Share

Batal Nginep

Author: Ricny
last update Last Updated: 2022-09-26 14:32:52

Esok hari setelah aku pulang kerja.

Aku dan istriku ke rumah Ibu dan Bapak lagi, sesuai kesepakatan aku dan saudara-saudaraku, malam ini kami semua berencana akan menginap di sana karena hajatan akan dilaksanakan besok tepatnya.

"Kak Alfa belum datang, Bu?" tanyaku pada Ibu yang tengah mencicipi masakan Bibik.

"Ya belumlah Hasan, ini kan masih sore, mereka pasti masih sibuk kerja, gak kayak kalian," kecut Ibu menjawab.

Entah kenapa ucapannya itu selalu saja tajam bagaikan silet, lebih-lebih setelah aku menikah dengan Asmi selalu saja kami dibeda-bedakan dan disindir-sindirnya begitu.

Setelah menyalami Ibu, Asmi pergi ke ruang keluarga sementara aku tetap di dapur bersama Ibu.

"Ibu, kenapa sih, Bu? Kok kayak gitu terus sama aku dan Asmi?"

"Mau tahu kamu jawabannya? Karena kamu lebih nurut sama Bapakmu."

"Loh 'kan, Bapak emang bener Bu, apa salahnya coba Bapak jodohin Hasan? Hasan udah cukup umur Bu, mau sampai kapan Hasan membujang kalau gak dijodohin?"

Ibu menghentikan pekerjaannya lalu duduk di kursi makan bersamaku.

"Ya tapi enggak sama si Asmi juga 'kan?" Serius Ibu menatapku.

"Ya terus harus sama siapa, Bu? Apa sih kurangnya Asmi? Asmi itu baik, nurut sama Ibu, sayang sama Hasan dan yang paling penting Hasan juga cocok sama Asmi."

"Halah bilang cocok karena masih baru-baru nikah, entar kalau udah bertahun-tahun baru deh kamu sadar dan nyesel, Asmi itu gendut, gak ada yang bisa Ibu banggain dari dia, percuma jandi mantu juga."

Aku menarik napas dalam-dalam, meski nyesek banget omongan ibuku itu jangan sampai aku ngamuk di depannya.

"Astagfirullah Bu, sadar kalau ngomong, jangan suka mandang orang dari fisik, Bu."

"Emang itu kenyataannya."

"Tapi Asmi 'kan baik Bu, gak kayak menantu Ibu yang lainnya, mereka pelit sementara Asmi? Nyumbang hajatan aja berjuta-juta, beras sama kambing pula," ucapku bersikukuh.

Sengaja aku menjabarkan semua kebaikan Asmi di depan Ibu, supaya Ibu sadar akan semua itu.

"Hilih cuma beras 5 kwinal sama kambing, mungkin aja itu beras dan kambing patungan di desanya, orang desa kan gitu, kalau mau ada apa-apa selalu gotong royong saling bantu dan saling sumbang," ketus Ibu menyahut.

Hah apa bener apa yang dikatakan Ibu? Apa iya beras sama kambing yang disumbangin Asmi adalah hasil kebaikan warga desa? Ah masa? Jadi penasaran, nanti biar kutanyain deh sama Asmi.

-

Malam hari sekitar jam 8 Kak Alfa dan Mbak Andin baru datang.

"Baru dateng Kak?" tanyaku pada Kak Alfa yang masih menor dengan make-up dan baju gamis blink-blink nya.

Heran juga kenapa malam-malam begini Kak Alfamaret itu masih saja dandan berlebihan gitu, udah kaya mau ngelenong aja.

Mbak Andin juga sama, entah kenapa itu tangan sama lehernya mendadak penuh sama emas, udah kayak toko emas berjalan.

"Iya nih, soalnya sibuk, baru bisa ke sini jam segini deh, maklumlah Mas Angga kerja kantoran jadi jam 7 malam baru bisa pulang," Kak Alfa menjawab kecut.

Entahlah benar atau enggak yang diucapkan Kak Alfamaret itu tapi aku ragu, palingan mereka itu memang sengaja datang telat agar mereka tidak banyak membantu pekerjaan di rumah Ibu.

Kak Alfa dan Mbak Andin lalu duduk di samping Asmi yang sedang sibuk memasukan kue-kue kering ke dalam toples, tak lama ibu datang duduk juga bersama mereka.

"Besok jangan lupa pake emas kayak Andin, yang palsu juga gak apa-apa, biar gak dikira kita keluarga miskin-miskin amat, pake baju yang bagus juga biar gak kucel-kucel amat di acara hajatan," ucap Ibu pada Asmi.

Aku menarik napas berat, mulai lagi saja ibuku itu. Sementara istriku hanya mengiyakan ucapan Ibu.

"Alfa sama Andin kok baru dateng sih? Ibu mau minta bantuan kamu pilih baju buat acara selametan nanti setelah acara Hanum, bingung Ibu gak ada kalian," ucap Ibu lagi, kali ini pada Mbak Andin dan Kak Alfa.

"Ya maaf, Bu, tadi 'kan Alfa harus nungguin Mas Angga dulu habis rapat katanya."

"Sama Andin juga, Bu, Mas Fatih baru pulang jam 6 sore."

"Ibu kenapa gak minta bantuan Asmi aja atuh? Kalau Asmi tahu Ibu lagi butuh bantuan pasti Asmi bantuin," sahut istriku.

"Gak usah! Kamu tahu apa emangnya? Bukannya bantu pilih baju yang cocok, nanti Ibu malah dibikin jelek dan udik kayak kamu."

Asmi akhirnya diam dan melanjutkan pekerjaannya, wajahnya terlihat sangat sedih dan kecewa.

"Besok tugasmu jaga dapur ya Asmi. Jangan sampe masakan buat stok prasmanan kehabisan." Ibu bicara lagi.

Aku cepat menyahut.

"Gak bisa Bu, Asmi mau nerima tamu sama Hasan, enak aja lagi-lagi istriku disuruh di dapur."

"Ih masa yang nerima tamu Kak Asmi sih? Yang pantesan dikit 'kan bisa, inget loh, yang mau nikah sama Hanum ini pengusaha, pengusaha Lab batu permata, tempat lab nya udah tersebar di mana-mana, di mall-mall besar juga udah banyak. Pokoknya jangan sampe malu-maluin karena pasti teman-temannya yang datang itu orang kaya semua," protes Hanum.

"Tahu tuh kakak kamu maksa banget heran, cantik enggak gendut iya itu istrinya." Lagi, Mbak Andin yang menyahut, wanita itu benar-benar tak peduli walau aku dan Asmi ada di tengah mereka.

Mulai emosiku meradang.

"Ya terus kenapa kalau istriku gendut? Mbak Andin jangan mentang-mentang langsing jadi seenaknya ya sama istriku, jatohnya body shaming, bisa Hasan laporkan nanti."

"Hih mulai deh si Hasan emosi teros," celetuk Mas Fatih.

"Biasa kalau orang gak punya duit begitu," sahut Kak Angga, puas.

Mereka seperti sengaja terus menyerang dan menertawakan kami berdua.

"Mbak Andin inget ya! Biar gimanapun posisi, Mbak Andin dengan Asmi itu sama, sama-sama menantu di rumah ini, jadi jangan belagu, Mbak!" tegasku.

Mendadak wajah Mbak Andin pias.

Aku yang sejak tadi tengah duduk di sofa ruang keluarga akhirnya menarik tangan istriku.

"Ayo Neng! Lebih baik kita pulang aja."

"Loh A, mau kemana?"

"Pulang."

Dengan amarah meluap-luap aku akhirnya berhasil membawa Asmi pulang dan batal menginap di rumah ibu meski Asmi daritadi terus menolaknya.

"A gak boleh gitu atuh sama keluarga, harus sabar, A," kata Asmi saat kami sudah sampai di rumah.

"Gak bisa Neng, meningan Aa gak usah hadir di nikahannya Hanum sekalian daripada Neng selalu diremehkan dan gak dianggap begitu."

Asmi mulai mengelus dadaku.

"Nyebut atuh A, istighfar!"

"Kesel Aa Neng, gak bisa kalau Neng selalu dihina-hina begitu."

Asmi lalu memelukku.

"Aa sayang ya sama, Neng?"

"Ya sayang dong Neng, makanya Aa belain Neng, meskipun mereka keluarga buat apa kalau kelakuan mereka kayak begitu? Pada belagu banget mentang-mentang kita miskin dan kamu gendut."

"Makasih ya A, udah sayangin Neng, mulai sekarang Neng akan nurut deh sama Aa. Apa mau Aa Neng akan turutin."

Aku tersenyum, wah kesempatan nih.

"Bener Neng, mau turutin apa mau, Aa?"

Asmi mengangguk. Kupegang kedua bahu Asmi dan menatapnya serius.

"Diet ya Neng, pergi ke salon juga kalau nanti ada uang," ucapku dengan yakin.

Asmi terlihat berpikir sebentar tapi akhirnya setuju juga dengan permintaanku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
kxjxjxjxjjxjxk
goodnovel comment avatar
Zulkifli
untung suaminya sayang
goodnovel comment avatar
Herawati Tuti
Ayooo diet ismi.. Biar itu klrga mendelik matanya ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Akhir

    "Ya kalau ada." Aku nyengir."Ada. Tenang aja. tar aku bukain deallernya khusus buat kalian. Eh tapi apa kalian mau beli mobil aku aja? Kebetulan nih istriku kemarin beliin mobil buat si bujang eeh tapi malah gak ditolak karena cocok katanya. Mobilnya padahal bagus tapi dia mau yang boddynya lebih macco.""Wah yang bener? Emang mobil apa Yon?""Itu di garasi, ayo lihat aja."Aku dan Ranti pun digiring ke garasinya. Buset emang dasar orkay, di sana mobilnya berjejer sampe 6 biji."Gila banyak amat mobil kamu Yon, udah sukses ya kamu sekarang.""Ah biasa aja. Ini buat kujual juga kalau ada yang nanyain. Nah ini mobilnya." Yono menepuk satu mobil berwarna putih mengkilat yang kelihatannya emang masih mulus banget itu."Pajero San. Bagus," katanya lagi.Aku melirik ke arah Ranti. Dia langsung mengangguk yakin."Beneran Ran mau yang ini?" "Beneran Yah, Ranti suka banget."Akhirnya setelah bernego dan membayar setengahnya langsung bawa mobil itu pulang. Sisa harganya nanti kubayar setelah

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Ranti Dihina

    Esok harinya. Hari raya dan Asmi udah sibuk sejak sebelum subuh buta. Masak opor, masak ketupat, masak sambel goreng kentang dan pastinya ada sop iga sapi.Suasana lebaran di desa ini emang paling aku nantikan banget. Karena bertahun-tahun melewati suasana di kota saat aku kecil sampe dewasa, rasanya lebaran tak seberkesan seperti di desa.Beneran dah sumpah, aku baru ngerasa lebaran itu berkesan dan seru banget saat aku lebaran di desa Asmi ini. Di sini itu antara tetangga satu dan lainnya saling berkunjung, saling meminta maaf dan yang jelas aku bersyukur karena di sekitar rumah kami gak ada yang namanya tetangga julid. Mereka semua pada baik, pada ramah, pada saling mendukung dan menjunjung namanya tali persaudaan dengan gotong royong.Bahkan saat lebaran, biasanya mereka ada yang saling memberi makanan khas lebaran, walau sebenernya di setiap rumah juga ada. Ya 'kan namanya lebaran haha.Hari ini Asmi juga gitu, dia sengaja masak banyak karena mau ngasih ke ibu dan ke rumah tetang

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Ranti Pulang

    Ranti DatangKarena penasaran aku pun bangkit menguping dekat pintu dapur."Iya iya kamu tenang aja, pokoknya Mas secepetnya kirim, Mas 'kan harus minta dulu sama istri Mas, uangnya baru cair tadi," kata si Broto lagi.Waduh parah. Ini sih bau-bau perselingkuhan kayaknya. Kasihan si Ratu ular, dia dikadalin sama lakinya."Wah aku harus buru-buru bawa si Ratu ke sini. Biar seru nih lanjutannya."Gegas aku ke depan.Tok! Tok! Tok! Kuketuk pintu kamar si Ratu cepat-cepat."Raaat, Raaat, buka!"Pintupun dibuka walau agak lama."Apaan sih? A Hasan? Ada apa? Ngetok pintu kayak mau nagih hutang aja," ketusnya, kesal."Rat, ayo buruan ke belakang. Kamu harus denger juga apa yang tadi Aa denger," ajakku tanpa basa-basi.Si Ratu mengernyit, "apaan sih, ogah," ketusnya sambil membanting pintu.Tok tok tok!"Rat Rat, buka Rat bukaa!""Berisik. Sana pergi! Ganggu orang istirahat aja!" teriaknya dari dalam.Aku mendengus kesal sambil kukeplak daun pintu kamar itu sedikit, "huh dasar, ya udah kalau

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Takut Jadi Tumbal

    "Nah itu baru bagus," timpalku sambil kujentikan jari telunjuk dan jempolku.Si Ratu menoleh, "Apaan sih, ikutan aja," ketusnya.Aku menjebik, lah sok cantik amat, tuh bibir pake digaling-galingin gitu segala. Kesel banget dah."Loh Dewi, Putri, ada apa ini teh? Kenapa kalian mendadak enggak mau ambil uangnya?" tanya Ibu mertua, beliau kelihatan bingung."Gak ah Bu, gak usah, biar bagian Putri dikasih ke orang lain aja, buat Ibu juga gak apa-apa." Si Putri menjawab. Wanita berkulit putih itu nyengir kuda sambil lirak-lirik pada kakaknya, si Dewi.Aku sih paham, mereka pasti beneran takut sama omonganku tadi, takut mereka dijadiin tumbal haha."Dewi juga, biar duitnya buat Ibu aja, atau ... buat Bapak sekalian." Si Dewi melirik ke arah Papa mertua dengan tatapan sinis."Wah wah. Tumben-tumbenan nih pada baik," timpalku lagi sambil nyengir puas."Enggak!" sembur si Ratu kemudian. Dia spontan berdiri dari kursinya."Apaan sih kok jadi pada gak kompak gini? Dewi! Putri! Pokoknya kalian ak

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Bagi Duit

    "Ck dibilangin gak percaya," tandasku, gegas aku bangkit dan mabur ke depan. Di depan rumah aku cekikikan sendiri sambil geleng-geleng kepala, si Dewi itu bener-bener banget dah, obsesi banget dia sampe abis sahur pun masih nanyain soal kesalahpahaman semalem yang dia lihat haha.***Malam takbiran tiba.Alhamdulillah karena uang penjualan saham Asmi udah cair, malam itu juga Asmi langsung ajak aku lagi ke rumah ibu mertua."Ratu, Dewi, Putri, ini uang buat Teteh bayarin rumah teh udah ada, mau ditransfer sekarang apa gimana?" tanya Asmi pada ketiga adiknya.Mereka saling melirik sebentar sebelum akhirnya si Ratu menyahut."Ya sekarang dong Teh, kalau udah ada duitnya ngapain disimpen terus, si Putri juga 'kan mau pake buat lunasin sewa pelaminan.""Oh ya udah atuh, Teteh transfer ke rekening kamu aja semua dulu ya, nanti baru kamu bagi-bagi ke adik-adikmu.""Ya buruan, bawel ah," ketus si Ratu.Tau dah, kenapa orang satu itu makin ketus aja sama Asmi sekarang."Udah, tuh udah Teteh

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Elus Dada

    "K-kami ...." Si Dewi dan Si Putri gelagapan, wajahnya terlihat tegang dan panik."Nguping ya kalian?" desakku."Enggak, kata siapa?" jawab si Dewi cepat."Dewi, Putri, jadi kalian teh lagi ngapain di sini?" tanya Asmi."Kami ... emm ... Teteh ngapain di dalam? Kok ada lilin sama baskom isi daun di dalam kamar? Dan ...." Si Dewi melirik ke arahku dengan tatapan aneh."Kenapa?" tanyaku risih."A Hasan pake apa itu? Kalian beneran ....""Beneran apa?" desakku."Kalian beneran ... ngepet?""Hah?" Aku dan Asmi saling melirik dengan mata melongo."Ngepet?" Asmi mengulang."Ya ngepet, kalian ngepet biar bisa dapat duit banyak 'kan?" "Astagfirullah Dewi, apa-apaan kamu teh? Omongannya kenapa ngaco begitu atuh ah.""Tapi bener 'kan Teteh sama A Hasan ngepet? Buktinya itu di dalam ada lilin sama baskom isi daun terus A Hasan pake jubah hitam begini," timpal si Putri sambil terus menerus lirik-lirik ke dalam kamar."Astagfirullah." Asmi elus dada sambil geleng-geleng kepala. Sementara aku cek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status