"Kau menyiksa siapa?" tanya Dion.Dion dan Nia juga mendadak muncul saat mengetahui ada keributan di hari yang masih sangat gelap gulita ini.Tentu saja keduanya bergegas untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana.Ternyata benar ada sebuah hal yang sepertinya perlu untuk diselesaikan.Awalnya mengira yang terlibat cekcok adalah Raya dan juga Reza.Tapi nyatanya dia orang itu tak ada di sana, malah hanya ada anaknya Dila."Wanita ini," Niko pun menunjuk Kiara, "dan, putri cantik mu ini," Niko pun kini beralih menunjuk Dila, "menuduhku menyiksa istri ku!" terang Niko."Bukan menuduh, Tuan Dion. Kami punya buktinya," dengan sangat percaya diri Kiara pun mengeluarkan ponselnya.Kemudian mencari hasil rekaman yang dia lakukan sebelum akhirnya masuk.Untuk dijadikan bukti jika saja nanti keadaan berbalik menyerang dirinya.Dan ini adalah buktinya, untung saja Kiara tidak bodoh.Lihat saja semua itu bisa dia gunakan agar keadaan tak berbalik padanya yang malah tertuduh.Padahal Niko
"Apakah ada aroma shampo?" tanya Niko sambil duduk di kursi meja makan untuk sarapan pagi bersama dengan yang lainya.Niko duduk bersebelahan dengan Chandra, dia menggoda seorang duda yang sempat membahas perihal shampo saat kejadian malam tadi.Kata itulah yang dikatakan oleh Chandra padanya.Dan Niko yang lebih dulu memanas-manasi Chandra.Sedangkan yang dimaksud oleh Niko memilih untuk diam, Chandra diam sambil menikmati sarapan pagi dengan sepotong roti di temani secangkir teh hangat.Chandra memilih untuk tidak perduli dengan ucapan Niko yang selalu saja aneh itu."Ayo semuanya sarapan," Bunga pun meletakkan nasi goreng buatannya pada meja.Dia tersenyum puas melihat makanan buatan yang sudah tersaji di atas meja makan."Mama, masak nasi goreng?" tanya Nia yang baru saja ikut bergabung."Pagi ini ada, Ranti yang membantu, Mama. Jadi, rasanya pasti lebih nikmat juga," Bunga pun tersenyum pada Ranti yang berdiri tak jauh darinya.Sedangkan Ranti juga membalas senyuman tersebut, han
Ranti semakin merasa tidak nyaman saja, bahkan untuk sekedar bersantai sendiri tanpa ada Niko pun begitu menyulitkan sekali.Sebelumnya dia juga terpaksa harus ikut menginap di rumah keluarga Nia, dan saat ini dia lagi-lagi harus ikut dengan Niko.Padahal Ranti ingin bersantai di rumah saja, karena dia juga sangat lelah jika terus diajak bergadang oleh Niko karena menuntaskan malam-malam hangat.Melelahkan sekali tentunya."Dok, aku tinggal di rumah saja. Aku butuh waktu untuk beristirahat, aku juga ingin bersantai," protes Ranti."Panggil, Akang!" kata Niko sambil tersenyum pada Ranti.Dia bahkan tak perduli dengan keluh kesah istrinya tersebut.Sedangkan Ranti yang merasa tak dihiraukan pun memilih untuk melihat ke arah luar.Dia pun memutuskan untuk menutup mata saja, karena perjalanan menuju tempat tujuan mereka masih butuh waktu tempuh sekitar dua jam lagi.Niko pun kembali berfokus pada jalanan, sebenarnya yang pergi bukan hanya dirinya saja.Tetapi juga yang lainya.Ini adalah
"Kau mengatakan aku korslet?" tanya Niko yang tiba-tiba muncul di belakang Dion.Dion pun menoleh ke arah Niko."Kok ada di sini?" tanya Nia yang kebingungan.Sedangkan Dion hanya santai saja, dia tak perduli sejak kapan pun Niko berada di sana.Karena pria itu memang lebih cocok di abaikan menurut Dion."Tidak usah banyak bicara, kau memang sangat kurang ajar!" Niko pun melempar Dion dengan tanah.Dion yang kesal pun mengambil tanah juga dan melempar pada Niko sebagai balasan.Hanya saja lemparan Dion jauh lebih banyak dari pada Niko sebelumnya.Niko tertawa terbahak-bahak karena melihat Dion yang kesal akan dirinya, meskipun kini tubuhnya sudah terkenal tanah akibat ulah Dion."Kau mau lagi?" Dion pun kembali melempar tanah ke arah wajah Niko.Dia membalas dengan sangat brutal, bahkan sampai membuat Niko terlungkup di tanah.Hingga wajah pria itu pun kini sudah tertutup oleh lumpur dan Dion pun tersenyum puas melihatnya."Ahahahhaha," Dion tertawa melihat wajah Niko saat ini.Kapan
"Aduh," Niko pun meringis merasakan sakit pada bagian wajahnya.Membuat Ranti pun berusaha untuk tidak membuat Niko lebih kesakitan lagi saat dia sedang mengompres lebam pada wajah Niko.Sebenarnya itu bukanlah satu masalah, lagi pula itu terjadi karena dia dengan sengaja menyerahkan diri.Tanpa perlawanan yang berarti.Demi mendapatkan perhatian dari Ranti.Sepertinya yang dia lakukan benar sang menguntungkan, lihat saja bisa diobati oleh Ranti.Niko pun tersenyum penuh kemenangan."Kalian seperti anak-anak saja," kata Ranti mengingat kejadian barusan.Meskipun awalnya Ranti juga sedikit takut, sebab belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya.Tapi Niko memilih untuk tersenyum sambil terus melihat wajah Ranti.Dia merasa perasaannya menjadi tengang saat ini.Wanita yang kini menjadi istrinya itu memang sangat baik, jangankan saat kini mereka sudah memiliki hubungan yang baik.Sebelumnya saja Ranti tetap perduli padanya saat sedang sakit, padahal waktu itu hubungannya dengan Niko
"Kamu apaan sih? Malu tau kalau kelihatan begini di hadapan yang lain!"Ranti tengah mengolesi bagian tengkuknya dengan foundation untuk menutupi benda berwarna merah keunguan yang cukup banyak di sana.Siapa lagi penyebabnya jika bukan Niko.Dia sudah menduga jika ini akan terjadi, justru itu dia menolak.Tapi kenyataannya walaupun menolak tetapi tidak juga Niko mengerti.Bahkan dia tetap bisa masuk ke kamar mandi dengan caranya sendiri dan Ranti pun akhirnya hanya bisa pasrah saja."Sekarang kamu bilang begitu, tadi kamu juga membiarkan," jawab Niko.Niko duduk santai sambil memainkan ponselnya dan melihat apakah ada pesan yang masuk.Dia juga tak terpancing emosi sama sekali saat Ranti terus saja mengomel dari tadi padanya tanya hentinya."Terpaksa!" kesal Ranti sambil terus melihat wajahnya pada pantulan cermin, memastikan apakah semuanya sudah tertutup."Terpaksa?" Niko tersenyum menggoda Ranti."Iya, memang!" jawab Ranti dengan ketus.Niko pun tertawa kecil mendengar jawaban Ran
"Ini dia pengantin barunya, ayo kita makan," Bunga pun tersenyum saat melihat Ranti dan Niko yang kini sudah bergabung dengan yang lainya."Lama sekali, hanya menunggu orang seperti mu saja aku harus kelaparan dulu!" kesal Dion.Ranti merasa tak enak hati.Tapi tidak dengan Niko yang hal seperti ini sudah biasa bagi mereka."Sudah-sudah, sebaiknya duduk dan kita makan malam," Bunga pun tersenyum pada Ranti sambil menunjuk kursi."Maaf, ya, Tante," kata Ranti merasa tak enak hati."Itu tidak masalah, lagi pula kalau mereka bicara begitu tidak usah dimasukkan ke dalam hati. Itu hanya omongan mereka saja," jelas Bunga."Iya, mereka memang begitu. Ayo kita makan," Nia juga ikut menimpali, karena memang begitu adanya jika para pria itu sudah berkumpul."Hay," Ranti pun tersenyum menyapa baby Dirga yang duduk di pangkuanku Nia.Wajah bocah itu tampak sangat lucu dan juga mengemaskan."Hay, juga, Tante," Nia pun tersenyum sambil berbicara seakan anaknya yang menyapa Ranti."Bolehkah aku meng
Ada rasa yang tak dapat hanya diungkapkan dengan kata-kata saja, karena sejatinya perasaan yang sudah tumbuh mekar di dada tanpa bisa untuk di cegah.Aku yang kini bahagia karena cinta yang nyata dan tak sanggup untuk melepaskan lagiAku yang telah hancur berantakan dalam kelukakaan hati yang teramat sangat dalam.Namun, saat aku benar-benar tidak bisa untuk bangkit tapi cinta pun hadir.Dia datang diwaktu yang tepat untuk menyembuhkan luka yang begitu dalam.Luka sayatan penuh dengan kesakitan yang tidak ada tandingannya.Namun, lagi-lagi cinta mu begitu dahsyat. Dalam hitungan waktu aku kini mampu untuk berdiri tegak dan meraih manis madu cinta.Seakan tak ingin layu di genggaman aku pun tidak akan memberikan siapapun masuk ke dalam kehidupan indah ini.Cukup hanya aku dan dia saja yang tinggal di dalam istana cinta kami berdua.Tanpa yang lain.Tidak ada celah untuk orang asing bisa masuk ke dalamnya, karena cintaku padanya tak akan pernah bisa goyah bagaimana pun keadaannya.Aku y