Home / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 169. Terbongkar

Share

Bab 169. Terbongkar

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-09-19 22:14:56

Pintu ruang kerja Keandra terbanting keras, menimbulkan gema yang hanya mampu didengar oleh mereka berdua.

Tak ada seorang pun di lantai khusus Keandra. Hanya ada ruang kerja Neina dan Felix, ruang tunggu tamu yang begitu mewah dan ruang kebesaran petinggi perusahaan yang Keandra punya.

Olivia berdiri di depan meja kerja Keandra dengan wajah merah padam. Tangannya bergetar, dada naik-turun cepat. Matanya menyala penuh amarah, seakan siap menerkam siapa pun yang berani mendekat.

“Keandra!” teriaknya, suaranya serak tapi jelas.

“Jadi… semua yang kamu katakan padaku itu bohong? Perusahaanmu tidak bangkrut, bukan?” Ia tertawa sinis, mentertawakan kebodohannya yang telah berhasil Keandra mainkan.

Sama sekali tak pernah menyangka, hingga kebenaran berhasil membuat niatnya yang ingin berlama di Parris itu urung ia lakukan.

Keandra duduk di kursinya, tegak lurus, tanpa bergeming sedikit pun. Matanya menatap Olivia datar, tak ada rasa bersalah, tak ada keterkejutan. Hanya dingin yang mema
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 192. Pesan Bukti Lama

    Ruang tamu rumah Daniswara masih diliputi keheningan. Angin sore masuk dari jendela besar yang terbuka separuh, membawa aroma bunga kamboja yang tumbuh di halaman. Lampu gantung tua berayun pelan karena hembusan udara, menambah kesan sendu pada suasana.Neina menatap wajah pria tua di depannya dengan penuh tanda tanya. Hatinya berdebar keras. Pertanyaan tentang orang tuanya masih menggantung di udara, menuntut jawaban.Daniswara menghela napas panjang. Ia kembali bersandar di kursi kayu berukir itu, berusaha menenangkan wajahnya. Senyum hangat perlahan ditarik di bibirnya, senyum yang terlihat begitu meyakinkan.“Neina,” suaranya lembut, nyaris seperti bisikan seorang kakek yang penuh kasih, “Kakek tidak mengenal kedua orang tuamu.” Kalimat pernyataan yang Daniswara atakan itu memang benar. Ia tidak mengenal kedua orang tua Neina sebenarnya. Bisa dikatakan, jika pria itu berkata jujur pada Neina. Neina menatapnya tajam, matanya bergetar. Penuh selidik. Rasa ingin tahunya begitu besar

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 191. Mencari Kebenaran

    Ruang tengah rumah besar itu terasa dingin meski pendingin ruangan menyala dengan suhu yang pas. Dinding marmer berkilau dipantulkan lampu kristal di langit-langit, menghadirkan kesan megah sekaligus asing bagi Neina. Ia berdiri di sana, memeluk sebuah tas tangan di lengannya, wajahnya terlihat tenang dari luar, tapi dalam dadanya ada gelombang yang tak berhenti berdebur.Di ujung sofa panjang berlapis kulit putih, Olivia bersandar anggun, kakinya disilangkan. Remote control ada di tangannya, sementara matanya terpaku pada layar televisi raksasa yang menampilkan sosok dirinya sendiri. Gaun merah darah, kilatan kamera, tepuk tangan penonton—semuanya seperti bukti nyata betapa Olivia hidup dalam sorotan. Ia tersenyum kecil, puas pada pantulan dirinya di layar itu.Ketika pintu depan berderit terbuka, langkah kaki berat terdengar masuk. Keandra.Pria itu baru pulang. Jasnya sedikit kusut, dasinya longgar, tanda hari itu telah melelahkan. Ia berjalan masuk tanpa banyak suara, namun aura

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 190. Luka yang Terbuka

    Neina duduk di lantai, memeluk lututnya erat. Laptop sudah ia tutup, tapi bayangan foto-foto itu masih jelas di matanya. Foto Daniswara yang duduk dengan seorang pria asing, foto mobil yang ringsek, headline koran dengan nama ayah dan ibunya—semua seolah melekat di retina, tak bisa ia usir.Air matanya sudah berhenti, tapi dadanya masih terasa sesak. Tatapannya kosong, menembus pada bayangan masa lalu yang penuh luka baginya. Tiba-tiba pintu kamarnya berderit. Neina menoleh cepat, panik, takut seseorang melihatnya dalam keadaan ini.“Non Neina?” suara lembut itu lagi. Bibi Raras muncul sambil membawa nampan berisi secangkir teh hangat. “Saya tahu Nona bilang tidak lapar, tapi setidaknya minumlah ini. Teh bisa menenangkan.”Neina buru-buru menyeka wajahnya, berusaha tersenyum. “Terima kasih, Bu… Maaf, aku merepotkan.” Ia memaksa senyum, di balik kedua mata yang memerah akibat menangis. “Tidak ada kata repot untuk saya, Nona.” Bibi Raras meletakkan nampan di meja samping ranjang, lal

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 189. Fakta Kecelakaan Lama

    Suara ketukan pintu membuatnya tersentak. Ia segera menguasai diri, tak ingin orang lain melihat keadaannya saat ini. Terlebih, Neina tak ingin membuat orang lain curiga akan sesuatu yang belum diketahui kebenarannya. Neina harus membuktikannya, tentunya. “Non Neina?” Suara Bibi Raras dari luar. “Apakah Nona sudah makan malam?”Neina buru-buru menutup laptop, mencabut flashdisk, dan menyembunyikannya di laci. Ia menarik nafas panjang sebelum menjawab.“Belum, Bi. Tapi saya tidak lapar. Terima kasih.”Hening sejenak, lalu terdengar jawaban. “Baiklah, Nona. Jangan sungkan kalau butuh apa-apa.” Dengan penuh perhatian, Bibi Raras selalu memperhatikan Neina. Langkah kaki Bibi Raras perlahan menjauh. Neina menatap pintu yang masih tertutup itu dengan sorot mata kosong.Di kepalanya, banyak sekali pertanyaan bergemuruh.Kenapa Daniswara? Apa hubungannya dengan kecelakaan orang tuanya? Siapa pria asing di foto itu? Apakah Keandra tahu semua ini?Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar. Men

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 188. Jejak dalam Bayangan

    Mobil hitam yang ditumpangi Neina berhenti perlahan di depan gerbang rumah besar itu. Lampu halaman yang temaram menyinari sebagian fasad rumah, menimbulkan bayangan panjang di jalan masuk yang basah karena hujan rintik sore tadi. Neina menarik napas dalam, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Di kursi depan, sopir Keandra menoleh padanya.“Sudah sampai, Nona,” ucapnya sopan.Neina mengangguk pelan. Tangannya sempat menggenggam erat tas di pangkuannya sebelum akhirnya membuka pintu. Udara malam yang lembap menyergap kulitnya begitu ia melangkah keluar. Ia mendongak sebentar, melihat langit mendung yang menutup cahaya bulan.Keandra…Pikiran itu muncul begitu saja. Tadi, saat mereka turun ke lobby bersama, Keandra tak ikut masuk ke dalam mobil. Pria itu justru meminta sopir untuk mengantar Neina pulang ke rumah sampai selamat. Sedang Keandra memiliki tujuan lain. Ia sempat bertanya pada pria itu ke mana ia akan pergi. Jawaban Keandra singkat, dingin, dan penuh misteri.“U

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 187. Rahasia dalam Flashdisk

    Siang itu, udara di gedung eksekutif mewah DS Company begitu hening. Langit berwarna abu-abu, seolah ikut menekan suasana hati Neina yang gelisah sejak pagi. Langit Jakarta siang itu seolah mencerminkan perasaan Neina. Kelabu. Gerimis tipis menggantung di udara, menciptakan selimut lembap yang terasa menekan. Neina menatap kosong ke layar laptop di hadapannya, data-data laporan yang tersusun rapi terasa seperti barisan karakter asing yang tak memiliki makna apa-apa.Sudah setengah hari sejak Neina berhadapan dengan Daniswara, kakek mertuanya. Pertemuan yang seharusnya menjadi ajang kehangatan antara keluarga justru berakhir seperti sidang yang memuakkan."Neina, Kakek sudah bilang. Ini adalah keputusan yang harus kakek ambil demi kebaikan bersama. Demi Keandra dan kamu,” ujar Daniswara kala itu, suaranya tenang, penuh wibawa, tetapi juga dingin, tak menyisakan ruang untuk negosiasi."Kebaikan yang mana, Kek? Mengabaikan masalah? Menutup-nutupi rahasia besar yang tidak kita tahu?” Nei

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status