Two Months Later ...
"Sekarang katakan siapa ayah dari anak itu?" desak Appa Alex. Yang sekarang nyaris kehilangan kesabarannya, karena Aliana benar-benar tidak tahu siapa pria yang bersamanya malam itu.
"Appa! Aku tidak tahu siapa pria itu, karena dia tidak melepas topengnya!" jawab Aliana untuk kesekian kalinya.
Sonya, Eommanya Aliana kembali berdiri dan menenangkan suaminya,
"Sayang, tahan emosimu. Ingat Aliana sedang mengandung cucu kita," bujuk Sonya sambil menarik Alex untuk duduk kembali di sampingnya."Ana, sekarang apa rencanamu?" tanya Eomma Sonya.
"Aku akan mempertahankan anak ini!" tegas Aliana.
Alex kembali berdiri dan jalan hilir-mudik sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi,
"Kamu bahkan belum menikah, bagaimana kamu mengurus anak itu Ana? Bagaimana kalau anakmu bertanya siapa ayahnya?" tanya Appa Alex.
"Aku akan jawab kalau aku hamil dari proses inseminasi dari bank sperma," jawab Aliana santai.
"Ya Tuhan Ana, Mommy tidak akan setuju kamu mengatakan hal seperti itu pada cucu Mommy!" pekik Eomma Sonya.
"Kamu harus menikah Ana, Appa akan carikan pria yang mau menikahimu"
Aliana menggeleng keras, "Tidak Appa, aku tidak ingin menikahi siapapun. Aku ingin hidup sendiri, aku ingin bebas, aku ingin hidup berdua saja dengan anakku ini, aku tidak ingin memiliki suami yang akan mengatur hidupku nanti, aku tidak menginginkan itu!” tegasnya.
"Appa tetap harus mencari tahu siapa bajingan itu! Dan Appa tidak akan segan-segan untuk membalasnya!" geram Appa Alex.
"Appa! Pria itu tidak bersalah, aku yang mendesaknya untuk membantuku, dan saat itu pun aku tidak punya pilihan lain lagi, dengannya atau dengan sekumpulan pria di club itu."
Appa Alex kembali menatap tajam putrinya itu, "Kalau kamu tidak memiliki kebiasaan kabur dari para pengawalmu, semua ini tidak akan terjadi, Ana!"
Yah saat itu Aliana kembali mengecoh para pengawalnya hingga bisa bebas pergi ke club itu. Karena salah satu teman kampusnya menggelar pesta lajang di sana.
Yang Aliana tidak tahu, club ekspatriat itu bukan seperti club pada umumnya. Di sana member bebas melakukan apapun sekehendak hati mereka, tanpa takut akan mendapatkan hukuman karenanya.Itu makanya Appa Alex dan Om Hardhan tidak dapat menemukan identitas pria yang bersamanya itu. Semua tertutup rapi, mau sekeras apapun Appa Alex dan Om Hardhan menekan pengurus club itu, tetap saja tidak ada satu info pun yang keluar dari mulut pengurus itu.
Bahkan pihak berwajib sekalipun tidak dapat melakukan apa-apa. Club itu seperti tidak tersentuh hukum, karena club itu memiliki hukumnya sendiri. Entah siapa sebenarnya pemilik club ekspatriat itu.
Jangan ditanya lagi apa reaksi Appa Alex saat Aliana pulang dalam keadaan syok dan tertekan. Saat itu Appa Alex dengan dibantu om Hardhan nyaris membakar club eksklusif itu, kalau saja pihak berwajib tidak menenangkannya, saat Appa Alex tidak dapat menemukan pria itu.
Sementara itu, teman-teman pria yang di sebut Aliana telah menjebaknya, wajah mereka nyaris tidak berbentuk lagi saat Appa Alex dengan kalap menginterogasi mereka satu persatu. Tidak ada niat jahat lainnya saat mereka menjebak Aliana, selain karena mereka ingin merasakan bagaimana rasanya bercinta dengan wanita dingin dan tertutup seperti Aliana.
Dan Bea, sahabat Aliana pun ikut andil dalam rencana itu, hingga Appa Alex langsung mempailitkan perusahaan orang tuanya dalam hitungan hari, dan dengan tegas mengancam Bea untuk tidak menampakkan lagi batang hidungnya di depan Aliana.
Melihat Aliana yang tertunduk lesu, Appa Alex merasa terenyuh dan iba, ia langsung melangkah mendekati Aliana dan duduk di samping kanannya, kemudian membawa Aliana ke dalam pelukannya, jemari Appa Alex membelai lembut rambut panjang putrinya itu.
"Sekarang kamu sudah mengerti kan, Kenapa Appa selalu menempatkan beberapa pengawal di dekatmu? Bukan karena Appa ingin membatasi ruang gerakmu, bukan pula ingin mengekangmu. Terkadang dunia terasa kejam untuk seorang wanita, sayang! Hal itu pernah terjadi pada Eommamu dulu, dan sekarang kamu mengalami hal yang sama juga. Tapi tidak semua pria bisa bersikap terhormat seperti Appa. Kamu sudah merasakan hasil dari pembangkanganmu sekarang kan?"
Aliana mengangguk di dada Appa Alex, "Iya Appa, aku minta maaf," serunya, lalu melepaskan diri dari pelukan Appa Alex dan langsung menggenggam tangan Appanya itu,
"Tapi aku mohon Appa, jangan cari pria itu lagi. Aku tidak ingin pria itu mengetahui aku telah mengandung anaknya. Aku tidak ingin menikah dengannya, dan yang lebih menakutkan lagi pria itu pasti akan merebut hak asuh anak ini, aku tidak mau itu terjadi," pinta Aliana.
"Apa kamu pikir Appa akan diam saja saat melihat pria itu mengambil anakmu? Cucu Appa? Tidak! Appa tidak akan membiarkan hal itu terjadi sayang," tegas Appa Alex menenangkan Aliana, lalu menangkup pipi putrinya itu dengan kedua tangannya,
"Kamu bahkan belum wisuda sayang. Apa kamu tidak Apa-apa wisuda dalam keadaan perutmu yang membuncit?"
Aliana tersenyum tipis saat menjelaskan, "Tidak apa-apa, ada kok yang wisuda dalam keadaan hamil di semester lalu, Appa."
Eomma Sonya pindah duduk di sebelah kiri Aliana, dan ikut mengelus lembut rambutnya,
"Oh, My Baby ... Rasanya baru kemarin Mommy melahirkanmu, sekarang kamu sudah akan menjadi seorang ibu dalam waktu dekat ini. Apa kamu merasa mual?"
Aliana menggeleng, "Tidak Eomma."
"Apa kamu ingin makan sesuatu?"
"Hmm tidak, memangnya kenapa?” tanya Aliana sambil mengkerut bingung.
"Tidak apa-apa, hanya saja biasanya wanita yang sedang hamil muda akan merasakan mual-mual, terutama di pagi hari. Dan biasanya akan ngidam seperti tiba-tiba ingin makan makanan tertentu, atau ingin melakukan hal aneh di luar akal sehat kita," jawab eomma Sonya.
Sementara itu, di negeri nun jauh di sana, dengan jarak kurang lebih 11,356km dari Jakarta, Elrick yang baru bangun dari tidurnya, tiba-tiba merasakan mual yang teramat sangat. Hingga ia langsung bergegas ke kamar mandi, dan memuntahkan isi perutnya di closet.
Merasa perutnya sudah lebih baik, Elrick menekan tombol flash dan keluar dari kamar mandi. Tapi baru berapa langkah, ia kembali merasakan mual-mual, dan kembali memuntahkan isi perutnya, walaupun kali ini tidak ada yang keluar dari mulutnya selain air liurnya sendiri.
Elrick kembali menekan tombol flash, kemudian mencuci tangannya di wastafel sambil membersihkan mulutnya dan kumur-kumur.
Elrick menghela napas dalam-dalam, ia menatap pantulan dirinya di cermin, dan bertanya-tanya dalam hati, apa ia salah makan semalam?
Dan Elrick baru akan membuka pintu kamar mandi ketika rasa mual itu kembali datang,
"Oh My God! What's wrong with me?”
Dengan perasaan tidak tenang, Leuis berjalan hilir-mudik di depan pintu kamar daddy Elrick dan mommy Aliana, ia harus menjelaskan semua yang mengganjal di dalam dirinya pada orang tua angkatnya itu. Tidak ada yang perlu ia takutkan lagi saat ini karena Leia kini telah resmi menjadi istrinya. Jadi apapun resiko yang akan ia terima nantinya ia akan menerimanya. Setelah membulatkan tekadnya, Leuis berniat mengetuk pintu kamar orangtuanya itu, tapi tangannya tertahan di udara karena pintu itu telah terbuka terlebih dahulu, "Leuis, ada yang ingin kau bicarakan?" tanya daddy Elrick dengan mommy Aliana yang berada di sisinya dengan lengan daddy Elrick yang merangkul pinggangnya, "Ya, Dad ... Apa aku bisa meminta waktu kalian sebentar?" "Ok, masuklah!" seru daddy Elrick sambil membuka lebar pintu kamarnya. Leuis membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tapi menutupnya lagi. Setelah sekian lama terdiam di bawah tatapan penuh tanda tanya daddy Elrick dan mommy Aliana ia pun kembal
"Ya Tuhan, sebenarnya kamu dan Leon telah melewati malam pertama kalian atau belum sih? Karena saat pertama untuk wanita pasti akan mengeluarkan darah, dan juga rasa sakit setelah melakukannya. Bahkan aku masih merasa nyeri hingga saat ini," jelas Leia."Benarkah?" Aletta berpaling menatap Leon yang tengah asik berbincang dengan Axel dan Dritan, kenapa ia tidak merasakan itu semua? Kenapa tidak ada darah di atas sprei mereka? Apa sebenarnya mereka tidak pernah melakukannya?"Apa memang seharusnya aku mengeluarkan darah?" tanya Aletta lirih."Well, memang ada beberapa wanita dengan satu dan lain alasan tidak mengeluarkan darah saat selaput darahnya sobek. Tapi semuanya pasti akan merasakan sakit saat melakukannya untuk pertama kalinya. Seluruh badanmu akan terasa remuk, seperti kamu telah bekerja kefas selama satu hari penuh," jawab Leia.Ia memberengut kesal sebelum melanjutkan,"Padahal, Leuis sudah melakukannya dengan sangat lembut. Tapi tetap saja aku merasa sakit juga. Rasanya mi
"Maaf kami telat!" seru Leon yang melangkah ke arah keluarganya yang sudah berkumpul untuk makan siang bersama sambil menggandeng Aletta. Mommy Aliana yang melihat kedatangan putranya itu tersenyum lembut menyambutnya, "Wajar, pengantin baru. Kalian pasti enggan kan meninggalkan tempat tidur kalian?" "Ah, Mommy memang pengertian sekali," kekeh Leon sambil mencium pipi kanan dan kiri mommy Aliana sebelum beralih memeluk daddy Elrick. Aletta pun turut serta mencium pipi kanan dan kiri mommy Aliana, lalu memeluk daddy Elrick dan menyapa yang lainnya sebelum duduk di samping Leia. "Nah, karena semua sudah berkumpul, kita bisa mulai makan siangnya, silahkan dinikmati!" seru daddy Elrick. Semua anak, menantu, sepupu dan juga keponakannya mulai menikmati hidangan makan siang di restoran mewah itu, yang sengaja daddy booking khusus untuk acara keluarga mereka saja. "jadi, apa kamu mau menetap di Paris atau memboyong Aletta ke sini, Leon?" tanya mommy Aliana. "Kami belum memutuskan ba
Sebenarnya rasa kantuk masih sangat menguasai Leia, tapi ia memaksakan diri membuka kedua matanya yang masih terasa berat saat merasakan belaian halus punggung tangan seseorang di pipinya, yang ternyata adalah punggung tangan Leuis. Leia tersenyum lembut pada suaminya itu sebelum kembali menutup kedua matanya, dan baru saja akan kembali lagi ke alam mimpinya ketika terdengar suara serak Leuis, "Sudah siang, Sayang. Mau sampai jam berapa kamu tidur?" tanyanya. "Aku lelah sekali, Leuis," desah Leia masih tidak mau membuka kedua matanya yang masih terasa berat, belum lagi rasa pegal di seluruh tubuhnya terutama di area pangkal pahanya. "Apa aku yang membuatmu lelah?" Perlahan kedua mata leia membuka, ia kembali tersenyum pada Leuis, "apa kamu sudah bangun sejak tadi?" tanyanya sebelum menguap lebar. "Ya," jawab Leuis. "Kamu saja yang sudah bangun sejak tadi masih santai di tempat tidur, jadi biarkan aku tidur dulu ya," pinta Leia. "Karena aku terlalu senang ketika perta
'Keluarkan saja, Sayang, jangan ditahan-tahan," bisik Leuis yang berusaha menahan gairahnya sendiri. Ia harus membuat Leia sampai puncaknya lebih dulu untuk melancarkan dirinya saat akan menembus milik wanita itu nantinya. Dan tidak lama kemudian Leia meneriakkan namanya saat wanita itu telah mencapai puncaknya, Leuis pun menangkup wajah Leia, "Tahan sebentar, Sayang. Aku akan masuk sekarang ... " Seketika itu juga Leia yang telah kembali menjejak bumi menjadi panik, tubuhnya seketika menegang, "A ... Aku takut!" ia mulai mendorong Leuis meski tanpa hasil. "Apa yang kamu takutkan?" tanya Leuis, gairahnya sudah berada di ujung tanduk, tapi Leia malah terus berusaha mendorongnya. "Aku takut tidak muat," jawab Leia sambil terus mendorong Leuis. "Sstt Leia, tatap mataku!" "Apa kamu percaya padaku?" tanya Leuis saat mata mereka telah terkunci. "Iya, tapi ... " "Awalnya memang akan terasa sakit, tapi rasa sakitnya tidak akan sesakit jarimu teriris pisau, Sayang." "Aku
"Eitss ... Mau ke mana buru-buru sekali?" tanya Axel mencegah Leia dan Leuis yang sedang menuju lift yang akan membawa mereka ke kamar mereka. "Tentu saja melakukan malam pertama kami!" jawab Leia tanpa malu-malu lagi, tapi segera menggigit lidahnya saat melihat siapa yang berada di belakang Axel, tante Keizaa dan om Alson yang tengah mengapit putri mereka, Alexa, sementara Alarik yang beberapa bulan lebih tua dari Leia melangkah di belakang mereka, "Astaga, tamu masih banyak, kenapa tidak bersabar dulu?" keluh tante Keizaa, kulit putih bersihnya yang tanpa noda itu menurun pada putri satu-satunya, Alexa. "Biarlah, Snow ... Melarangnya sama dengan melarang Eomma, tidak akan bisa," kekeh om Alson. Ini bukan kali pertama omnya itu menyamakan Leia dengan oma Sonya. Tidak ada satupun anak oma Sonya yang mengambil sifat bar-barnya, sifatnya itu malah menurun pada cucunya, Leia. Sementara sifat dingin dan cuek opa Alex menurun pada cucunya juga, Alarik. Pria itu seperti memiliki d