Dengan langkah gontai, Elrick melangkah ke kamarnya lalu mengambil handphone dari atas nakas samping tempat tidurnya, dan menelepon asistennya.
"Jack, Ke rumahku sekarang juga!" perintahnya, dan tanpa menunggu jawaban dari Jack, Elrick langsung mematikan sambungan teleponnya, kemudian merebahkan badannya di atas tempat tidurnya.
Elrick mengingat-ingat makanan yang tadi malam ia makan, tapi sepertinya tidak ada yang salah dengan makanannya. Dan sudah berapa hari ini Elrick tidak minum-minuman beralkohol tinggi, jadi bukan di asam lambung masalahnya.
Tidak lama kemudian ada yang mengetuk pintu kamarnya,
"Siapa?" tanya Elrick sambil memijat keningnya dengan ibu jari dan jari telunjuknya.
"Jack, Tuan," sahut Jack.
"Masuk Jack, pintu tidak terkunci!”
Lalu terdengar pintu terbuka, dan Jack masuk sambil menenteng dokumen di lengan kanannya.
"Ini dokumennya, Tuan!” seru Jack sambil mengulurkan dokumen itu ke arah Elrick.
"Dokumen apa?" tanya Elrick kesal.
"Anda menyuruh saya ke sini karena dokumen yang kemarin lupa anda tanda tangani kan? Ini dokumennya, Tuan," jawab Jack.
Elrick langsung duduk dan menepis dokumen-dokumen itu, "Bodoh kau! Saya sedang tidak enak badan kau malah menyerahkan dokumen yang memusingkan itu! Kau ingin saya cepat mati ya?" geramnya.
"Maaf Tuan, saya tidak tahu anda sedang tidak enak badan."
Elrick mengibas tangannya, "Sudah segera rapikan kembali dokumen-dokumen itu, letakkan di atas meja sana, dan panggil Dokter Colin sekarang juga!" perintah Elrick dengan tidak sabar sambil menunjuk meja di depan sofa panjang.
"Baik, Tuan," seru Jack lalu mengeluarkan handphone dari saku dalam jasnya, dan tanpa buang waktu lagi, langsung menelepon dokter Colin.
"Segera ke rumah Mr. Rick sekarang," serunya.
"Apa keluhannya sekarang?" tanya dokter Colin.
"Sudah anda ke sini saja sekarang! Sepertinya ada yang tidak beres dengannya!"
"Ok, lima belas menit lagi saya sampai!"
Jack mematikan handphonenya, "Dokter Colin sedang dalam perjalanan ke sini, Tuan."
"Iya aku sudah dengar, apa volume handphonemu itu tidak bisa di kecilkan Jack? Sudah tuli kau ya?" rutuk Elrick dan Jack langsung periksa volume handphonenya, ternyata suaranya masih sebatas normal.
‘Apa telinga Tuan yang sedang sensitif ya?’ tanya Jack dalam hatinya.
"Sekarang katakan padaku,Jack. Apa kau merasa mual saat ini? Karena kita makan makanan yang sama semalam!"
"Hmm tidak, Tuan. Perut saya baik-baik saja."
"Kalau begitu bukan karena makanan. Lalu kenapa bangun tidur saya langsung merasa mual?"
"Maaf saya tidak tahu, Tuan. Saya bukan dokter. Sebaiknya anda tanyakan saja nanti pada Dokter Colin."
Elrick menatap tajam asisten pribadinya itu, "Yang bilang kau dokter siapa? Dan..."
Elrick berhenti bicara, lalu hidungnya mengendus udara di antara dirinya dan Jack, dan matanya kembali menatap tajam Jack.
"Kau pakai parfum apa sih, Jack? Wanginya membuatku kembali mual!"
Jack mengendus pakaiannya sebelum menjawab, "Ini parfum yang biasa saya pakai, Tuan. Biasanya anda tidak pernah mempermasalahkan wangi parfum saya," jelas Jack dengan kening yang mengkerut bingung.
Elrick mengibas tangannya dengan tidak sabar, mengisyaratkan Jack untuk segera menjauh,
"Kau menjauh sana, aku tidak tahan mencium parfum mu itu!" hardiknya.
Setelah menghela napas panjang, Jack merapikan dokumen yang berceceran di lantai terlebih dahulu, sebelum beranjak menjauh sesuai permintaan bossnya itu.
Sejurus kemudian pintu kamar kembali di ketuk, Jack bergegas ke arah pintu dan membukanya. Sambil tersenyum seperti biasanya, dokter Colin masuk dan berdiri tepat di depan Elrick.
"Kau bisa rebahan sekarang, Mr. Rick? Saya akan periksa anda!" seru dokter Colin, sambil mengeluarkan stetoskop dari dalam tasnya, dan tanpa banyak tanya lagi, Elrick langsung menurutinya.
Setelah memasang bagian eartip stetoskop itu di kedua telinganya, dokter Colin menekan chestpiece ke bagian jantung, paru-paru dan perut Elrick, sementara tangannya memeriksa denyut nadi Elrick.
"Overall, anda baik-baik saja, Mr. Rick. Tidak ada masalah dengan pencernaan anda, dan organ penting lainnya. Saya akan melakukan tes darah untuk meyakinkan anda," jelas dokter Colin.
Dokter Colin mengeluarkan jarum suntik baru dari dalam tasnya, lalu dengan perlahan memasukkan jarum suntik itu ke pembuluh darah arteri Elrick.
Setelah dirasa cukup, dokter Colin mencabut jarum itu dan menekan luka bekas tusukan jarum sebelum membalutnya.
"Lalu kenapa saya merasa mual tadi? dan sekarang pun saya masih merasa mual!" desak Elrick.
"Mungkin anda kelelahan, dan tolong perbanyak istirahat, kurangi jam kerja, yang terpenting jangan telat makan. Ingat anda punya maag!” tegas dokter Colin.
Elrick menatap sini dokter Colin, "Memangnya siapa kau? Berani memberi saya perintah!" geram Elrick.
Mengabaikan geraman Elrick, dokter Colin mengalihkan perhatiannya ke Jack.
"Tolong perhatikan makanan Mr.Rick. Dan kurangi kesibukannya!" serunya dan Jack mengangguk.
Dokter Colin mengeluarkan buku resep dari dalam tasnya,
"Kekayaan anda tidak akan habis bahkan sampai empat belas keturunan sekalipun, tapi masih saja anda memporsir tubuh anda dengan terus bekerja keras, seolah-olah anda akan mati kelaparan saja besok kalau hari ini tidak kerja keras. Aku hanya memberikan vitamin saja untukmu, kalau masih tetap mual jangan segan-segan menghubungi saya lagi," gumam dokter Colin sambil menulis resep, kemudian menyerahkan resep itu pada Jack.
"Apa kau tidak dapat menemukan dokter hebat lainnya, Jack? Dokter yang satu itu terlalu banyak bicara dan terlalu tua, saya tidak yakin telinganya masih bisa mendengar dengan baik!" geram Elrick setelah dokter Colin keluar dari kamarnya.
"Sudah sejak anda kecil Dokter Colin menjadi dokter pribadi anda, Tuan. Dan seperti itu lah ia selama ini bicara sesuai dengan yang ada di dalam pikirannya. Tapi baru kali ini anda mengeluhkannya, Tuan," sahut Jack dengan santai.
"Kau juga sama banyak bicaranya dengan dokter tua itu, siapkan pakaian saya sekarang!” perintah Elrick sambil turun dari tempat tidurnya, kemudian melenggang ke arah kamar mandi.
"Anda akan tetap bekerja hari ini, Tuan?" tanya Jack tapi Elrick mengacuhkannya.
Setelah meletakkan dokumen yang Jack pegang ke atas meja, Jack melangkahkan kakinya ke ruang ganti, dan memilih stelan jas dan kemeja panjang yang akan di pakai Elrick hari ini.
****
Rick Group.
"Buat peraturan baru, mulai besok seluruh karyawan baik pria atau wanita, dilarang memakai parfum, bahkan pewangi pakaian sekalipun!! Saya nyaris mati menahan mual karena mencium parfum mereka saat rapat tadi!!" perintah Elrick pada Jack dengan nada tegas.
"Tapi itu akan membuat kehebohan di sini, Tuan." ujar Jack dengan penuh pertimbangan.
"Lakukan perintah saya sekarang juga, atau saya pecat!" gertak Elrick dan Jack langsung mencatat perintah bossnya itu di tabletnya.
"Ada lagi Tuan yang harus saya tambahkan?"
"Sementara itu dulu. Bawa ke sini makan siang saya."
Tanpa di perintah dua kali, Jack langsung meletakkan menu makan siang Elrick di atas mejanya, dan Elrick langsung mendorong mundur kursi kerjanya saat melihat dan mencium makanan yang ada di depannya itu.
"Kau mau membunuh saya ya? Makanan apa ini? Dan baunya … " Elrick tidak melanjutkan lagi gerutuannya karena langsung lari ke kamar mandi dan kembali muntah.
"Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya Jack sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"Apa saya terlihat baik-baik saja? Belakangan ini performa kerjamu menurun, Jack. Saya akan memotong gajimu bulan depan!" keluh Elrick sebelum akhirnya kembali muntah.
Dengan segera, Jack menghubungi kembali dokter Colin dan memintanya datang ke Rick Group secepatnya.
Dan setelah dokter Colin datang, Elrick menceritakan semua keluhannya, dari rasa mual, penciumannya yang menjadi lebih sensitif, bahkan pendengarannya pun terkadan ikut sensitif juga.
"Dari hasil lab terlihat baik dan normal. Saya juga sudah melakukan Arterial Blood Gas, dan hasilnya juga normal," jelas dokter Colin sambil membacakan hasil labnya.
"Lalu sebenarnya saya sakit apa? Tidak mungkin saya bisa tiba-tiba mual tanpa alasan yang jelas, pasti ada faktor pemicunya kan?" Elrick mencecar dokter Colin dengan pertanyaan demi pertanyaan.
Untuk sesaat dokter Colin menatap penuh wajah Elrick, dan suaranya terdengar ragu-ragu saat bertanya,
"Apa dua bulan belakangan ini anda menghamili seseorang?"
Elrick terperanjat saat mendengar pertanyaan dokter Colin itu, dan amarah kembali menguasainya,
"Apa kau pikir saya tidak bersikap hati-hati saat melakukannya? Saya selalu memakai alat pelindung!" geram Elrick kesal.
"Apa anda merasakan emosi anda naik turun belakangan ini?" tanya dokter Colin lagi.
"Iya, Sial! Sebenarnya ada apa dengan saya"
"Dugaan sementara saya, anda mengidap Syndrom Couvade, atau kehamilan simpatik. Sudah pasti ada seseorang yang sedang mengandung anak anda!" dokter Colin menegaskan dengan penuh keyakinan,
"Apa anda yakin tidak lupa memakai alat pelindung? Atau mungkin alat pelindung itu bocor?"
Elrick memukul meja dengan kencang, "Saya selalu memastikan untuk selalu memakainya, dan sepanjang sepengetahuan saya, tidak pernah sekalipun ada kebocoran. Dan terlebih lagi saya tidak pernah berhubungan intim lagi sejak … " kata-kata Elrick menggantung saat ia teringat sesuatu.
"Oh my God … ” gumamnya sambil membelalakkan kedua matanya.
"Sejak kapan? Apa itu dua bulan yang lalu?" desak dokter Colin.
"Ya, sejak dua bulan lalu. Dan saya tidak memakai alat pelindung saat itu. Tapi bisakah kehamilan itu terjadi walau hanya melakukannya satu malam?" tanya Elrick sambil mengerutkan keningnya.
"Walau hanya melakukan sekali pun bisa saja terjadi kehamilan, kalau wanita itu sedang dalam masa subur," jawab dokter Colin.
Elrick langsung mengalihkan perhatiannya ke Jack yang sedang ternganga tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Jack, segera cari informasi tentang wanita itu!" perintahnya.
Dengan perasaan tidak tenang, Leuis berjalan hilir-mudik di depan pintu kamar daddy Elrick dan mommy Aliana, ia harus menjelaskan semua yang mengganjal di dalam dirinya pada orang tua angkatnya itu. Tidak ada yang perlu ia takutkan lagi saat ini karena Leia kini telah resmi menjadi istrinya. Jadi apapun resiko yang akan ia terima nantinya ia akan menerimanya. Setelah membulatkan tekadnya, Leuis berniat mengetuk pintu kamar orangtuanya itu, tapi tangannya tertahan di udara karena pintu itu telah terbuka terlebih dahulu, "Leuis, ada yang ingin kau bicarakan?" tanya daddy Elrick dengan mommy Aliana yang berada di sisinya dengan lengan daddy Elrick yang merangkul pinggangnya, "Ya, Dad ... Apa aku bisa meminta waktu kalian sebentar?" "Ok, masuklah!" seru daddy Elrick sambil membuka lebar pintu kamarnya. Leuis membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tapi menutupnya lagi. Setelah sekian lama terdiam di bawah tatapan penuh tanda tanya daddy Elrick dan mommy Aliana ia pun kembal
"Ya Tuhan, sebenarnya kamu dan Leon telah melewati malam pertama kalian atau belum sih? Karena saat pertama untuk wanita pasti akan mengeluarkan darah, dan juga rasa sakit setelah melakukannya. Bahkan aku masih merasa nyeri hingga saat ini," jelas Leia."Benarkah?" Aletta berpaling menatap Leon yang tengah asik berbincang dengan Axel dan Dritan, kenapa ia tidak merasakan itu semua? Kenapa tidak ada darah di atas sprei mereka? Apa sebenarnya mereka tidak pernah melakukannya?"Apa memang seharusnya aku mengeluarkan darah?" tanya Aletta lirih."Well, memang ada beberapa wanita dengan satu dan lain alasan tidak mengeluarkan darah saat selaput darahnya sobek. Tapi semuanya pasti akan merasakan sakit saat melakukannya untuk pertama kalinya. Seluruh badanmu akan terasa remuk, seperti kamu telah bekerja kefas selama satu hari penuh," jawab Leia.Ia memberengut kesal sebelum melanjutkan,"Padahal, Leuis sudah melakukannya dengan sangat lembut. Tapi tetap saja aku merasa sakit juga. Rasanya mi
"Maaf kami telat!" seru Leon yang melangkah ke arah keluarganya yang sudah berkumpul untuk makan siang bersama sambil menggandeng Aletta. Mommy Aliana yang melihat kedatangan putranya itu tersenyum lembut menyambutnya, "Wajar, pengantin baru. Kalian pasti enggan kan meninggalkan tempat tidur kalian?" "Ah, Mommy memang pengertian sekali," kekeh Leon sambil mencium pipi kanan dan kiri mommy Aliana sebelum beralih memeluk daddy Elrick. Aletta pun turut serta mencium pipi kanan dan kiri mommy Aliana, lalu memeluk daddy Elrick dan menyapa yang lainnya sebelum duduk di samping Leia. "Nah, karena semua sudah berkumpul, kita bisa mulai makan siangnya, silahkan dinikmati!" seru daddy Elrick. Semua anak, menantu, sepupu dan juga keponakannya mulai menikmati hidangan makan siang di restoran mewah itu, yang sengaja daddy booking khusus untuk acara keluarga mereka saja. "jadi, apa kamu mau menetap di Paris atau memboyong Aletta ke sini, Leon?" tanya mommy Aliana. "Kami belum memutuskan ba
Sebenarnya rasa kantuk masih sangat menguasai Leia, tapi ia memaksakan diri membuka kedua matanya yang masih terasa berat saat merasakan belaian halus punggung tangan seseorang di pipinya, yang ternyata adalah punggung tangan Leuis. Leia tersenyum lembut pada suaminya itu sebelum kembali menutup kedua matanya, dan baru saja akan kembali lagi ke alam mimpinya ketika terdengar suara serak Leuis, "Sudah siang, Sayang. Mau sampai jam berapa kamu tidur?" tanyanya. "Aku lelah sekali, Leuis," desah Leia masih tidak mau membuka kedua matanya yang masih terasa berat, belum lagi rasa pegal di seluruh tubuhnya terutama di area pangkal pahanya. "Apa aku yang membuatmu lelah?" Perlahan kedua mata leia membuka, ia kembali tersenyum pada Leuis, "apa kamu sudah bangun sejak tadi?" tanyanya sebelum menguap lebar. "Ya," jawab Leuis. "Kamu saja yang sudah bangun sejak tadi masih santai di tempat tidur, jadi biarkan aku tidur dulu ya," pinta Leia. "Karena aku terlalu senang ketika perta
'Keluarkan saja, Sayang, jangan ditahan-tahan," bisik Leuis yang berusaha menahan gairahnya sendiri. Ia harus membuat Leia sampai puncaknya lebih dulu untuk melancarkan dirinya saat akan menembus milik wanita itu nantinya. Dan tidak lama kemudian Leia meneriakkan namanya saat wanita itu telah mencapai puncaknya, Leuis pun menangkup wajah Leia, "Tahan sebentar, Sayang. Aku akan masuk sekarang ... " Seketika itu juga Leia yang telah kembali menjejak bumi menjadi panik, tubuhnya seketika menegang, "A ... Aku takut!" ia mulai mendorong Leuis meski tanpa hasil. "Apa yang kamu takutkan?" tanya Leuis, gairahnya sudah berada di ujung tanduk, tapi Leia malah terus berusaha mendorongnya. "Aku takut tidak muat," jawab Leia sambil terus mendorong Leuis. "Sstt Leia, tatap mataku!" "Apa kamu percaya padaku?" tanya Leuis saat mata mereka telah terkunci. "Iya, tapi ... " "Awalnya memang akan terasa sakit, tapi rasa sakitnya tidak akan sesakit jarimu teriris pisau, Sayang." "Aku
"Eitss ... Mau ke mana buru-buru sekali?" tanya Axel mencegah Leia dan Leuis yang sedang menuju lift yang akan membawa mereka ke kamar mereka. "Tentu saja melakukan malam pertama kami!" jawab Leia tanpa malu-malu lagi, tapi segera menggigit lidahnya saat melihat siapa yang berada di belakang Axel, tante Keizaa dan om Alson yang tengah mengapit putri mereka, Alexa, sementara Alarik yang beberapa bulan lebih tua dari Leia melangkah di belakang mereka, "Astaga, tamu masih banyak, kenapa tidak bersabar dulu?" keluh tante Keizaa, kulit putih bersihnya yang tanpa noda itu menurun pada putri satu-satunya, Alexa. "Biarlah, Snow ... Melarangnya sama dengan melarang Eomma, tidak akan bisa," kekeh om Alson. Ini bukan kali pertama omnya itu menyamakan Leia dengan oma Sonya. Tidak ada satupun anak oma Sonya yang mengambil sifat bar-barnya, sifatnya itu malah menurun pada cucunya, Leia. Sementara sifat dingin dan cuek opa Alex menurun pada cucunya juga, Alarik. Pria itu seperti memiliki d