/ Romansa / Istri Kedua Tuan Stefan / Penggelapan Dana Siapa yang Lakukan?

공유

Penggelapan Dana Siapa yang Lakukan?

last update 최신 업데이트: 2024-05-18 15:16:52

Satu minggu sejak kecelakaan, Anya belum sadar juga. Dokter menyatakan kalau Anya dalam keadaan koma.

Stefan sengaja menempatkan istrinya di ruang perawatan privat. Agar tidak banyak wartawan atau siapa pun yang bisa masuk seenaknya. Ada beberapa penjaga disiapkan kalau-kalau ada penjenguk yang tidak dikenal.

Andini selalu ada di ruangan privat itu, kalau pun ada urusan, dia akan meninggalkan pesan dan memastikan ada yang menjaga Anya selain dirinya.

Stefan setiap malam menginap menjaga istrinya.   

“Aku sangat menyesal, Anya bisa seperti ini,” ucap Aska sedih. Ada air mata menetes di sudut matanya. Andini melihatnya dengan jelas.

Andini tidak menanggapi apa-apa, wajahnya datar dan dingin menatap Aska. “Apa Pak Aska bersama dengan Bu Anya saat kecelakaan itu?”  

“Tidak. Kami melanjutkan bicara soal pekerjaan sebelum Anya pulang. Hanya itu. Aku tidak menyangka Anya akan kecelakaan seperti ini. Untungnya si sopir itu sudah menyerahkan diri. Kalau tidak, aku akan sangat merasa bersalah.”

Andini menghela napas menatap bosnya yang tidak berdaya dengan alat bantu kehidupan. Apakah Bu Anya akan kembali seperti sedia kala?

“Apa sudah ada keputusan soal pengganti Bu Anya, sebagai direktur umum?” tanya Aska tanpa rasa sungkan.

“Belum ada putusan dari Pak Winata dan Pak Stefan.”

“Stefan?” ulang Aska seolah ada rasa cemas dalam suaranya. “Lalu, bagaimana dengan pengelolaan perusahaan?”

“Semua itu akan diserahkan oleh Pak Stefan sepenuhnya. Termasuk laporan keuangan,” tambah Andini—yang tentu sudah mendengar soal kebocoran dana di perusahaan.

“Apa?” Aska seperti tidak percaya dengan semua omongan Andini.

Karena tatapan Andini yang tajam, Aska lantas menghela napas. “Baiknya saat ini aku percaya saja. Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku akan tetap bekerja sebagai bentuk dedikasi ke perusahaan.”

Andini hanya mengangguk, matanya mengikuti gerakan Aska. Ada rasa tidak percaya kepada lelaki itu. Namun, entah mengapa Bu Anya-nya selalu membela Aska mati-matian. Malah Aska diangkat menjadi wakil direktur di perusahaan.

Aska berjalan keluar dari ruangan privat dengan cepat. Ada sekretarisnya, Lani yang menyambutnya.

Lelaki itu mengusap wajahnya. “Untung saja aku bisa menangis dengan mudah,” katanya sarkas kepada Lani. “Bagaimana apa kamu sudah urusi masalah kendaraanku yang hancur?”

“Belum ada persetujuan dari bagian GA. Karena menunggu revisi budgeting dari Pak Stefan,” jawab Lani.

Aska mengerang, “Kenapa soal kayak begini aja kamu nggak bisa tangani?! Masa, harus saya yang turun tangan?”

“Sekarang perusahaan dikuasai oleh Stefan, paling tidak Pak Winata mengatakan hal itu,” tambah Lani, dia menyodorkan dokumen ke arah Aska. “Ini ada hal yang harus diurus perihal bisnis baru kita yang baru saja berjalan.”

Aska melihatnya, beberapa saat kemudian dia lalu tersenyum. “Ini awal yang bagus."

“Kira-kira begitu, Pak. Tapi, kita harus mengadakan rapat para pemegang saham tapi laporan ini harus disampaikan.”

Aska menarik napas, lalu menatap Lani. “Tunda saja dulu dengan alasan Anya yang masih koma." 

Lani hanya bisa mengikuti apa perkataan bosnya. Tidak bisa melawan. Lagi pula, Aska menggajinya dengan jumlah yang sangat besar. “Baik, Pak.”

“Ayo, kita jalan lagi,” ujar Aska. Kali ini dirinya seperti ada di atas angin. Langkahnya ringan menuju mana pun. Soal perusahaan, Aska bisa mencari alasan agar Stefan disingkirkan dari kepengurusan perusahaan. 

***

Sementara, perusahaan yang Anya pimpin memerlukan pengganti. Meski karyawannya tidak banyak, tetapi perusahaan itu harus terus berjalan.

“Tapi harus ada seseorang yang mengurusnya,” ujar Stefan, saat selesai rapat pemegang saham di perusahaannya.

“Kamu yang harus mengurusnya,” sambar Bapak Winata, ayah dari Anya.

Stefan menghela napas, prihatin dengan omongan mertuanya. Harusnya mereka saat ini memikirkan keadaan Anya.

“Untuk sementara ini, ada asisten pribadinya, Andini. Saya akan mengawasinya. Mungkin saya juga akan lihat keadaan Anya selama satu minggu ke depan. Perusahaannya masih tetap bisa berjalan.”

Winata mendelik ke arah Stefan. “Harusnya kamu yang menanganinya langsung. Ingat Stefan, kamu ada di posisi ini karena Anya juga. Dan karena saya.”

Lagi-lagi hal ini yang Stefan dengar. Lelaki itu menghela napas. Mertuanya ini harusnya sudah tidak ambil bagian lagi di perusahaan, bikin sakit kepala saja!

Dan, Stefan tidak menanggapi dan merespon apa pun. Dia sangat menghormati mertuanya, jadi dari pada tersinggung lebih baik, Stefan diam.

“Apa kau sudah melihat laporan keuangan perusahaan Anya? Saya lihat tadi ada yang tidak biasa dalam laporannya. Entah ada dana hilang. Dan entah beberapa bulan ini, Anya menarik dana besar-besaran dari perusahaan induk yang saya pimpin.”

Stefan mengangguk. “Saya sudah lihat laporannya, dan itu terjadi selama enam bulan. Felix dan tim keuangan perusahaan kita sedang melakukan audit di perusahaan Anya.”

Winata tersenyum miring, “Selamat mencoba, mungkin kali ini kamu bisa membuat terobosan menemukan di mana penggelapan dana tersebut,” nada bicara terdengar menyindir.

Winata selalu meremehkan menantunya. Menganggap kalau Stefan tidak mampu mengelola dan memimpin perusahaan. Walau kenyataannya, Stefan selalu berhasil dalam hal apa pun.

Stefan selalu mengalah. Tidak bohong, menikah dengan Anya memang mengubah jalan hidupnya.

“Kalau begitu, saya permisi dulu,” pamit Stefan dengan sopan. “Saya akan selalu berusaha agar semua urusan ini lancar sesuai dengan keinginan Anda.”

Kalau sudah formal begini, artinya Stefan akan bertekad menjalankan perusahaan Anya dengan baik. Dan memenuhi keinginan mertuanya.

“Nah, begitu, dong! Sudah seharusnya kamu mengikuti saja apa perkataan saya dan keluarga.”

Stefan, menunduk, “Tapi kali ini, Anda harus memberi saya waktu.”

“Apa maksud kamu?”

“Saya akan menemukan kebocoran keuangan itu dalam waktu tiga bulan, tidak peduli apakah Anya sudah sadar atau belum. Jika saya berhasil, saya harap Anda tidak ikut campur lagi mengurus perusahaan saya.” Tatapan Stefan tajam.

Beberapa saat Winata diam hanya menatap balik Stefan. Menelan saliva saat ini sulit sekali dilakukan.

“Dan saya akan mengambil alih keseluruhan perusahaan ini. Saya akan membeli saham Anda.”

Winata tertawa garing, “Hahaha, ingat kamu anak kampung! Selamanya akan jadi anak kampung!” hina mertuanya. Dia lantas bangkit dari duduknya, langkahnya cepat ke arah pintu. “Jangan pernah bermimpi kamu,” tutupnya.

“Mungkin itu memang hanya mimpi anak kampung. Tapi ingat anak kampung yang satu ini cukup kompeten. Atau Anda takut, kalau-kalau saham Anda jatuh ke tangan saya?”

Stefan tersenyum tipis, Winata membeku tidak bisa berkata, lidahnya kelu.

Stefan mungkin dulu adalah lelaki yang lemah, cupu dan juga lugu. Namun, Winata ingat dia juga yang menempa Stefan agar tangguh, cerdas dan taktis seperti sekarang ini.

Jakun Winata naik turun, tidak kuasa dan tidak mampu menjawab. Anya adalah anak satu-satunya, usia makin bertambah. Apakah kalau Stefan pergi semuanya akan bisa dia urus sendiri?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Ekstra Part II: Keluarga Berencana

    Season IIBab 122 (Ektra Part)Aska menyampaikan semua maksudnya dengan tenang, semata demi Anya. Agar dia percaya lagi kepadanya.“Demi anak kita, Prayan. Aku ingin menebus semua kesalahan-kesalahanku dulu.”Anya menghela napas perih dalam hatinya. Semua yang dia lakukan bersama Aska adalah kesalahan.Beberapa saat tidak ada yang bicara, hanya helaan napas Anya.“Aku tidak tahu, sejak kamu dipenjara, aku tidak pernah bicara apa pun soal ayah kepada Prayan. Hubungan aku dan papi juga tidak terlalu baik satt ini.”Aska mengangguk-angguk, “Aku mengerti. Aku tidak akan memaksakan apa yang aku inginkan. Hanya satu hal aku ingin minta tolong. Sampaikan semua barang ini untuk Prayan.”Anya melirik semua barang yang ada di meja yang memisahkan kursi mereka. Ada senyuman tipis di bibir Anya.“Aku tidak tahu apa yang anak itu suka,” kata Aska ikutan tersenyum, kalau aku hitung, usianya sudah sebelas tahun, kan? Jadi, aku pikir, dia pasti menyukai semacam mesin permainan.”“Ya, dia suka. Aku ak

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Siapa yang Simpati kepada Mantan Napi

    Season IIBab 121 (Ekstra Part)Beberapa tahun kemudianAska bebas setelah berkelakuan baik dalam sel tahanan.“Sekarang, keinginanku hanya satu,” ucapnya kepada Joshua yang duluan bebas satu tahun lalu.“Apa?” tanya Joshua, tidak ada teman, musuh yang dulu rasanya dekat, sekarang juga menjauh. Jadi, Joshua pikir tidak ada salahnya menjemput Aska dihari dimana dia dibebaskan.“Mantan napi tidak punya tempat di masyarakat,” sambung Joshua lagi, lalu mendesah putus asa.Aska memerhatikan raut wajah Joshua yang muram.“Bagaimana kalau kita memulai usaha?” cetus Aska. “Aku punya tabungan, tidak banyak. Mungkin hanya cukup untuk membeli bahan baku.”Tatapan mata Aska berbinar cemerlang, menatap keluar beranda apartemen Joshua.“Bagaimana?” tanyanya sambil menatap Joshua—yang diam.“Entah,” Joshua mengedikkan bahu, “Sekarang aku hanya ingin praktek lagi. Susah sekali rasanya dapat kepercayaan orang lain. Gagal.”Aska menghela napas, dia tahu persis bagaimana perasaan Joshua.“Aku hanya ingi

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Kejutan untuk Andini

    Season IIBab 120“Dan sekarang karena kesalahan kecil, Joshua ada di sini dianggap aib, kalian mau membuang saya begitu saja?” sentak Joshua, menghapus air matanya dengan cepat.Sebagai seorang ibu yang pernah melahirkannya, mama Joshua tentu terpukul. Nuraninya sebagai seorang ibu, tidak mampu membiarkan anaknya menderita dipenjara.Mama Joshua menoleh ke belakang.“Josh selalu ikuti apa yang mama dan papa mau. Jadi juara kelas, sampai masuk kuliah kedokteran dengan nilai sempurna.”Namun, papa Joshua berkata lain, “Biarkan saja. Biar dia kapok. Jangan sekali-kali kamu lemah terhadap anak itu.”Papa Joshua tidak mau lagi mendengar atau menyaksikan drama anaknya. Jadi, dengan cepat lelaki itu meninggalkan ruangan jenguk para narapidana.Mama mau tidak mau mengikuti papa. Selama ini papa yang mengatur semua kehidupannya. Dan selalu benar, jadi apa pun yang papa lakukan kali ini, mama yakin ini pasti benar.“Maafkan Mama, Joshua,” bisik mamanya sambil meninggalkan ruangan itu dengan ha

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Jadi Narapidana

    Season IIBab 119 “Hm,” Sofia menggumam sambil bersedekap menatap tajam ke arah penyidik. Ada hal yang mencurigakan.“Tapi, Bu Andini bisa jadi tersangka kalau pernyataannya ada yang melenceng dari bukti yang ada. Jadi, untuk sementara waktu, Bu Andini kami sarankan tetap ada di dalam kota agar kami bisa berkoordinasi dengan mudah.”“Baik, saya akan menjamin itu,” ucap Sofia. “Adalagi yang bisa kami bantu?” tanya Sofia dengan ramah.Sebagai seorang pengacara dia tahu kalau koordinasi seperti ini akan meringankan Andini.“Kalau begitu, terima kasih atas waktunya, Bu Andini,” ucap si penyidik sambil berjabat tangan.Andini dan Sofia meninggalkan ruangan penyelidikan tanpa banyak kata. Tidak ada senyuman, napas Andini masih memburu. Badannya masih terasa kaku.Dia tidak bisa merasakan kakinya menapak di tanah.Stefan menepati janjinya menunggui Andini sampai selesai. Lelaki itu berdiri begitu melihat Andini dan Sofia keluar dari ruangan investigasi. Dan memberikan Andini pelukan hangat.

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Dijadikan Terdakwa!

    Season II Bab 118Tatapan mata Stefan ke arah Andini terasa begitu intens setelah menutup telepon. Ada getaran yang tidak biasa, Andini bisa merasakannya, hingga ruangan itu terasa begitu tegang.“Ada sesuatu di Jakarta, kita harus segera pulang.”Andini tidak kuasa menahan semua pertanyaan yang ada dalam benaknya. “Ada apa?”Stefan tidak menjawab, dia memasukan semua barang ke dalam koper. Dan Andini tidak bisa menolak, atau adu argumentasi. Dia mengikuti Stefan mengemas semua barang dengan cepat, lalu dalam waktu singkat, memasukkan barang bawaan ke mobil.Berpamitan kepada ayah dan ibu Stefan.Dan sudah ada di mobil, perjalanan ke Jakarta.“Polisi, menangkap Joshua,” Stefan membuka obrolan sambil fokus menyetir.“Joshua?” Andini mengulang perkataan Stefan. Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar kabar apa pun dari lelaki itu. “Tunggu. Ditangkap? Maksudnya ditangkap polisi?”Seingat Andini, Joshua dulu adalah dokter dan dari keluarga yang terhormat. Mana mungkin kalau tetiba lela

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Cemburu Buta Andini

    Season IIBab 117“Mau beli apa?” tanyanya pedagang wanita itu dengan kasar.Stefan melirik Andini yang sedang salah tingkah, dia mengambil sembarang sayuran.Lelaki itu menahan tangan Andini.“Biasanya, pengasuh Adam membeli wortel, jagung dan brokoli untuk kebutuhan sehari-hari.”Andini terpaku dengan analisa Stefan, “Dari mana kamu ….”“Saya, kan, ayahnya, masa tidak tahu,: seloroh Stefan. “Walau saya sibuk bekerja, tapi, saya juga memperhatikan apa saja kebutuhan anak saya.”Andini tidak bisa menyimpan kebahagiaan yang ada di hatinya. Dia menggigit bibir bawahnya, lalu mencium pipi Stefan.“Kamu tahu, kan, kita ada di tempat umum,” peringat Stefan tetapi tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Pipinya menghangat.Andini menoleh ke arah penjual sayuran, wajahnya makin memerah. Napasnya berembus cepat.“Maafkan aku, aku hanya tidak menyangka kalau suamiku perhatian,” kata Andini malu-malu.“Jadi, tiga puluh ribu,” kata si penjual ketus. Lalu menaruh barang yang dibeli Stefan dengan k

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status