Home / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 112. Malam yang Mencekam

Share

Bab 112. Malam yang Mencekam

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-08-01 22:43:32

Hening. Kamar Neina hanya ditemani suara jarum jam yang berdetak pelan di dinding, seolah waktu pun enggan bergerak.

Di luar, langit mendung menyembunyikan cahaya bulan, menciptakan selubung kegelapan yang pekat. Neina baru saja selesai mengganti baju tidurnya, merasakan kantuk yang mulai merayap, ketika suara klik dari pintu membuatnya tersentak. Jantungnya berdebar kencang, nyaris berhenti berdetak.

Pintu terbuka perlahan, engselnya berdecit samar, namun cukup untuk membuat bulu kuduk Neina berdiri. Sosok tinggi itu melangkah masuk, membiarkan siluetnya mengisi ambang pintu sebelum tubuhnya sepenuhnya terlihat. Keandra.

Neina sontak menoleh, seluruh tubuhnya menegang seketika, seperti senar biola yang ditarik tegang.

"Pak Keandra?" suaranya nyaris tak terdengar, bergetar, lebih seperti bisikan ketakutan daripada pertanyaan.

Keandra tidak menjawab. Matanya menatap lekat-lekat ke arah Neina. Dalam. Tajam. Ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuat udara kamar seketika berubah. Mence
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 241. Pengakuan

    “Kakek minta maaf, Nak,” ujar Daniswara lagi dengan begitu tulus. Daniswara menunduk semakin dalam. “Mungkin tidak akan ada maaf untukku. Tapi aku berharap masih ada sedikit ruang untuk Keandra.” Dengan penuh permohonan, Daniswara mengungkapkan itu semua. Nama itu membuat dada Neina mencubit sakit. Ia berpaling, menatap jendela agar air matanya tidak terlihat. “Keandra…” ucapnya lirih. “Saya sudah memutuskan akan bercerai. Tidak akan berubah.”“Tolong jangan,” suara Daniswara bergetar. Ia melangkah mendekat, lalu tiba-tiba berlutut di hadapan Neina. “Kumohon, Nak. Jangan pisahkan dirimu dari Keandra. Dia hanya punya kamu. Kalau kalian berpisah, dia akan kehilangan satu-satunya orang yang bisa membuatnya tetap waras.”Neina terkejut melihat lelaki tua itu berlutut. “Apa yang Anda lakukan? Jangan begini. Berdiri, ini tidak pantas!” Meski benci, ia tak suka Danniswara berlutut di bawahnya. Sebesar apa pun dosa yang telah dibuat olehnya. Neina tak mungkin membiarkan orang yang lebih tua

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 240. Kedatangan Tamu Pagi

    Pagi itu udara terasa ganjil. Langit mendung, tapi bukan karena hujan—melainkan seperti sedang menyembunyikan sesuatu yang berat. Di depan rumah sederhana Neina, sebuah mobil hitam berhenti perlahan. Dari dalamnya keluar seorang lelaki tua berjas abu-abu, langkahnya perlahan tapi tegas. Di belakangnya, seorang pria berjas hitam rapi dan berkacamata bening ikut turun setelah membukakan pintu pada tuannya. “Tuan besar, apa anda yakin tidak ingin saya ikut masuk?” tanya pria berpeci itu, suaranya lembut tapi penuh khawatir. Ia yang memang selalu mendampingi tuannya kemanapun pergi. Daniswara menatap rumah sederhana itu dengan mata yang bergetar—antara ragu dan tekad. “Tidak, Aji. Ini harus aku lakukan sendiri. Aku sudah terlalu lama bersembunyi di balik alasan dan waktu. Sekarang biarkan aku menatap dosa itu… dengan mata terbuka.” Ia menghela nafas beratnya. “Mereka berhak bahagia.” Lagi, pria tua itu bergumam pelan, yakin akan keputusan yang telah dibuatnya.Pak Aji menunduk horma

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 239. Sangkalan

    Sementara itu, di rumah sederhananya, Neina menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Ia baru saja membaca berita di media sosial—foto Keandra di samping tulisan besar “PELAKU KORUPSI MUDA DS COMPANY”.“Tidak... ini tidak mungkin,” ucapnya pelan. Tentu saja ia tak percaya dengan kabar pagi yang kembali menggemparkan media. Bibi Raras yang baru keluar dari dapur langsung menatap cemas. “Ada apa, Nak?” Ia menatap ingin tahu apa yang terjadi pada Neina yang kembali cemas, setelah berhasil menenangkan dirinya. Neina menunjukkan ponselnya. “Lihat ini, Bu. Pak Keandra difitnah. Mereka bilang dia manipulasi saham! Dan…”Neina tak sanggup melanjutkannya, sebab ada keterlibatan pada sekretaris lama yang menghilang. Dan itu dipastikan adalah dirinya. Bibi Raras memicingkan mata membaca berita itu. “Astaga… dunia sekarang benar-benar kejam. Orang baik pun bisa difitnah tanpa ampun.” Bibi Raras tentu tak percaya dengan kabar buruk yang terjadi pagi ini. Neina menatap layar lagi, rasa be

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 238. Fitnah Keandra

    Pagi itu langit Jakarta tampak mendung. Awan kelabu menggantung berat di atas gedung tinggi milik DS Company, seolah ikut menandai muramnya suasana di dalam ruang direksi.Di ruang rapat utama lantai dua puluh, layar besar menampilkan deretan berita dengan judul mencolok. “Skandal Manipulasi Saham Guncang DS Company!” “Keluarga Sakti Diduga Terlibat Korupsi Lintas Proyek!”Keandra menatap layar itu dengan rahang mengeras. Tangannya mengepal di atas meja kaca. Ternyata pihak musuh tak berhenti untuk hanya meneror keluarga kecilnya. Dan kini, mereka kembali menyerang perusahaan. “Siapa yang pertama kali menyebarkan ini?” suaranya berat, nyaris seperti geraman.Felix berdiri di sampingnya, memegang berkas laporan. “Kami sudah telusuri sumber awal, Pak. Artikel pertama muncul dari portal Jakarta Inside, tapi data dan dokumen yang mereka unggah... semuanya berasal dari file internal perusahaan.” Felix menjelaskan asal muasal sumber media yang menyebarkan kabar tersebut. Keandra langsu

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 237. Penjagaan

    Keandra tiba di rumah Neina, setelah satu jam perjalanan menuju ke sana. Macet yang melanda ibu kota menjadi sebab ia terlambat datang. Ia segera turun dari dalam mobil. Melangkah cepat dengan tatapan dingin dan cemas yang bercampur menjadi satu dalam dirinya. Diketuknya pelan pintu kayu sederhana rumah tersebut. Pesan tiba pun telah ia kirim pada sang pelayan untuk bersiap membuka pintu rumah tersebut. “Tuan, akhirnya anda datang,” ujar Bibi Raras saat pintu rumah itu terbuka dan menampilkan Keandra di sana. “Bagaimana Neina?” tanyanya langsung ingin tahu keadaan istrinya yang sedang mengandung calon penerusnya. “Non Neina masih di kamar. Ia tidak keluar sejak ingin menyendiri masuk.” BIbi Raras memberitahukan keadaan Neina yang masih terkejut dengan teror pagi yang diterimanya. “Apa dia sudah makan siang?” tanya Keandra lagi. Ia ingin memastikan kondisi istri dan calon anaknya itu baik-baik saja. “Belum. Non Neina belum mau membuka pintu kamarnya. Ia mengunci dari dalam,” tut

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 236. Teror

    Telepon genggam Keandra bergetar di meja kerja. Ia sedang menatap layar komputer, memeriksa hasil laporan proyek terakhir ketika nama *Ronald* muncul di layar. Panggilan pertama diabaikan. Detik berlalu. Bunyi getar kembali terdengar—panggilan kedua, ketiga, dan keempat. Keandra mendengus kesal. “Apalag yang dimau pria itu,” gumamnya pelan. Tetap mengabaikan panggilan yang terus berdering pada ponsel miliknya itu. Ia baru saja selesai menghadapi rapat panjang, emosinya masih tersisa, dan yang terakhir tentu tak ingin ia dengar adalah suara orang yang sama sangat tak ia suka. Ya, penghancur rumah tangganya bersama Olivia. Namun kali ini bukan hanya panggilan. Sebuah pesan muncul di layar ponsel yang membuat benda pipih itu kembali menyala. **Ronald:** “Terus berhati-hati dengan Olivia.” Keandra memandangi tulisan itu beberapa detik. Matanya menyipit, menatap notifikasi yang muncul di layar ponselnya itu. “Hati-hati dengan Olivia?” Ia tertawa sinis. “Yang seharusnya hati-h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status