Share

Bab 8. Tuduhan dari Keily

"Nicholas!"

Sekalipun Claire berteriak, anak lelaki itu tetap tidak mau diam. Dia melempar benda apa saja yang bisa diraih oleh tangannya. Emosinya meluap, dia tidak bisa mengendalikan diri.

Namun, bukan Claire namanya jika harus mengalah saat itu juga. Dia melepaskan Nicholas, kemudian berdiri sedikit menjauh. Gadis itu berpikir bagaimana cara mendekati Nicholas.

"Keluar dari sini!" teriak Nicholas frustrasi.

"Oh, Tuhan. Kenapa kau membuat Nicholas marah?" Tiba-tiba Elena datang ketika mendengar keributan tersebut.

Dia sengaja memanas-manasi Nicholas dengan mengatakan kalau wanita yang berdiri di sampingnya adalah seorang ibu yang kejam di mana dirinya ditinggalkan demi lelaki lain. Anak itu pun menggeram, dia memberi tatapan dingin pada Claire.

Sementara itu, Keily mendekati Claire. "Kau tidak akan bisa mengambil hati Nicholas. Ingat itu!"

"Kenapa aku tidak bisa mengambil hati putraku sendiri?" Claire duduk melengkungkan punggung seelegan mungkin di dekat Nicholas. Dengan dagu sedikit terangkat, dia membalas tatapan Keily.

Claire menyembunyikan kekesalannya pada dua wanita sialan itu karena sudah berani mencampuri urusannya. Dia tahu bahwa Elena pasti sengaja menyusul ke kamar Nicholas agar masalah semakin runyam, maka dari itu dia tidak mau mengalah.

Sekalipun bukan ibu kandungnya, Claire tetap bisa menebak bahwa Nicholas hidup tertekan di mansion. Dia bisa melihat dari sikap anak itu dalam menghadapi masalah. Dia keras kepala seperti Chloe.

"Nicholas Sayang, kau tidak harus berusaha menerima kehadiran wanita itu. Kau boleh melakukan apa saja yang kau sukai dan mengusir siapa saja yang mengusikmu," kata Elena bersikap seperti seorang nenek yang baik hati.

"Benar, kau tidak harus mendengarkan wanita iblis ini, Nicho. Kau selalu ingat, bagaimana dia meninggalkanmu ketika kau masih membutuhkannya, kan?" tambah Keily membuat Claire berdecak.

"Bagaimana bisa kalian menanamkan pikiran buruk pada anak kecil? Seharusnya kalian mendidiknya jika merasa sebagai orang baik. Nicholas pasti tahu, siapa yang benar-benar peduli padanya!" balas Claire meraih kembali anak lelaki yang sudah dia anggap putra sendiri dan membawanya dalam pelukan.

Lihatlah bagaimana Nicholas tenang dalam pelukan wanita itu. Dia bisa merasakan cinta dan kasih sayang yang begitu tulus sekalipun takut jika saja ayahnya melihat mereka. Sejak dulu dia dipaksa berjanji untuk tidak membutuhkan ibu, tetapi nuraninya menginginkan yang lain.

Nicholas memang membenci ibunya karena gara-gara hidup tanpa ibu membuatnya dijauhi oleh teman-teman. Dia bahkan harus hidup tertekan di mansion sendiri. Sekarang dia seperti memiliki pelindung, Nicholas tidak bisa menolak sekarang.

"Nicholas, apa kau mau ayahmu marah?" Keily berusaha menarik tangan anak itu, tetapi kemudian Claire mencegahnya.

"Kau tidak memiliki hak untuk menjauhkanku dari putraku, Kei. Kau hanyalah menantu di sini, sama sepertiku. Bedanya suamiku masih hidup, sementara Ethan sudah meninggal!" Beruntung Chloe sudah memberitahu hal itu sejak awal pada Claire sehingga mudah melawan.

Claire memang tidak tahu semua masalah yang ada di mansion itu, tetapi paling tidak dia paham kalau Keily hanya mengejar harta suaminya. Chloe juga memperingatkan bahwa tidak semua yang tersenyum sungguh seorang teman.

"Lalu apa kau punya hak?" Elena maju selangkah dengan tatapan merendahkan. "Kau sudah selingkuh dari suamimu, meninggalkan Nicholas, lalu kembali seperti ibu dan istri yang baik?"

"Ibu, aku meninggalkan putraku bukan karena aku membencinya!" sentak Claire. Dia sekarang mengerti, siapa yang tegas, maka dia yang paling disegani.

Seperti Chloe, dia tidak ingin hidup di ujung telunjuk orang lain. Maka wanita yang semulanya lugu itu bersikeras ingin melawan siapa saja yang hendak merendahkannya. Lagi pula keberadaannya di sana untuk tujuan yang baik yakni menyatukan Chloe dengan suami dan putranya.

Dia teringat pada ancaman Chloe, di mana jika Claire gagal mengambil hati Kenneth, maka nyawa sang ayah benar-benar akan direnggut. Claire memejamkan mata sesaat sambil menggelengkan kepala tidak sanggup membayangkan hal itu terjadi.

Sekalipun Nicholas tenang dalam pelukan Claire, Elena tidak habis pikir. Dia memberi isyarat pada Keily agar dirinya bisa menghasut cucunya lagi. Wanita parasit itu mengangguk, dia menarik paksa tangan Claire menjauh dari kamar Nicholas.

Mereka berdiri di dekat tangga. Keily bertanya dengan nada angkuh, "kenapa kau kembali, Chloe? Apa kau tidak takut ayah mertua akan menghukummu atas kasus kematian Ethan?"

Gadis polos itu membuka mulut sedikit lebar, matanya membola. Dia tidak menyangka kalau kematian Ethan disebabkan oleh saudari kembarnya. Kaki Claire sudah gemetaran di bawah sana, tetapi dia tetap berusaha untuk berdiri tegak atau akan kembali diinjak.

"Jadi kau menuduhku sudah membunuh Ethan?"

"Aku tidak menuduh karena memang kenyataannya, betul?"

Claire ketakutan, wajahnya terlihat pucat dan tegang. Dia tidak tahu harus berbuat apa jika saja benar Chloe telah membunuh saudara iparnya sendiri. Namun, atas dasar apa? Menurut wanita itu, Chloe tidak mungkin melakukan pembunuhan hanya karena uang.

Memang benar kalau Chloe adalah wanita tamak, tetapi dia tidak pernah melakukan hal kotor seperti itu. Claire tidak percaya pada tuduhan Keily, dia yakin saudarinya tidak percaya dan akan menanyakan itu nanti.

"Tidak usah tegang, Chloe. Sebentar lagi riwayatmu pasti akan tamat. Kau salah sudah kembali melangkahkan kaki ke sini!" ledek Keily membuat wanita itu mengepalkan kedua tangan.

"Kau salah, Kei. Aku tidak pernah membunuh Ethan dan lihat saja, aku pasti bisa menunjukkan bukti!"

Bibir Claire yang gemetar berhasil membuat Keily tertawa. Dia tidak menyangka bisa menakuti wanita itu. Namun, bagi Keily, sekarang bukan saat yang tepat. Dia harus membunuh secara perlahan agar luka di hati Chloe tidak pernah pulih.

Dendam yang semakin membuncah menjadikan Keily semakin kesetanan. Dia mengepal kedua tangan sambil melangkah pergi atau akan menghabisi wanita itu. Dia merasa harus segera mengabari Billy, kekasih Jennifer yang juga sangat benci pada Chloe.

"Pergi!" Teriakan Nicholas terdengar nyaring.

Mendengar itu, Claire menggeram. Dia merasa tidak boleh membiarkan parasit mendekati putranya. Dia melangkah cepat menuju kamar itu, tetapi sebelum memasuki ruangan, tangannya sudah ditarik lebih dulu oleh Kenneth.

Tatapan mereka kembali beradu. Kenneth kesal karena jantungnya tiba-tiba berdegup tidak normal bagai pacuan kuda. Dia berusaha menepikan perasaan itu sekalipun sulit. Amarah dan rasa dendam harus dia utamakan saat ini atau wanita di hadapannya akan tertawa mengejek.

"Kau membuat putramu marah? Sebagai pengasuh yang baik, kau seharusnya paham apa yang diinginkan Nicholas. Kau mengasuh putramu, bukan orang lain, kenapa malah menimbulkan masalah?"

"Tuan Kenneth Wilson, Anda tidak tahu apa yang terjadi, maka lebih baik Anda diam saja!"

Sungguh, saat ini Kenneth ingin meremas bibir tipis milik Claire. Dia benar-benar kesal diperlakukan seperti itu apalagi mengingat dirinya yang tidak bisa menghukum wanita itu dengan berat sesuai janjinya dulu.

"Masalah apa yang kau ciptakan, Chloe? Jangan-jangan kau mengaku sebagai ibu Nicholas?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Viona Manurung
bagaimana sih lagi enak2 baca, eh.... disuruh beli koin.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status