"Terima kasih, Bi," ucap Chiara setelah selesai didandani oleh Melly. Ia juga berterima kasih kepada pelayan lain yang sudah membantunya merapikan rambut."Sama-sama, Nona," balas pelayan dengan tersenyum lembut. Mereka sangat menyukai sosok sederhana dan hangat Chiara.Chiara bangkit dari kursi, ia melempar pandangan sekali lagi ke cermin untuk melihat wajahnya sebelum ia berderap menghampiri Lucas di ruang utama. Rambut Chiara yang dibiarkan terurai dengan helaiannya dibuat setengah ikal itu bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya. Langkah kaki Chiara pelan, tapi lebar dengan menggunakan high heels tinggi.Chiara nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya saat hendak berjalan ke depan Lucas. Lucas yang melihat itu segera berdiri dari duduknya dan menangkap pinggang ramping Chiara."Kenapa kau ceroboh sekali, huh? Saat pertama kali melihatmu pun kau juga terjatuh saat itu," celetuk Lucas menampakkan wajah kesal.Lucas kesal karena Chiara begitu ceroboh sehingga bisa saja gadis itu melukai
Poppy kembali dari toilet ketika Sarah baru saja pergi. Tadi Sarah masih sempat berdebat dengan Lucas, sampai akhirnya wanita paruh baya itu mendapatkan panggilan mendadak dari Robert dan memutuskan untuk pulang lebih dulu.Poppy menarik kursi di samping Lucas dan mendudukkan tubuhnya pelan di sana. Sambil terus tersenyum ia menyingkap roknya sehingga paha mulusnya terpampang di depan Lucas. Poppy sengaja menggoda pria itu. "Tinggal kita berdua di sini. Jadi apa yang akan kita lakukan, Lucas?"Namun, Lucas hanya meliriknya sekilas, tampak tak acuh dan tak tertarik. Ia lalu bertanya dengan dingin pada Poppy. "Apa kau bertemu Lala di toilet?"Poppy bergeleng sambil memayunkan bibirnya sedikit ke depan. "Tidak. Mungkin saja dia diam-diam sudah pulang. Bukankah itu sangat keterlaluan, Lucas?"Lucas mengernyit. "Pulang? Mana mungkin?" gumamnya tak percaya. Biar bagaimanapun gadis itu tidak mungkin pulang sendiri. Jika memang benar, kenapa dia tidak memberitahu Lucas? Lucas hendak beranjak
Chiara langsung bangkit dari sofa begitu melihat Lucas berderap memasuki pintu utama mansion bersama Albert. Ia sudah mengganti dressnya dengan pakaian tidur, dan kini ia berjalan pelan menghampiri Lucas."Lucas, kau baik-baik saja?" Chiara hendak menyentuh pundak Lucas. Tapi, tangannya ditepis dengan kasar oleh Lucas.Tatapan Lucas tajam. "Jangan menyentuhku. Dan jangan muncul di depanku untuk sementara ini," ucapnya dengan nada memperingatkan.Chiara mematung di tempatnya berdiri. Ia menatap kepergian Lucas dalam diam.Lucas menutup pintu keras setelah ia dan Albert memasuki ruang kerjanya yang terletak di samping kamarnya. Lucas menghempaskan tubuhnya ke kursi kulit seraya memijat pelipisnya. "Untung kau datang tepat waktu, Albert. Kalau tidak... entah aku harus bagaimana menghadapi ketakutanku," ucap Lucas diiringi desahan berat.Lucas tadi sempat putus asa ketika terjebak hujan yang seakan tidak ada hentinya. Selain itu, tanpa obat penenang kondisi Lucas semakin buruk. Beruntung
Lucas sekarang sudah berada di ruangan kerjanya yang ada di bangunan perusahaan Knight Group. Setelah tadi ia membentak Chiara karena gadis itu tetap bersikeras untuk pergi ke rumah sakit, ia jadi merasa menyesal. Ia nyaris tak bisa berkonsentrasi karena terus memikirkannya."Tuan, ada laporan masuk. Ini tentang proyek terbaru Anda." Albert membawakan tabletnya kepada Lucas.Lucas menerima tablet tersebut dan seketika ia dipenuhi rasa amarah yang membuncah. Proyek yang telah ia rencanakan sejak lama, dihancurkan dengan mudah oleh ayahnya. Selain itu, ayahnya juga memberikan pengumuman tentang pertunangannya dengan Poppy. Sepertinya ayahnya sudah kehilangan akal. Padahal seluruh rekan kerjanya sudah tahu tentang pernikahan Lucas dan Chiara, tapi berita itu lenyap tanpa bekas dengan cepat. Lalu tergantikan yang baru."Bagaimana, Tuan? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Albert bertanya setelah Lucas mengembalikan tabletnya, tapi tak kunjung berucap.Lucas menggeram pelan. "Aku akan i
Lucas melepaskan nampan dari tangannya, secara spontan ia berlari pada Chiara. "Chiara!"Chiara tak mempedulikan panggilan Lucas sama sekali, sampai pria itu menarik lengannya dengan kasar. Lucas menyambar pecahan kaca yang tengah dipegang oleh Chiara dan membuangnya ke lantai. "Chiara, jangan melakukan hal bodoh seperti ini! Memangnya kau ingin mati menyusul ibumu?! Kau sudah gila!"Sudut mata Lucas menangkap cermin di meja rias Chiara yang sudah hancur berkeping-keping. Kepingannya berceceran di lantai. Lucas buru-buru menarik pandangannya kepada Chiara kembali saat gadis itu menatapnya dengan penuh kebencian."Iya, aku memang gila. Aku memang bodoh. Aku ingin mati menyusul ibuku!" Chiara berteriak sambil berusaha lepas dari cengkeraman kuat tangan Lucas di lengannya. "Lepaskan aku! Biarkan aku menyusul ibuku!"Bagaikan orang yang kesetanan, Chiara memberontak. Gerakannya tidak terkendali. Tangisannya pecah. "Lepaskan aku! Kau memang sialan, Lucas! Andai kau tak melarangku pergi. Ak
Setelah mendengar perkataan Chiara dan melihat wajah putus asa gadis itu, Lucas tetap bersikeras untuk tak mengakhiri kontraknya. Ia berpikir jika Chiara mengatakannya karena emosi sesaat, dan setelah semuanya membaik gadis itu akan berubah pikiran. Kurang dua setengah bulan lagi, Lucas tak akan menyia-nyiakan waktu yang tinggal sedikit itu untuk mencapai tujuan awalnya. Hanya saja, sekarang sedikit ada perbedaan. Lucas juga akan mempedulikan Chiara, dan lebih memperhatikan gadis itu.Sekarang Lucas berdiri di samping Chiara saat pemakaman ibu Chiara berlangsung. Ia menariknya mendekat, dan memeluknya erat untuk menenangkannya.Lucas tak tahu ia harus mengatakan apa untuk menghibur Chiara. Ia hanya menepuk-nepuk punggung Chiara pelan sambil berucap, "Menangislah. Aku tahu ini sangat sakit untukmu. Maafkan aku."Chiara menangis, ia memukul dada bidang Lucas seakan ia tengah meluapkan rasa amarah dan sedihnya. Kemudian perlahan tangannya melemas dan jatuh di sisi tubuhnya, dengan tetap
Meski masih heran, Albert akhirnya menuruti titah Lucas untuk berhenti. Albert segera turun dan membukakan pintu bagi tuannya itu.Lucas menapakkan kakinya di salah satu toko roti di tengah gempuran barisan bakery lain. Konon, ini yang paling enak se-kota New York raya. Lucas memperbaiki jasnya sebelum melanjutkan langkah ke dalam bakery tersebut.Pintu terbuka. Kehadiran Lucas dan Albert tersorot dan menjadi perhatian di sana. Salah seorang pelayan langsung tergopoh-gopoh menghampiri mereka."Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya kepada Lucas.Mata dingin Lucas justru sibuk beredar menyapu beberapa cake yang menarik perhatiannya. Albert berdeham, lantas menjawab, "Tolong pilihkan cake yang paling enak di sini." Kepalanya menoleh ke arah Albert, memastikan. "Benar kan, Tuan?"Tanpa membalas kedua pasang tatapan yang dilayangkan untuknya, Lucas mengacungkan salah satu tangan ke udara. "Aku ambil cake yang ada di sana."Lucas mengangkat kepala satu kali, menunjuk salah
Lucas mengunyah daging setenang mungkin. Setelah berusaha menelannya, ia berkata, "Tidak apa-apa. Aku bisa punya keturunan dari Poppy. Tapi setelah aku mempunyai anak dengan Lala."Lucas mendongak memperhatikan ekspresi beberapa orang di depannya. Sarah tampak bersungut-sungut, sedang Robert nyaris saja memecah gelas kaca melalui genggaman tangannya.Berada di tengah-tengah keluarga ini membuat tubuh Chiara menegang. Nyatanya ia tak suka saat Lucas mengatakan bahwa dirinya harus ikut makan malam lagi bersama keluarga Knight. Sekarang Chiara mencoba mengunyah pelan daging yang seharga hampir sejuta dollar, meski matanya sesekali melirik Lucas khawatir.Poppy dengan rakus menjelajahi ekspresi antara Lucas dan Chiara, lalu tergelak. Bibir tebalnya mengunci sebuah senyuman miring. Ia memainkan rambut cokelat gelombangnya, kemudian mulai ikut menimbrung."Begitu kah? Apa kau yakin akan menjadikanku istri kedua, Lucas?"Perhatian Chiara beralih ke Poppy. Bagaimanapun ia tahu, Poppy seksi da