Langkah Erlang begitu pasti dan perasaannya tentang Zoya segera dibuang jauh-jauh. Toh, wanita itu yang selalu menyiksa batinnya selama ini, dan jika dia jujur, sudah pasti Zoya menolak keinginannya untuk menambah istri. Erlang siap bertempur malam ini. Dia menarik pinggang Maya hingga tubuh mereka menyatu. Namun demikian, Erlang tetap mengajukan pertanyaan sensitif pada Maya sebelum memulai kegiatannya."Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatanmu?" Erlang tidak lupa menanyakan apa yang telah di perintahkan di hari sebelumnya. Meski Hendra sudah bercerita dan melihat hasilnya secara langsung, tetep saja pertanyaan itu keluar untuk memastikan lagi. Katakanlah Erlang kejam mencurigai Maya, namun dia tidak peduli dengan hal itu. Mengingat Maya memiliki pergaulan yang bebas, dia tidak ingin kecolongan dengan penyakit berbahaya yang ditularkan dengan cara berhubungan badan. Cukup Zoya yang terinfeksi akibat skandal yang pernah mereka lalui.Tentu ada rasa sakit dalam diri Maya ketika dicuri
Maya berniat untuk mengacaukan momen romantis Erlang dan Zoya lewat telepon. Langkahnya begitu pelan ketika mendekati Erlang dari belakang. Tidak ada keraguan dalam dirinya, karena sudah mengetahui jika Erlang dan Zoya lah yang melakukan pembunuhan berencana pada kakaknya.Drttz.. drttz.Secara bersamaan, ponsel Maya yang diletakkan di atas nakas juga bergetar. Ada pesan masuk ke dalam ponselnya. Dia terpaksa menoleh ketika langkahnya sudah setengah jalan.Erlang melakukan hal yang sama. Dia memutar tubuhnya ke belakang, dan melihat Maya sedang berdiri di samping ranjang.Buru-buru Erlang berpamitan pada Zoya. "Sudah dulu ya, Sayang, sampai jumpa di rumah!" Erlang memberi kecupan, setelah itu mematikan panggilan."Sudah rapi aja, mau ke mana hari ini?" Erlang bertanya sambil berjalan mendekati Maya.Usai membalas pesan salah satu temannya, Maya menjawab pertanyaan Erlang. "Aku mau kerja. Sudah beberapa hari aku tidak memeriksa keadaan butikku.""Hanya itu?" Erlang menatap Maya dengan
Dari beberapa hari terakhir, Zoya sudah mulai mencurigai suaminya. Dia mengenal Erlang dengan baik. Bahkan dari siapapun, Zoya yang paling paham dalam setiap perubahan pria yang sangat dicintainya itu. Erlang dan Zoya hidup bersama bukan hitungan bulan atau tahun lagi. Mereka juga hidup dalam suka dan duka, sedih, terancam dan masih banyak hal hal menegangkan yang membuat keduanya tetap bertahan hingga saat ini.Erlang dan Zoya berasal dari desa yang sama. Selain itu, keduanya juga sudah bersama sejak masih dalam masa kanak-kanak, berpacaran di masa remaja, hingga banyak kejadian buruk yang menimpa hidup mereka, terutama ketika dilanda krisis finansial. Itu adalah pengalaman terburuk Erlang dan Zoya hingga mereka berdua terjerat skandal dalam keluarga Bagaskara.Kini, saat Erlang menunjukkan gelagat anehnya, Zoya dapat merasakan jika Erlang sedang menyembunyikan sesuatu hal darinya. Dan ini bukan masalah kecil, Zoya sangat yakin dengan pikirannya itu.Begitu Erlang keluar dari kamar,
Erlang berusaha rileks menghadapi penuturan Zoya. Sembari mempererat pelukannya, dia menyunggingkan senyum khasnya. Bisa saja sang istri tercinta mulai mencurigai sesuatu, maka dia harus bersikap setenang mungkin. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Erlang, karena bibirnya kini sudah lebih dulu mendarat di ceruk leher Zoya. Wangi khas sang istri sontak terendus pada hidungnya yang bangir.Begitu cara Erlang bermanja-manja pada Zoya. Sangat intim, namun hal itu tidak berlangsung lama. Zoya langsung menolak dengan menahan tubuh Erlang."Aku sudah rapi, Lang," menggunakan kedua tangannya, Zoya juga menahan mulut Erlang agar terlepas dari leher jenjangnya. "Jangan rusak penampilanku, hari ini kita akan bertemu keluarga.""Kamu tahu perasaanku padamu kan?" Erlang menggoda dengan nada yang lembut. "Aku tidak mungkin membagi cintaku pada wanita mana pun."Zoya menatap mata Erlang yang begitu terang. Penuh dengan kejujuran dan cinta yang tulus.Erlang kemudian menyatukan dahin
Sebelum Rasputin mengangkat tubuhnya dari kursi roda, Erlang lebih dulu bergerak. Sedangkan Angkasa sontak memeluk ibunya setelah mendengar gertakan sang kakek.Terbiasa mendengar ucapan Rasputin yang kerap menyakiti perasaan ibunya, Angkasa tampak khawatir dengan suasana di siang hari itu. Sembari mencengkram kaki Zoya, dia memejamkan mata karena ketakutan."Dia hanya anak kecil, Dad. Tolong jangan diambil hati ucapannya!" pinta Erlang seraya menahan tubuh ayah mertuanya yang tengah berusaha berdiri. "Sama seperti Rafael, dia juga tidak terlalu paham dengan apa yang keluar dari mulutnya."Kentara sekali jika Angkasa dan Rafael hanya mengungkapkan isi hati mereka. Kedua anak yang memiliki persamaan usia itu refleks berkata sesuai dengan apa yang mereka rasakan.***Di tempat lain, Maya terlihat tengah sibuk beres beres di tempat tinggal yang lama. Dia baru saja selesai mengambil barang barang berharga miliknya untuk dibawa ke apartment Erlang."Meski terlihat lusuh, tapi ini adalah s
Sebelum makan malam tiba, Erlang memilih berpamitan pada ayah mertuanya. Dengan sopan dia mengutarakan alasannya yang tidak ingin menginap di mansion yang pernah mereka tempati selama beberapa tahun sebelumnya."Aku masih mau tinggal di sini, Daddy," Rafael yang mendengar penjelasan Erlang segera menyuarakan isi hatinya dengan enteng. "Biarkan aku lebih lama bermain dengan kakekku!" Bocah kecil itu bersikeras, karena dia sudah bosan bermain dengan Angkasa sepanjang waktu. Dia juga yakin jika kunjungan berikutnya akan menunggu waktu yang lama."Rafael, besok kamu dan Angkasa sudah masuk sekolah, jadi kita harus segera pulang!" Erlang membujuk dengan nada lembut. "Sebagai gantinya, kita akan jalan jalan di mall dan makan malam di restoran kesukaanmu, malam ini kamu bebas makan apa saja, juga membeli apa pun yang kamu inginkan!" lanjutnya.Cara Zoya menoleh pada suaminya menyiratkan ketidaksetujuan. Terlalu berlebihan dan tidak pantas memanjakan anak sekecil itu. Rafael pada akhirnya ak
"Beraninya kau, Maya!!!" Erlang mengeram dalam hati. Bukan karena cemburu, tapi lebih kepada faktor kebersihan dan kesehatan. Belajar dari hubungan masa lalunya dengan Zoya, Erlang tidak ingin mengambil resiko. Dia tidak setuju pasangannya bermain di belakang tanpa sepengetahuannya. Bisa saja orang yang bersama dengan Maya saat ini adalah pria yang suka bergonta-ganti pasangan. Erlang tidak ingin menanggung konsekuensi itu.Tampaknya Zoya tengah sibuk melayani kedua putranya yang sedang bersemangat melahap makanan malam itu. Kedua tangan rampingnya dengan cekatan mengupas udang di atas meja, lalu menyerahkannya bergantian pada kedua anak tersebut.Sejujurnya, tidak ada perbedaan kasih sayang yang dicurahkan untuk Angkasa dan Rafael. Sebisa mungkin, Zoya memperlakukan Rafael seperti anak kandungnya sendiri. Hanya saja, sikap Rafael cenderung mewarisi gen ibu kandungnya yang arogan dan hobi menimbulkan masalah. Hal itu membuat Zoya kewalahan dan terkadang kesabarannya menipis untuk men
Seandainya Maya sedang tidak bersama Jonny malam itu, dia pasti tidak akan segan segan untuk mendatangi meja Erlang secara langsung.Meski terkesan berani dan bertentangan dengan hati nurani, namun ini adalah salah satu tujuan utama Maya pada awalnya. Menciptakan kesalahpahaman di antara dua sejoli itu, bukankah itu sangat menarik?Akan tetapi, kehadiran Jonny mempersulit Maya untuk bergerak. Langkah gegabah itu hanya akan memicu kecurigaan bagi sang mantan. Jonny termasuk tipe pria buruk di mata Maya, yang mana pria itu dengan tega menipunya setelah berkencan selama kurang lebih dua tahun. Waktu yang lumayan lama, namun Maya tetap saja tertipu oleh mulut manis Jonny.Segalanya akan dilakukan jika dapat menguntungkan bagi Jonny. Tidak dapat dibayangkan jika Jonny mengetahui hubungan Maya dengan Erlang. Hal itu akan menjadi sebuah keuntungan baru bagi Jonny."Lang, kamu ngapain sih?" Zoya bertanya pada suaminya yang sedang sibuk dengan ponsel. "Hanya membalas beberapa email." Erlang