Home / Romansa / Istri Kedua Tuan Stefan / Dengan Siapa Anya Pulang?

Share

Dengan Siapa Anya Pulang?

last update Last Updated: 2024-05-18 14:53:51

“Keadaan Ibu Anya tidak menguntungkan. Di perutnya pendarahan hebat,” papar dokter. Mendengar hal itu Stefan pasrah.

Di ruang tunggu operasi, Andini menerima telepon tidak berhenti. Banyak orang menanyakan keadaan Anya. Berita kecelakaan itu menyebar dengan cepat.

“Apakah itu artinya …” Stefan tidak bisa melanjutkan perkataannya. Rasanya sulit sekali bernapas.

“Kami dari tim dokter akan berusaha semaksimal mungkin. Saat ini Ibu Anya masih ditangani.”

“Tolong, Dok, usahakan yang terbaik untuk istri saya. Saya mohon,” ucap Stefan, suaranya gemetar. Habis akal, bagaimana hidup dia dan anaknya kalau Anya tidak tertolong. Tidak terasa air matanya mengalir.

Andini tidak tega melihat Stefan yang harus menerima kenyataan kalau istrinya sekarat di dalam kamar operasi. Wanita itu membelikan Stefan air mineral.

“Pak, minum ini dulu,” ucap Andini, sambil menyodorkan botol air mineral.

Stefan menerima minuman yang diberikan Andini, meski ragu. “Terima kasih.”

Andini dan Stefan diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan untuk beberapa waktu. Andini lelah menjelaskan keadaan Anya kepada semua orang. Termasuk wartawan, mengapa mereka tahu kabar ini dengan cepat?

Sedangkan Stefan, tidak habis pikir, bagaimana mungkin Anya kecelakaan.

“Din, apa kamu tahu bagaimana keadaan sopir Anya? Dari tadi, saya tidak mendengar kabarnya.”

Andini terkesiap, baru menyadari kalau dirinya sibuk sendiri dengan keadaan Anya. Dia lalu mengambil ponsel yang ada di saku celana, “Saya akan ke bagian administrasi, Pak.”

Andini berjalan cepat ke bagian administrasi, atau ke mana pun, wanita itu juga kebingungan sendiri. Di bagian Instalasi Gawat Darurat pun tidak ada orang yang masuk karena kecelakaan.

“Kami tidak bisa memberikan informasinya, Bu,” kata bagian administrasi.

Andini menghela napas, biasanya dia akan selalu menemukan cara untuk mendapatkan informasi. Apa pun itu. Kali ini, nihil. Dia berjalan lemah keluar dari ruangan administrasi. Tidak bisa memperoleh data pasien, Andini menelepon sopir Anya.

“Lha wong Bu Anya ndak sama saya, Mbak, tadi kata Bu Anya mau setir sendiri,” kata si sopir, Pak Nurdin. “Saya nunggu di perempatan buat jemput. Lha tahu-tahu dapet kabar orangnya kecelekaan.”

“Jadi, bapak baik-baik aja?” tanya Andini khawatir, tangannya gemetar kalau-kalau sopir itu terluka parah.

“Yo, baik-baik aja, Mbak Andini,” jawab Pak Nurdin lagi.

“Oke kalo begitu,” Andini lantas memutus sambungan teleponnya.

Beberapa saat menelusuri koridor dengan pikiran kosong, Andini melihat brankar melintas di depannya. Wajah pasiennya, Andini kenal, meski ada noda darah di sana. Itu adalah Aska, wakil direktur di tempat dia bekerja.

“Apa iya?” Andini membatin, “Aska pulang dengan Bu Anya. Karena selama ini, Bu Anya sering sekali bekerja dengan Pak Aska.”

Apa mungkin? Bukankah Aska sedang tugas di luar kota. Andini menggigit bibirnya kebingungan, kalau Pak Nurdin tidak jemput Bu Anya, lalu siapa yang menjemputnya?

Namun perhatian Andini keburu terpecah ke ponselnya yang berdering. Stefan yang meneleponnya.

Andini langsung ke ruang tunggu kamar operasi. Tempat Stefan menunggu.

Sudah ada dua orang berseragam polisi lengkap ada di dekat Stefan. Lelaki itu menatap Andini, seperti minta pertolongan.

“Andini, kedua polisi ini mau meminta keterangan dari Anya,” ucap Stefan tegas.

“Maaf, tapi Bu Anya sedang menjalani operasi,” kata Andini ragu, dahinya mengerut. “Apa ini ada hubungannya dengan kecelakaan?”

Salah satu polisi itu mengangguk, “Ada seorang sopir minibus mengaku menabrak mobil yang Bu Anya tumpangi, tapi, kami masih menyelidikinya. Bu Anya terlibat dalam kecelakaan tunggal. Sopir truk ini menabrak mobil Bu Anya karena mengantuk.”

“Apa? Jadi istri saya kecelakaan tunggal?” ulang Stefan, menatap Andini dengan alis yang bertaut. Dia tidak banyak berkata. Namun, tatapannya tajam ke arah Andini ada banyak pertanyaan dalam benaknya.  

“Kalau begitu, kami permisi dulu,” pamit si polisi.

Andini menundukkan kepala, dalam hatinya cemas tak karuan. Mengapa ada polisi di sini?

“Di mana Pak Nurdin?” tanya Stefan langsung tanpa basa-basi tatapannya tajam ke arah Andini.

“Dia ada ….” Andini tidak yakin mau berbohong atau berkata jujur kepada Stefan.

“Jangan pernah berbohong kepada saya, Andini. Barusan aspri saya telepon kalau Anya bersama Aska ketika kecelakaan itu terjadi. Apa mereka sering bersama?”

“Mereka hanya membicarakan pekerjaan. Jadi sering bertemu,” jawabnya.

Stefan tersenyum miring, “Kamu naif sekali, Andini. Siapa yang bisa sangka?” lelaki itu berdecak sambil menggeleng-geleng. “Apa yang kamu sembunyikan sebenarnya?”

Andini menggeleng, harusnya dia mengakatakan yang sebenarnya. “Bu Anya memang tidak pulang dengan Pak Nurdin. Tadi saya yang telepon Pak Nurdin, Bu Anya pulang sendirian.”

Jantung Stefan berhenti beberapa detik, matanya menelisik, bertanya, dengan siapa Anya pulang? “Lantas, apa kamu tahu apa yang istri saya lakukan dengan Aska?” cecarnya.

Andini menggeleng. Aska yang dia lihat, ini baru prasangka saja, kan? Lagi pula, belum tentu mereka ada hubungan seperti yang Stefan kira.  

“Astaga, berapa lama kamu jadi asistennya? Masa hal seperti ini kamu tidak tahu!?” pekik Stefan, gusar, lalu mengacak rambutnya.”

“Sumpah, Pak, saya tidak tahu.”

Stefan menarik napas, wajahnya merah padam.

Tidak lama seorang dokter keluar dari kamar operasi. Prosedur operasi memang sudah berjalan lebih dari empat jam, ini sudah tengah malam.

“Suami Ibu Anya?” tanya si dokter sambil membuka maskernya.

“Ya,” jawab Stefan. “Bagaimana keadaan istri saya, Dok?”

“Operasinya berhasil, tangan yang patah, dan pendarahan hebat di perut, bisa kami tangani. Karena kehilangan banyak darah, ada kemungkinan Ibu Anya akan kritis selama beberapa jam ke depan. Kami akan terus pantau perkembangannya. Saya permisi dulu.”

Stefan tidak bisa berkata-kata. Apa yang ada di belakang semua kecelakaan ini? Apakah Anya yang melakukan penggelapan. Mata lelaki itu memerhatikan Andini. Apa dia yang berbohong, pura-pura polos dan tidak tahu apa-apa, padahal sebenarnya dia adalah kaki tangan Anya?

Andini lantas mengikuti brankar yang didorong keluar dari kamar operasi. Matanya melirik ke arah Stefan sekilas lalu lirikannya berpindah ke arah Anya yang ada di atas brankar. Ada berbagai macam alat penunjang kehidupan.

Stefan masih membeku melihat brankar itu melewati dirinya.

Selama ini Stefan pastikan kalau segala gerak gerik Anya ada dalam pengawasannya.

Ada teka teki kecelakaan yang belum Stefan tahu. Jadi, dia menghubungi asisten pribadinya.

“Felix, bagaimana? Dengan siapa istri saya pulang tadi?”

“Saya sedang mengamati Aska, wakil dari Bu Anya, dia juga kecelakaan di tempat yang sama, tetapi keadaannya tidak seburuk Bu Anya.”  

“Oke, saya tunggu kabar selanjutnya. Kabari saya terus soal kasus ini,” sahut Stefan lalu memutus sambungan telepon. Pikirannya kosong, selama ini dia setia kepada Anya, tidak ada perempuan selain dirinya.

Namun, apakah Anya punya hubungan gelap dengan Aska? Mengapa dia tega.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Ekstra Part II: Keluarga Berencana

    Season IIBab 122 (Ektra Part)Aska menyampaikan semua maksudnya dengan tenang, semata demi Anya. Agar dia percaya lagi kepadanya.“Demi anak kita, Prayan. Aku ingin menebus semua kesalahan-kesalahanku dulu.”Anya menghela napas perih dalam hatinya. Semua yang dia lakukan bersama Aska adalah kesalahan.Beberapa saat tidak ada yang bicara, hanya helaan napas Anya.“Aku tidak tahu, sejak kamu dipenjara, aku tidak pernah bicara apa pun soal ayah kepada Prayan. Hubungan aku dan papi juga tidak terlalu baik satt ini.”Aska mengangguk-angguk, “Aku mengerti. Aku tidak akan memaksakan apa yang aku inginkan. Hanya satu hal aku ingin minta tolong. Sampaikan semua barang ini untuk Prayan.”Anya melirik semua barang yang ada di meja yang memisahkan kursi mereka. Ada senyuman tipis di bibir Anya.“Aku tidak tahu apa yang anak itu suka,” kata Aska ikutan tersenyum, kalau aku hitung, usianya sudah sebelas tahun, kan? Jadi, aku pikir, dia pasti menyukai semacam mesin permainan.”“Ya, dia suka. Aku ak

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Siapa yang Simpati kepada Mantan Napi

    Season IIBab 121 (Ekstra Part)Beberapa tahun kemudianAska bebas setelah berkelakuan baik dalam sel tahanan.“Sekarang, keinginanku hanya satu,” ucapnya kepada Joshua yang duluan bebas satu tahun lalu.“Apa?” tanya Joshua, tidak ada teman, musuh yang dulu rasanya dekat, sekarang juga menjauh. Jadi, Joshua pikir tidak ada salahnya menjemput Aska dihari dimana dia dibebaskan.“Mantan napi tidak punya tempat di masyarakat,” sambung Joshua lagi, lalu mendesah putus asa.Aska memerhatikan raut wajah Joshua yang muram.“Bagaimana kalau kita memulai usaha?” cetus Aska. “Aku punya tabungan, tidak banyak. Mungkin hanya cukup untuk membeli bahan baku.”Tatapan mata Aska berbinar cemerlang, menatap keluar beranda apartemen Joshua.“Bagaimana?” tanyanya sambil menatap Joshua—yang diam.“Entah,” Joshua mengedikkan bahu, “Sekarang aku hanya ingin praktek lagi. Susah sekali rasanya dapat kepercayaan orang lain. Gagal.”Aska menghela napas, dia tahu persis bagaimana perasaan Joshua.“Aku hanya ingi

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Kejutan untuk Andini

    Season IIBab 120“Dan sekarang karena kesalahan kecil, Joshua ada di sini dianggap aib, kalian mau membuang saya begitu saja?” sentak Joshua, menghapus air matanya dengan cepat.Sebagai seorang ibu yang pernah melahirkannya, mama Joshua tentu terpukul. Nuraninya sebagai seorang ibu, tidak mampu membiarkan anaknya menderita dipenjara.Mama Joshua menoleh ke belakang.“Josh selalu ikuti apa yang mama dan papa mau. Jadi juara kelas, sampai masuk kuliah kedokteran dengan nilai sempurna.”Namun, papa Joshua berkata lain, “Biarkan saja. Biar dia kapok. Jangan sekali-kali kamu lemah terhadap anak itu.”Papa Joshua tidak mau lagi mendengar atau menyaksikan drama anaknya. Jadi, dengan cepat lelaki itu meninggalkan ruangan jenguk para narapidana.Mama mau tidak mau mengikuti papa. Selama ini papa yang mengatur semua kehidupannya. Dan selalu benar, jadi apa pun yang papa lakukan kali ini, mama yakin ini pasti benar.“Maafkan Mama, Joshua,” bisik mamanya sambil meninggalkan ruangan itu dengan ha

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Jadi Narapidana

    Season IIBab 119 “Hm,” Sofia menggumam sambil bersedekap menatap tajam ke arah penyidik. Ada hal yang mencurigakan.“Tapi, Bu Andini bisa jadi tersangka kalau pernyataannya ada yang melenceng dari bukti yang ada. Jadi, untuk sementara waktu, Bu Andini kami sarankan tetap ada di dalam kota agar kami bisa berkoordinasi dengan mudah.”“Baik, saya akan menjamin itu,” ucap Sofia. “Adalagi yang bisa kami bantu?” tanya Sofia dengan ramah.Sebagai seorang pengacara dia tahu kalau koordinasi seperti ini akan meringankan Andini.“Kalau begitu, terima kasih atas waktunya, Bu Andini,” ucap si penyidik sambil berjabat tangan.Andini dan Sofia meninggalkan ruangan penyelidikan tanpa banyak kata. Tidak ada senyuman, napas Andini masih memburu. Badannya masih terasa kaku.Dia tidak bisa merasakan kakinya menapak di tanah.Stefan menepati janjinya menunggui Andini sampai selesai. Lelaki itu berdiri begitu melihat Andini dan Sofia keluar dari ruangan investigasi. Dan memberikan Andini pelukan hangat.

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Dijadikan Terdakwa!

    Season II Bab 118Tatapan mata Stefan ke arah Andini terasa begitu intens setelah menutup telepon. Ada getaran yang tidak biasa, Andini bisa merasakannya, hingga ruangan itu terasa begitu tegang.“Ada sesuatu di Jakarta, kita harus segera pulang.”Andini tidak kuasa menahan semua pertanyaan yang ada dalam benaknya. “Ada apa?”Stefan tidak menjawab, dia memasukan semua barang ke dalam koper. Dan Andini tidak bisa menolak, atau adu argumentasi. Dia mengikuti Stefan mengemas semua barang dengan cepat, lalu dalam waktu singkat, memasukkan barang bawaan ke mobil.Berpamitan kepada ayah dan ibu Stefan.Dan sudah ada di mobil, perjalanan ke Jakarta.“Polisi, menangkap Joshua,” Stefan membuka obrolan sambil fokus menyetir.“Joshua?” Andini mengulang perkataan Stefan. Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar kabar apa pun dari lelaki itu. “Tunggu. Ditangkap? Maksudnya ditangkap polisi?”Seingat Andini, Joshua dulu adalah dokter dan dari keluarga yang terhormat. Mana mungkin kalau tetiba lela

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Cemburu Buta Andini

    Season IIBab 117“Mau beli apa?” tanyanya pedagang wanita itu dengan kasar.Stefan melirik Andini yang sedang salah tingkah, dia mengambil sembarang sayuran.Lelaki itu menahan tangan Andini.“Biasanya, pengasuh Adam membeli wortel, jagung dan brokoli untuk kebutuhan sehari-hari.”Andini terpaku dengan analisa Stefan, “Dari mana kamu ….”“Saya, kan, ayahnya, masa tidak tahu,: seloroh Stefan. “Walau saya sibuk bekerja, tapi, saya juga memperhatikan apa saja kebutuhan anak saya.”Andini tidak bisa menyimpan kebahagiaan yang ada di hatinya. Dia menggigit bibir bawahnya, lalu mencium pipi Stefan.“Kamu tahu, kan, kita ada di tempat umum,” peringat Stefan tetapi tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Pipinya menghangat.Andini menoleh ke arah penjual sayuran, wajahnya makin memerah. Napasnya berembus cepat.“Maafkan aku, aku hanya tidak menyangka kalau suamiku perhatian,” kata Andini malu-malu.“Jadi, tiga puluh ribu,” kata si penjual ketus. Lalu menaruh barang yang dibeli Stefan dengan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status