แชร์

Bab 60. Berpisah

ผู้เขียน: Wijaya Kusuma
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-27 23:34:09

Neina terdiam.

Butuh waktu lama baginya untuk menggeleng pelan, sebuah gerakan kecil yang memancarkan ribuan makna.

Tidak, ia tidak mencintainya. Karena cinta yang ia miliki sepenuhnya pada Raka.

Sebuah kelegaan yang menyakitkan menyelimuti Raka.

“Lalu kenapa… kenapa kamu menikah dengannya?”

Raka tak bisa menahan dirinya, pertanyaan itu meluncur begitu saja.

“Karena aku harus melakukannya, Mas,” jawab Neina akhirnya, suaranya parau dan penuh penyesalan.

“Karena hidupku… bukan sepenuhnya milikku lagi.”

Kalimat itu memilukan, menjelaskan segalanya tanpa perlu detail. Neina terjebak dalam lingkaran takdir yang tak bisa ia hindari.

“Hidupku sudah harus digunakan untuk berbalas budi.”

Kegetiran dalam hati yang menyelimuti hati Neina. Raka dapat merasakan itu. Dan ia tak akan menyalahkan takdir yang terjadi pada kekasihnya.

Tentu, ia tahu bagaimana perjalanan kehidupan Neina dan neneknya selama ini. Dan mungkin ini kebaikan yang harus Neina balas sebagai gantinya.

“Neina…”

Raka me
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 72. Tamparan Tak Terduga

    Neina menunduk hormat. Ia pun berusaha tersenyum ramah pada Olivia. “Saya permisi, Bu Olivia.”Ia segera masuk ke mobil yang sudah menunggu sejak tadi. Ia segera masuk, dan pintu ditutup perlahan, seolah takut menimbulkan bunyi keras yang memecah pagi. Supir langsung yang mengantarkannya langsung memutar ke bangku kemudi, tentu setelah memberi hormat pada Olivia yang menatap tak suka ke arahnya Ia langsung menyalakan mesin. Dari balik jendela gelap, Neina melihat Olivia masih berdiri di tempat, menatapnya bagai duri yang menusuk mata.Begitu mobil bergerak meninggalkan halaman rumah, Neina merosot di jok, meletakkan map di pangkuannya. Telapak tangannya dingin meski AC mobil baru saja dinyalakan.Debaran jantungnya berpacu dengan begitu kuat. Seolah baru saja menghadapi dosen bimbingan killer yang tak boleh salah sedikitpun. Ponselnya bergetar di tas. Satu pesan baru masuk. Ia langsung membuka dan melihat, khawatir pesan penting yang dikirim. Felix, “Neina. Apa kamu pagi ini

  • Istri Kedua Sang Presdir   71. Rasa Penasaran Olivia

    Neina berdiri sendirian di dapur, merapikan cangkir kopi Keandra dan Olivia yang masih hangat setengah penuh. Sesekali ia mengintip jam dinding, menimbang berapa menit lagi waktu dirinya untuk segera bersiap ke kantor. Tiba-tiba, Bibi Raras datang menghampiri, “Biar Bibi saja yang mencuci piring. Kamu bersiap berangkat kerja, Nona,” ujar Bibi Raras sopan pada Neina. Ia tak ingin gadis itu telat bekerja dan akan kembali mendapat marah dari Keandra. Bukan marah yang dikhawatirkan. Lebih tepatnya, ia khawatir Keandra akan semakin memberikan banyak pekerjaan. “Tapi, Bu–”“Tidak ada tapi-tapian. Anda sudah bekerja terlalu keras, Nona. Kerja anda juga sangat baik. Tidak ada alasan lagi untuk anda menolak bantuan saya sekarang. Tuan Muda tak akan marah. Beliau masih sibuk bersiap di kamar bersama Nona Olivia,” tegas Bibi Raras.Sejak semalam, ia kesal. Sebab Neina bersikeras menolak bantuan tenaga yang diberikannya. Alasannya, “nanti Bu Raras yang kena marah oleh Pak Keandra. Neina tida

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 70. Tak Lelah Mengintimidasi

    Neina menahan senyum getir. “Saya hanya berusaha bekerja sebaik mungkin, Bu. Dan sebab itulah saya bisa berada di sini dan di perusahaan Pak Keandra.”Ya. Berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi antara Keandra dan dirinya-lah yang mampu Neina lakukan. Tak mungkin berkata sesunggunguhnya. Sebab akan membuat Keandra murka. Jika itu ia lakukan. Olivia mendekat, jarak mereka hanya sejengkal. Wajahnya yang nyaris tanpa pori itu hanya sejauh embusan napas. “Tapi kau sadar kan? Keandra tidak benar-benar… menyukai keberadaanmu di sini.”Kalimat yang menusuk. Neina terdiam sejenak. Mencari kata yang tepat untuk diungkapkan. Dari setiap kata yang Olivia sampaikan, terlihat jelas jika ia tahu situasi yang terjadi antara dirinya dan Keandra.Tapi …. untuk pernikahan mereka. Neina tidak mengetahui kebenarannya. Neina menahan napas, dadanya menegang. Bibirnya tertarik ke sudut, membentuk senyum tipis yang pahit.“Itu benar, Bu. Pak Keandra tidak suka saya terlalu lama di sini. Tapi … ada

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 69. Tanya yang Menyudutkan

    Olivia menoleh lagi pada Neina, pandangannya bagai pisau tumpul yang menusuk lambat. “Keandra tahu persis aku suka croissant. Dia selalu bilang, ‘Jangan biarkan Olivia makan roti yang keras, lidahnya terlalu mahal,’” katanya sambil tertawa kecil. Tawa yang manis tapi ada guratan sinis di sudut bibirnya.Neina membalas dengan senyum tipis, "Pak Keandra memang selalu memperhatikan Ibu. Itu yang saya dengar dari Bibi Raras, Bu."Neina berusaha bersikap senormal dan sesopan mungkin agar tidak membuat kesalahan pada orang yang paling bisa membuat Keandra murka. Olivia mendekat sedikit, bahunya nyaris menempel. Ia berbisik pelan, seolah rahasia di antara mereka. “Kau tahu, Neina? Meskipun kami jarang tinggal serumah, Keandra tak pernah lupa hal kecil tentangku. Kopi, roti, bahkan suhu AC di kamar kami.”Olivia terkekeh kecil saat berbicara soal Keandra yang selalu memperhatikannya itu. Neina hanya mengangguk, berusaha tetap menatap nampan. “Saya percaya itu, Bu.”Olivia terkekeh lagi,

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 68. Ketegangan di Pagi Hari

    Pagi-pagi sekali, di rumah megah keluarga Daniswara selalu punya ritme sunyi yang khas. Sinar matahari pagi perlahan merambat masuk dari celah tirai linen putih, menyebarkan kehangatan di dapur luas berdominasi marmer abu-abu. Hampir pukul satu dini hari, Neina baru bisa merebahkan diri setelah berbagai macam drama yang diminta oleh Keandra dan Olivia. Dan semalaman itulah, ia harus melayani dengan baik apa pun yang diinginkan oleh sepasang suami istri yang baru kembali dari Paris itu. Aroma kopi robusta yang kuat bercampur manisnya wangi croissant mentega, menciptakan harmoni yang bikin perut keroncongan. Neina tidak bisa mengeluh, demi menjalankan perintah yang diminta oleh Keandra untuknya semalam itu. Jujur saja, kedua matanya masih mengantuk. Terbiasa kerja keras dan telat beristirahat, tidaklah terlalu menjadi beban baginya. Di dekat kompor, Neina cekatan sekali. Tangannya lincah memotong baguette, menata keju brie di atas talenan kayu, lalu merapikan selai aprikot di mangku

  • Istri Kedua Sang Presdir   67. Pelayan Suami & Madu

    Keandra tak menjawab apa yang Neina katakan padanya barusan. Membiarkan Neina, dengan menatap tajam ke arah wanita yang sedang berdiri di antara mereka menikmati hidangan makan malam sepasang suami istri yang indah. Menurut mereka. Neina mengabaikan tatapan tak bersahabat dari Keandra yang mengintimidasinya itu. Tetap berdiri tenang, bersiap menunggu perintah yang kapan saja memintanya untuk dilayani. Ia dengan langkah kecil dan hati-hati sebab tak ingin buat kesalahan, bergerak menuju lemari penyimpanan. Jemarinya yang ramping meraih sebotol wine merah tua, lalu kembali mendekat ke meja.“Izinkan saya menuangkan wine, Pak, Bu,” suara Neina terdengar pelan, nyaris berbisik, memecah keheningan yang sedikit mencekam.Keandra, sang kepala keluarga, mendorong gelas kristalnya sedikit ke depan. Matanya yang tajam menatap Neina tanpa ekspresi. “Isi penuh,” perintahnya singkat.“Baik, Pak.” Neina menunduk, berusaha menyembunyikan getaran halus di tangannya. Anggur merah itu mengalir perl

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status