Beranda / Urban / Istri Palsu Tuan Presdir / Bab 06. Mandikan aku!

Share

Bab 06. Mandikan aku!

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-10 18:26:17

Zea menghela napas panjang. Zayyan masih memungginya.

"Aduh, apa yang harus aku lakukan?" Gadis cantik bergelar dokter itu menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

Sementara Zayyan masih merajuk. Entah kenapa dibentak seperti tadi membuat hatinya sedikit tergores sakit? Zea adalah orang pertama yang berani membentaknya.

"Kak," panggil Zea. "Aku siapkan sarapan dulu ya, Kak," ujar gadis itu kikuk. Zea takut jika Zayyan menggamuk dan menyakiti ayahnya.

Zayyan masih tak menggubris. Entah kenapa dia ingin Zea membujuk serta merayunya seperti yang sering dilakukan Zevanya? Apakah ini hanya perasaan kebetulan atau memang Zayyan membutuhkan perhatian lebih dari seseorang? Sejak sang ibu meninggal, dirinya seperti kehilangan kasih sayang yang didapatkan oleh banyak orang.

"Iya sudah, Kak. Aku keluar dulu!" Zea mendesah saat lelaki itu tak menanggapi ucapannya.

"Tunggu!" cegah Zayyan saat Zea hendak keluar dari kamar.

"Eh, Iya, Kak." Zea berbalik dan tersenyum.

"Mandikan aku!" pinta Zayyan.

Sesaat Zea terdiam, seperti kehilangan kesabarannya saat mendengar ucapan lelaki yang berstatus suami kakaknya itu. Memandikan?

"Memandikan Kakak?" ulang Zea memastikan.

"Aku rasa pendengaranmu masih baik," ketus Zayyan menyimak selimutnya dan turun dari ranjang.

"Tapi 'kan Kakak bisa mandi sendiri," ucap Zea. Gadis itu melihat kesembarangan arah untuk menyembunyikan wajah merahnya.

"Kau ha–"

"Mommy!"

Tiba-tiba Ar masuk ke dalam kamar mereka sambil menangis.

"Astaga, Son!" Zayyan langsung menghampiri anaknya dengan wajah panik.

"Sayang, kenapa?" tanya Zea yang juga tak kalah panik.

"Hiks, Mommy!" Ar malah memeluk Zea sambil menangis.

"Iya, Son, kenapa? Ayo cerita sama Mommy!" Zea melepaskan pelukan keponakannya itu dan mengusap pipi basah Ar.

"Tuan Kecil." Dua pelayan baru saja datang dengan napas tersengal-sengal.

"Siapa suruh kalian masuk?" Zayyan menatap tajam kedua pelayan itu.

"Maaf, Tuan." Keduanya segera keluar dengan wajah pucat.

Zayyan paling tidak suka ada orang asing masuk ke dalam kamarnya kecuali Ar dan pelayan yang memang ditugaskan membersihkan kamar itu. Zea adalah orang ketiga yang boleh masuk dengan bebas dalam kamar lelaki itu. Bagi Zayyan, kamar adalah tempat privasi yang tidak boleh dimasuki sembarangan orang.

"Ar mau dimandikan sama Mommy. Ar tidak mau mandi sama Bibi." Air mata lelaki kecil itu berderai.

"Iya, Son. Ayo mandi sama Mommy!" ajak Zea berdiri. Ini adalah alasan supaya dia bisa bebas dari perintah aneh kakak iparnya itu.

"Siapa yang menyuruh kau keluar?" Zayyan menatap Zea tajam. Tangannya terlipat di dada dengan wajah kesal karena Zea terus saja membantah perintahnya.

"Kak, aku mau memandikan Ar," ucap Zea beralasan.

"Mandikan Ar di sini dan mandikan aku juga!" perintah Zayyan yang seperti tak bisa diganggu gugat.

"Tapi–"

"Iya, Mommy. Ar juga mau mandi sama Daddy," sambung Ar tersenyum ke arah ayahnya.

Zayyan tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya dia harus memberi hadiah pada anaknya karena sudah membantu membujuk wanita keras kepala itu.

"Ayo, Son!" Zayyan mengangkat tubuh kecil putra kesayangannya itu.

"Ayo, Dad," balas Ar memeluk leher Zayyan dengan posesif.

Zea menarik napas sedalam mungkin. Kenapa dia harus terikat dalam jerat kedua pria ini?

"Kenapa masih berdiri di situ?" sindir Zayyan melihat Zea yang masih diam saja. "Siapkan air mandi untuk aku dan Ar!"

* * *

"Ah, Sayang, ayo lebih cepat lagi! Aku sudah tidak tahan."

Di sebuah kamar mewah tampak dua orang saling bergelut di atas ranjang. Bibir keduanya terus mengecap dari tadi, bertukar saliva satu sama lain untuk mencari kenikmatan dan sensasi dari masing-masing sentuhan.

"Kau benar-benar enak, Sayang," ucap sang lelaki melepaskan pangutan mereka.

Lelaki itu beralih ke arah perut. Beberapa kali dia menyesap perut putih mulus wanita yang ada di bawahnya sehingga meninggalkan bekas kenikmatan.

"Marvin, ayo teruskan!" seru wanita tersebut.

Keduanya bergantian memimpin permainan mereka. Hingga akhirnya mereka sama-sama kelelahan karena pergulatan panas tersebut.

"Kau berkeringat, Sayang," ujar sang lelaki menyeka keringat yang membasahi dahi wanita itu.

"Kali ini permainanmu luar biasa, Marvin. Aku menyukainya," imbuh sang wanita memeluk lelaki itu dengan erat.

"Tentu saja. Aku selalu membuatmu puas," balas sang lelaki mengecup ujung kepala wanita yang tengah bersandar di atas dadanya itu.

Napas keduanya masih tersengal-sengal. Entah berapa ronde yang mereka mainkan malam ini, keduanya seakan tak pernah puas walau diulang berkali-kali.

"Terima kasih, Sayang," ujar sang wanita tersenyum senang setelah merasakan kehangatan yang belum pernah dia dapatkan dari suaminya.

"Aku juga berterima kasih padamu, Sayang," balas lelaki bertato tersebut.

"Bagaimana keadaan perusahaanmu?"

"Masih belum stabil. Kau harus bekerja lebih keras lagi membujuk Zayyan agar dia mau menginvestasikan uangnya ke perusahaanku," ucap lelaki itu.

"Huh, aku malas sekali jika harus membujuk pria kaku itu," ketus sang wanita.

Lelaki itu malah terkekeh. Tangannya mengusap rambut panjang wanita yang ada dalam dekapannya ini.

"Jangan begitu. Bagaimanapun Zayyan adalah pohon uang kita," ucap sang pria. "Atau sebaiknya kau pulang saja dulu ke rumah?" saran lelaki tersebut.

"Pulang?"

Zevanya Ananda Mikola, wanita cantik dan model papan atas berusia 25 tahun. Dia dinikahi dan menikahi pria kaya raya dan pewaris utama Leigh Group untuk saling menguntungkan sama sekali. Di mana Zevanya harus melahirkan anak untuk pria itu agar mewarisi harta kekayaannya. Tentu ada perjanjian tertulis di antara mereka.

Dalam pernikahan sang suami tidak menerima wanita itu sebagai istrinya. Sementara Zevanya juga merasakan hal yang sama. Jadi, pernikahan mereka hanya sebagai status untuk menutupi diri dari publik.

"Aku yakin jika aku pulang, pria brengsek itu tidak akan mengampuniku," jawab Zevanya.

"Zayyan tidak akan membunuhmu, Sayang. Ar sangat menyayangimu, jika dia menyakitimu sama saja dia menyakiti putranya sendiri," ujar Marvin. Marvin adalah teman ranjang Zevanya. Keduanya menjalin hubungan sejak awal pernikahan Zayyan dan Zevanya. Tak hanya itu, Marvin juga sebagai salah satu tempat dirinya berlari saat Zayyan selesai memberinya uang puluhan hingga ratusan juta.

"Sejak anak itu lahir, aku tidak peduli padanya," sahut Zevanya.

* * *

Miko duduk dengan tatapan kosong sambil menatap foto kedua putri kembarnya.

"Zea, maafkan Ayah, Nak. Ayah tidak bermaksud menjadikanmu penganti dari kakakmu," ucapnya merasa bersalah.

Sebagai seorang ayah, sebenarnya Miko sangat cemas dengan kehidupan baru Zea. Sebab dia tahu bagaimana kejamnya Zayyan. Pria kejam yang tak memiliki perasaan. Tak bisa Miko bayangkan jika Zayyan tahu bahwa Zea bukan istrinya, pasti lelaki itu akan mengamuk dan bisa saja membunuh Miko dan Zea.

"Paman," panggil seorang pria tampan masuk ke dalam ruang kerja lelaki paruh baya itu.

Secepatnya Miko mengusap air matanya dan menyimpan foto itu kembali ke dalam nakas.

"Ada apa, Sean?" Dia tersenyum ramah pada pria yang berbaju putih khas kedokteran itu.

"Aku tidak suka basa-basi, Paman. Di mana Zea?"

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Angel Soares
novel ini bagus untuk di baca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 8. (Ending)

    Satu tahun kemudian ...Samuel, Josua, Niko dan juga Sean, keempat pria tampan dengan sejuta pesona itu keluar dari ruangan rias. Mereka memakai tuxedo dengan warna yang sama. Dilengkapi dasi kupu-kupu yang membuat tampilan mereka begitu memukau. Saat mereka berjalan ke arah karpet, merah jepretan kamera saling menggema dan bersahutan untuk memotret pria-pria tampan yang menyerupai dewa Yunani itu. Hari ini, Sean, Josua, Niko dan juga Samuel mengakhiri masa lajang mereka. Pria-pria matang yang berusia dewasa itu akhirnya memutuskan untuk berkeluarga, walau sebelumnya banyak pertimbangan. Namun, siapa sangka sekarang telah menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya. "Ayah!" sapa si kembar melambaikan tangannya dari jarak jauh. Sean tersenyum melihat anak-anak Zea yang begitu antusias menyambut hari bahagianya. Sekarang, ia benar-benar sudah bisa melepaskan semua perasaan cintanya pada wanita yang pernah bersemayam begitu lama. Sean sudah menemukan wanita yang tepat untuk

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 7.

    "Kenapa lama sekali sih?" Samuel melirik arloji yang ada di tangannya. Menunggu adalah hal paling membosankan. Lelaki itu tampak gelisah, apalagi waktu terus berjalan. Dia bisa terlambat dan nanti akan diledek oleh Josua dan juga Niko. Malam ini, Josua dan Niko sengaja mengajak Samuel untuk bertemu di sebuah restoran membawa pasangan masing-masing. Jika Samuel belum juga menemukan calon pasangan hidupnya. Maka, Josua dan Niko akan mencarikan sendiri, calon yang tepat untuk sahabat mereka tersebut. Derap langkah kaki membuat Samuel mengangkat pandangannya. Seketika lelaki itu mematung bahkan tanpa sadar berdiri dari duduknya. Mulutnya terbuka lebar dan mengangga karena melihat perubahan yang begitu signifikan pada asisten sekaligus gadis berkacamata tebal yang selalu mengikuti perintahnya. "Sudah selesai, Tuan!" ujar salah satu pelayan butik. "Hem!" Samuel berdehem sambil memperbaiki dasinya yang setengah bergerak.Riri tersenyum kaku, jujur saja dia tak nyaman dengan dress ini.

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 6.

    Sean keluar dari ruangannya. Jam sudah menunjukkan pukul siang tengah hari. Waktunya ia makan siang. Langkah lelaki itu terhenti saat melihat Ema duduk di bangku tunggu depan ruangan ibunya. Bersama seorang pria berseragam polisi yang tidak lain adalah Bima. Entah, kenapa ia tidak suka melihat lelaki itu. "Itu kan 'pria kemarin? Apa itu kekasihnya?" ujar Sean, nada bicaranya tampak tak suka. Tidak mungkin dia menyukai Ema. Pertemuan mereka hanya kebetulan, bukan keinginan. Tampak Ema berbicara serius dengan Bima. Sesekali Bima mengusap punggung gadis itu untuk menyalurkan kekuatan padanya. Sean menghampiri mereka berdua. Ia sedikit penasaran, apa yang dibicarakan oleh kedua orang itu. "Dokter Sean," sapa Ema sambil berdiri. Sean mengangguk. "Bagaimana keadaan Ibu?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Bima. Sean seperti sedang bermusuhan dengan orang yang baru saja ditemui dan kenal. Sementara Bima memperhatikan Sean dari ujung kaki sampai ujung rambut. Satu kata, Sean tidak hanya t

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 5

    "Terima kasih, Dok." Ema melepaskan sealbeat di tubuhnya. "Aku ingin menjengguk ibumu juga." Tanpa menunggu jawaban dari Ema. Sean turun keluar duluan dari mobil. "Apa, Dok?" Ema ikut keluar dari mobil. "Tapi di ini sudah malam, Dok," sambungnya. "Memangnya kenapa kalau malam?" Sean menaikan kedua alisnya. "Apa Dokter tidak ingin istirahat?" tanya Ema mendesah pelan. "Ini rumah sakitku, aku bisa istirahat di ruanganku nanti!" jawab lelaki itu sombong, lalu dia berjalan duluan. Ema menghela napas panjang lalu mengikuti langkah kaki Sean. Sampai di depan ruangan sang ibu, Ema berhenti sejenak. Dia mengelus dadanya, seakan ada rasa sakit yang terasa mencengkeram di sana. "Ada apa?" tanya Sean heran. "Tidak apa-apa, Dok. Saya hanya sedang mengontrol emosi, supaya tidak terlihat sedih di depan ibu." Anak mana yang tidak akan sedih melihat wanita yang sudah melahirkannya terbaring lemah di atas ranjang. Sean manggut-manggut paham. Dia masih berdiri di belakang Ema yang hanya tingg

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 4.

    "Kau mengingatku, Niko?" Gadis itu tersenyum mengejek ke arah lekakis yang tampak syok melihat wajahnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Niko terdengar begitu dingin. Gadis itu malah tersenyum santai, sembari mengigit apel di tangannya. Dia suka melihat wajah kesal dan marah Niko padanya. Hal itu menjadi kesenangan tersendiri pada diri gadis tersebut. "Kenapa kau menggagalkan pengiriman senjataku, Nara?" tanya Niko marah. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, Niko," ujar gadis bernama Nara itu. Rambut panjang yang sengaja dikuncir kuda. Matanya coklat dengan hidung mancung. Senyumnya manis, apalagi memakai pakaian ketat ala seorang bodyguard. "Maksudmu?" Gadis itu melempar ponselnya ke arah Niko. Lelaki tersebut mengambil ponsel itu dengan cepat. "Lihatlah!" Niko melihat video yang ada di layar ponsel milik Nara. Pupil matanya hampir saja keluar ketika melihat apa yang ada di sana. "Kau pikir pengiriman senjatamu aman? Untung saja tuan Zayyan segera m

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 3.

    Sean terdiam mendengar jawaban Ema. Entah, kenapa hatinya merasa tergerak mendengar penuturan gadis itu. "Anda ingin pesan apa, Dok?" tanya Ema lagi yang masih memegang kertas dan juga pulpen di tangannya.Sean terdiam sejenak, lalu dia menatap Ema. "Duduklah!" suruhnya. "Hah?!" "Duduklah!" titahnya lagi. Ema menurut dengan wajah polosnya. Sebenarnya dia bingung, kenapa Sean malah memintanya duduk? "Ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanya Ema tak nyaman. Sebab, para pelayan yang lain menatap ke arahnya. "Sudah makan?" Ema menggeleng karena memang dia belum makan. Setelah shif siang tadi. Dirinya langsung ke restoran hingga lupa makan malam. Sean lalu melambaikan tangannya pada salah satu waiters dan memesan makanan untuk mereka berdua. "Biar saya saja, Dok!" ujar Ema. "Jangan!" cegah Sean. "Duduklah, kita makan bersama," ucapnya. Walaupun dengan nada dingin, tetapi terdengar perhatian. "Tapi, Dok–""Menurutlah, Ema!" tekan Sean yang sedikit geram. Wanita di luar sana berlomb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status