Share

Bab 5 Siapa Wanita Kasar Itu?

Teriakkan Revalina berhenti sampai di sana kala melihat Heri menyuruh kedua anak buahnya menghadapi orang yang telah berhasil membuatnya tertantang. 

Bugh! Bugh!

Pukulan demi pukulan dilayangkan oleh dua pria itu pada orang tersebut. Jago beladiri, tampan, kaya, dan berwibawa, itulah Felix. Ia berhasil melumpuhkan pria-pria itu dengan mudah tanpa membuat dirinya terluka. 

Si pak tua tidak tinggal diam, kini gilirannya yang maju menghadapi Felix. Bugh, satu pukulan di perutnya yang buncit seperti orang hamil tujuh bulan itu pun telah membuatnya kesakitan. 

"Pergi dari sini atau ..." 

Belum selesai Felix berbicara, ketiganya berlari terbirit-birit masuk mobil meninggalkan tempat tersebut. Revalina merasa lega setelah melihat mereka tiada dalam pandangannya. 

"Terima kasih karena sudah menyelematkan saya, Pak."

"Kamu jangan terlalu percaya diri, saya menolongmu bukan karena takut kau terluka, tapi karena ibu saya," bisik Felix di telinga gadis itu. 

Sang Ayah langsung berlari memeluk putrinya. Tidak lupa memberikan ucapan pada menantunya yang hanya dibalas dengan anggukan tanpa senyuman. Mereka meminta Felix untuk mampir ke rumahnya, tetapi pria itu menolak mentah-mentah dengan alasan banyak pekerjaan.

"Saya tunggu kamu di mobil," ucap Felix sembari pergi. 

 "Nak, apakah kamu bahagia menikah dengannya?" tanya ayahnya. 

"Ini pertanyaan apa, Yah? Jelas aku sangat bahagia, Felix adalah lelaki yang baik," jawabnya dengan netra yang sudah berkaca-kaca. 

"Ayah tahu, kamu menikah dengan dia hanya untuk membayar utang kakakmu. Kenapa kamu melakukan ini?" 

Revalina terdiam, menurutnya menikah dengan Felix adalah jalan terbaik walaupun sekedar menikah kontrak daripada harus menyerahkan diri pada pria beristri tiga itu akibat ulah sang Kakak yang memiliki banyak utang pada pria tua itu. 

Heri tidak menginginkan sang Kakak untuk menjadikannya seorang istri karena tahu betul bagaimana sikap dan wajahnya pun tidak secantik adiknya. Tentu saja hal itu membuatnya lebih menginginkan Revalina untuk menebus utang. 

Revalina tidak kunjung menjawab pertanyaan dari sang Ayah karena Felix memerhatikannya dari jarak agak jauh, tetapi Revalina paham kalau itu isyarat untuk segera meninggalkan tempat tinggalnya.

Sepasang suami istri itu pergi meninggalkan tempat tersebut, ada rasa sedih dibenak antara anak dan orang tua. Menit berikutnya keduanya tiba di apartemen yang sejak tadi digadang-gadang untuk ditinggalinya. Di sana sudah ada Vina dan dua ajudannya menatap kedatangan anak pun menantunya. Tangannya dilipat di dada dengan tatapan yang nyaris menyeramkan. 

"Dari mana saja kalian?" tanya Vina. 

Felix sudah tahu harus menghadapi ibunya yang sedang marah itu karena sebelumnya sudah mendapatkan informasi dari pegawai di sana bahwa Vina datang ke apartemen. 

"Kita pergi ke rumah orang tuanya Revalina, dia kangen sama orang tuanya dan sekalian aku juga menjenguk mereka." 

"Benarkah begitu Revalina?" tanya Vina dengan mengangkat sebelah alisnya. 

"Iya betul, kami dari sana." 

Ibu Felix membuka pintu apartemen, lalu membalikkan badan ke arah menantu dan anaknya, "Baiklah, kalian nikmati masa-masa pengantin baru saja, untuk beberapa hari biarkan Feli anakmu mama yang urus," ujar wanita tersebut yang kemudian pergi meninggalkan Felix dan Revalina. Untuk sepersekian detik terasa hening.

Setelah kepergian mereka tidak lama pintu kembali terbuka menayangkan seorang wanita di baliknya. Ia punya kartu tersendiri untuk bisa memasuki ruangan tersebut. Revalina termenung kala melihat dua insan itu berpelukan dengan mesra. Revalina merasa tidak nyaman sehingga menjadi salah tingkah. 

"Aku tahu kamu bakalan ke sini," ucapnya sambil bergelayut manja di tangan kekar Felix. 

"Ya tentunya untuk menghabiskan waktu bersamamu sayang," sahut Felix mengusap rambut pirang wanita itu. 

Keduanya banyak berbicara manja seolah-olah tidak melihat keberadaan Revalina yang tampak jelas di matanya. Revalina pun tidak mau mengusik keberadaan mereka karena memang tidak punya hak apapun walaupun ia sudah menyandang gelar sebagai istri yang seharusnya bisa bertindak ketika suaminya berusaha mendekati wanita lain. 

Namun, apalah daya gadis itu hanya hanya menikah kontrak beralasan uang tanpa memikirkan masa depannya. Ia tidak peduli apapun yang akan terjadi pada dirinya di masa yang akan datang karena dipikirnya hanyalah bisa lari dari bandot tua itu sudah lebih dari cukup. 

Gadis bertubuh ramping itu melirik wanita berbaju lusuh yang berada di belakang Felix, "Eh, ternyata ada kamu. Oh, hi kenalin aku Raisa pacarnya Felix. Pasti kamu sudah tahu, kan tentangku?" 

Revalina menerima jabatan tangan kekasih suaminya itu. Raisa mendekati mengelilingi tubuh Revalina yang dianggapnya sangatlah tidak keren. Berbeda dengannya yang tampil dengan dress selutut yang dipadukan dengan highhels bermerek. 

"Kamu sangat jauh dari seleranya Felix, tapi itu bagus karena kau menikah dengannya hanya karena uang. Penampilan kamu yang lusuh ini ternyata pikirannya cuma uang, ya?"

Revalina hanya diam karena apa yang dikatakan gadis yang berusia 27 tahun itu memanglah benar. Raisa pun mengingatkan pada Revalina untuk tetap berada dalam batasan, tidak menggoda kekasihnya karena pernikahan itu hanyalah sebatas diatas kertas saja. 

"Saya tidak akan berkhianat, dalam satu tahun kita pasti akan bercerai jika harta warisan Pak Felix sudah di tangannya." 

"Saya pegang janjimu, kalau sampai kau berkhianat lihat akibatnya!" 

"Saya harus pergi sama Raisa, tolong kamu ambil pesanan saya yang ada di toko dekat apartemen ini." 

"Maaf, Pak. Saya tidak tahu daerah ini," lirih Revalina. 

"Ya kamu cari tahu, dong. Kamu punya otak, nanya atau apapun itu yang penting barangnya sudah ada di sini setelah saya kembali!" 

Tanpa memperdulikanya sepasang kekasih itu meninggalkan tempat tersebut. Revalina pun ikut keluar setelah hatinya merasa tenang. Ia masuk ke lift untuk tiba di dasar tempat itu, lalu mencari tempat yang dikatakan oleh suaminya. 

Gadis yang bermodal nekat itu pun menemukan satu tempat yang menjual barang-barang mewah kiriman dari luar negeri. Untuk pertama kalinya Revalina masuk ke sana dengan dipandang heran oleh pengunjung lain karena penampilannya yang jauh berbeda dengan yang lainnya. 

Gadis itu menemui pegawai di sana mengatakan apa yang diperintahkan oleh Felix. Setelah berhasil mengambil barang milik suaminya itu, ia hendak kembali pulang hanya saja tangannya ditarik kasar oleh seseorang. 

"Sekarang kamu bisa belanja barang-barang mewah, ya? Terus kamu lupa sama aku?" tanya seorang gadis. 

Revalina tersentak kaget ketika berhadapan dengannya, ia mencoba melepaskan tangan darinya. Namun, si gadis berpenampilan modis itu tidak tinggal diam. Ia semakin mencengkram pergelangan tangan Revalina sehingga membuatnya sedikit meringis kesakitan. Namun, hal itu tidak dipedulikan olehnya. 

"Oh aku tahu pasti karena suamimu adalah orang kaya, kan? Tapi aku masih heran kenapa penampilan kamu kayak gini? Aku gak peduli mau bagaimanpun keadaan kamu, tapi yang jelas aku minta uang buat belanja. Secara, kan kamu menikah dengan orang kaya pasti udah banyak uang, dong." 

"Aku gak bawa uang dan aku gak punya uang, menikah dengan orang kaya bukan berarti aku bisa memiliki banyak uang." 

"Jangan bohong, deh. Ini buktinya kamu beli barang-barang mewah," kilahnya. 

Revalina menggelengkan kepalanya, wanita itu menarik paksa barang yang ada di tangan Revalina. Ia mencoba mempertahankan, tetapi justru tubuh gadis itu didorong dengan kasar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status