu berkesan dan seru banget saat aku lebaran di desa Asmi ini. Di sini itu antara tetangga satu dan lainnya saling berkunjung, saling meminta maaf dan yang jelas aku bersyukur karena di sekitar rumah kami gak ada yang namanya tetangga julid. Mereka semua pada baik, pada ramah, pada saling mendukung dan menjunjung namanya tali persaudaan dengan gotong royong.Bahkan saat lebaran, biasanya mereka ada yang saling memberi makanan khas lebaran, walau sebenernya di setiap rumah juga ada. Ya 'kan namanya lebaran haha.Hari ini Asmi juga gitu, dia sengaja masak banyak karena mau ngasih ke ibu dan ke rumah tetang

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Ranti Pulang

    Ranti DatangKarena penasaran aku pun bangkit menguping dekat pintu dapur."Iya iya kamu tenang aja, pokoknya Mas secepetnya kirim, Mas 'kan harus minta dulu sama istri Mas, uangnya baru cair tadi," kata si Broto lagi.Waduh parah. Ini sih bau-bau perselingkuhan kayaknya. Kasihan si Ratu ular, dia dikadalin sama lakinya."Wah aku harus buru-buru bawa si Ratu ke sini. Biar seru nih lanjutannya."Gegas aku ke depan.Tok! Tok! Tok! Kuketuk pintu kamar si Ratu cepat-cepat."Raaat, Raaat, buka!"Pintupun dibuka walau agak lama."Apaan sih? A Hasan? Ada apa? Ngetok pintu kayak mau nagih hutang aja," ketusnya, kesal."Rat, ayo buruan ke belakang. Kamu harus denger juga apa yang tadi Aa denger," ajakku tanpa basa-basi.Si Ratu mengernyit, "apaan sih, ogah," ketusnya sambil membanting pintu.Tok tok tok!"Rat Rat, buka Rat bukaa!""Berisik. Sana pergi! Ganggu orang istirahat aja!" teriaknya dari dalam.Aku mendengus kesal sambil kukeplak daun pintu kamar itu sedikit, "huh dasar, ya udah kalau

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Takut Jadi Tumbal

    "Nah itu baru bagus," timpalku sambil kujentikan jari telunjuk dan jempolku.Si Ratu menoleh, "Apaan sih, ikutan aja," ketusnya.Aku menjebik, lah sok cantik amat, tuh bibir pake digaling-galingin gitu segala. Kesel banget dah."Loh Dewi, Putri, ada apa ini teh? Kenapa kalian mendadak enggak mau ambil uangnya?" tanya Ibu mertua, beliau kelihatan bingung."Gak ah Bu, gak usah, biar bagian Putri dikasih ke orang lain aja, buat Ibu juga gak apa-apa." Si Putri menjawab. Wanita berkulit putih itu nyengir kuda sambil lirak-lirik pada kakaknya, si Dewi.Aku sih paham, mereka pasti beneran takut sama omonganku tadi, takut mereka dijadiin tumbal haha."Dewi juga, biar duitnya buat Ibu aja, atau ... buat Bapak sekalian." Si Dewi melirik ke arah Papa mertua dengan tatapan sinis."Wah wah. Tumben-tumbenan nih pada baik," timpalku lagi sambil nyengir puas."Enggak!" sembur si Ratu kemudian. Dia spontan berdiri dari kursinya."Apaan sih kok jadi pada gak kompak gini? Dewi! Putri! Pokoknya kalian ak

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Bagi Duit

    "Ck dibilangin gak percaya," tandasku, gegas aku bangkit dan mabur ke depan. Di depan rumah aku cekikikan sendiri sambil geleng-geleng kepala, si Dewi itu bener-bener banget dah, obsesi banget dia sampe abis sahur pun masih nanyain soal kesalahpahaman semalem yang dia lihat haha.***Malam takbiran tiba.Alhamdulillah karena uang penjualan saham Asmi udah cair, malam itu juga Asmi langsung ajak aku lagi ke rumah ibu mertua."Ratu, Dewi, Putri, ini uang buat Teteh bayarin rumah teh udah ada, mau ditransfer sekarang apa gimana?" tanya Asmi pada ketiga adiknya.Mereka saling melirik sebentar sebelum akhirnya si Ratu menyahut."Ya sekarang dong Teh, kalau udah ada duitnya ngapain disimpen terus, si Putri juga 'kan mau pake buat lunasin sewa pelaminan.""Oh ya udah atuh, Teteh transfer ke rekening kamu aja semua dulu ya, nanti baru kamu bagi-bagi ke adik-adikmu.""Ya buruan, bawel ah," ketus si Ratu.Tau dah, kenapa orang satu itu makin ketus aja sama Asmi sekarang."Udah, tuh udah Teteh

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Elus Dada

    "K-kami ...." Si Dewi dan Si Putri gelagapan, wajahnya terlihat tegang dan panik."Nguping ya kalian?" desakku."Enggak, kata siapa?" jawab si Dewi cepat."Dewi, Putri, jadi kalian teh lagi ngapain di sini?" tanya Asmi."Kami ... emm ... Teteh ngapain di dalam? Kok ada lilin sama baskom isi daun di dalam kamar? Dan ...." Si Dewi melirik ke arahku dengan tatapan aneh."Kenapa?" tanyaku risih."A Hasan pake apa itu? Kalian beneran ....""Beneran apa?" desakku."Kalian beneran ... ngepet?""Hah?" Aku dan Asmi saling melirik dengan mata melongo."Ngepet?" Asmi mengulang."Ya ngepet, kalian ngepet biar bisa dapat duit banyak 'kan?" "Astagfirullah Dewi, apa-apaan kamu teh? Omongannya kenapa ngaco begitu atuh ah.""Tapi bener 'kan Teteh sama A Hasan ngepet? Buktinya itu di dalam ada lilin sama baskom isi daun terus A Hasan pake jubah hitam begini," timpal si Putri sambil terus menerus lirik-lirik ke dalam kamar."Astagfirullah." Asmi elus dada sambil geleng-geleng kepala. Sementara aku cek

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status