"Hujan lagi, Mobilku lumayan jauh,” berjalan mendekati mobilnya yang tidak jauh terparkir.
“Sudah gelap hujan pertir lagi,” ucap Aurora menyetir mobil dengan hati-hati, lalu melirik ke kiri dan kanan jalan yang ia lewati.
Aurora menyetir mobil dengan santai di temani dengan lagu favoritenya. Agar ia tidak terlalu mendengarkan petir, yang membuat dia takut. Ia bernyanyi dengan riang dengan suara yang terdengar kekanak-kanakan, namun merdu untuk didengar.
Setelah beberapa menit menyetir, ia melihat seseorang yang seperti membutuhkan pertolongan. Tiba-tiba keluar dari gang yang tidak jauh dari rumahnya. Laki-laki yang penuh dengan luka, dan sangat menyedihkan. Tetapi terlihat sangat tampan, dan juga memiliki tubuh yang atletis.
“Sepertinya dia butuh bantuan,” turun dari mobil lalu menghampiri laki-laki tersebut.
“Wajah itu? Tapi tidak mungkin,” masih terus berjalan dan melihat laki-laki itu tergeletak di tanah.
Aurora sengaja memarkirkan mobilnya yang cukup jauh untuk melihat laki-laki tersebut, ia menggunakan payung dan dress yang berwarna hitam. Di tambah dengan sepatu hak yang tinggi, tidak senada dengan baju yang ia gunakan, dengan kuncir dua dan kacamatanya. Hari ini terlihat sangat cantik.
Payung tersebut menutup pandangan laki-laki sekarat itu dari langit yang di lihatnya, lalu laki-laki itu menatap Aurora dan pingsan.
“Cantik, siapa kau?” ucap laki-laki itu sebelum pingsan.
“Hey bangun! Apa kau baik-baik saja?” tanya Aurora dengan suara gelagapan, masih terus berusaha membangunkan Alex.
“Kenapa setelah menatapku dia jatuh pingsan! Tapi kau terlihat tampan,” ucapnya dengan nada kekanak-kanakan.
“Aku akan membawamu pulang!” berusaha untuk mengangkat tubuh Alex.
Aurora melihat ada bekas tusukan di dada, perut, dan juga bekas tembakan di tangan laki-laki tersebut. Dengan cepat dan kekuatannya ia memapah Alex, untuk masuk kedalam mobil dan membawanya pulang untuk di obati.
“Ternyata kau juga berat sekali, ” ucap Aurora, masih terus berusaha membawa Alex untuk masuk kedalam mobil.
“Aku harus segera pulang dan menyelamatkannya. Jika, tidak. Hidupnya bisa berbahaya,” ucapnya, lalu menghidupkan mobil dan menyetir dengan cepat.
Beberapa hari kemudian, Alex sadarkan diri dan kaget. Karena tangan halus memeluk tanganya dan wajah wanita tersebut tersenyum ketika melihat dirinya sadar.
“Kau sudah sadar? Apa ada yang sakit atau perlu sesuatu?” tanya Aurora dengan gelagapan, tetapi terlihat khawatir.
“Tidak perlu aku baik-baik saja, terima kasih,” ucap Alex dengan dingin.
Aurora keluar dari kamarnya dan membiarkan Alex untuk beristirahat. Untuk memulihkan lukanya yang cukup serius, sementara sang Papa, terus memanggil dirinya entah apa yang akan terjadi kepadanya kali ini.
“Aurora!” teriak Alano yang terus memanggil sang putri sulung.
“Ada apa, Pa?!” tanya Aurora yang mendekati sang papa yang berteriak-teriak.
Sebuah dokumen yang di tangannya langsung dilempar oleh Alano ke wajah Aurora, yang sudah berada di depannya. Aurora kaget, namun karena sudah terbiasa dia hanya diam tidak berkata apa-apa.
“Dasar bodoh. Apa kau ingin membuat grup Zucca bangkrut, Hah!” teriak Alano di depan semua orang yang ada di rumah tersebut.
“Maaf… aku… akan memperbaikinya,” jawab Aurora, terbata-bata.
Alano mendekati sang putri sulungnya tersebut, lalu menatap tajam mata Aurora yang terlihat sangat ketakutan itu, setelah itu ia menarik dagu sang putrinya lalu berkata: “Dasar anak bodoh dan sampah. Kenapa kau harus menjadi putriku,” ucap Alano sebelum pergi meninggalkan semua orang yang berada di ruangan tersebut.
Deg!
Lagi-lagi Aurora harus mendengar kata-kata itu dari mulut sang Papa, meskipun sering diucapan untuk dirinya. Tetapi, tetap saja membuatnya terasa sangat sakit dan ingin menyerah.
‘Bodoh, iya aku memang bodo kapan aku menjadi pintar. Jika setiap hari semua orang memanggilku dengan sebutan bodoh!’ ucap Aurora kepada dirinya sendiri, seketika air mata mengalir.
Ia berjalan menuju ruang kerjanya yang tidak jauh dari kamarnya sendiri, ia memperbaiki dokumen yang diberikan oleh sang papa tersebut, ia memperbaiki semuanya dan sangat teliti ia tidak ingin membuat kesalahan sekecil apapun itu lagi.
Melihat sang kakak yang sibuk bekerja di ruang kerjanya, Gabriell memiliki ide untuk membuat Aurora dimarahi lagi oleh sang Papa, Ia mendekati sang kakak dan mulai melakukan kelicikannya.
“Apa yang kau lakukan sekarang?” tanya Gabriell, mendekati Aurora yang masih sibuk dengan leptopnya.
“Aku memperbaiki dokumen yang Papa berikan padaku tadi,” jawab Aurora singkat, dengan gelagapan masih sibuk dengan Leptopnya.
Gabriell mendekat ke arah meja Aurora, ia memegang segelas kopi di tangannya, lalu mendekati sang kakak dan pura-pura melihat dokumen-dokumen tersebut, lalu menyiramkan kopinya.
“Ahhhh, maafkan aku tidak sengaja kak,” ucap Gabriell berpura-pura.
“Gabriell apa yang kau lakukan, lihat dokumen-dokumennya jadi basah dan juga kotor seperti ini!” bentak Aurora, kepada sang adiknya dengan nada gelagapan.
Ia diam sejenak dan mulai melakukan sesuatu untuk membuat Aurora dimarahi oleh sang Papa, melihat Aurora yang panik dengan dokumen-dokumen tersebut, Gabriell sangat senang dan juga puas.
Prang!
Gelas yang dipegang oleh Gabriell sengaja ia jatuhkan ke lantai, lalu ia pura-pura kesakitan dan terluka agar sang kakak akan dimarahi nantinya.
“Ada apa ini?” tanya wanita paru baya itu, mendekati mereka berdua yang terlihat berisik, Victoria Zucca.
“Maa, lihat kakak marah padaku, dia memarahiku lalu membuat tanganku terluka hik hiks!” tuduh Gabriell berbohong kepada Victoria.
“Aurora!” teriak Victoria kepada putri sulungnya tersebut.
Plak!
Satu tamparan mengenai pipi Aurora, ia hanya diam ketika sang Mama memarahinya habis-habisan, ia tidak bisa membela dirinya sendiri, ketika ia bersuara dan mengatakan yang sebenarnya juga percuma. Mereka tidak ada yang percaya, bahkan akan menghukum Aurora.
“Dasar anak bodoh, tidak berguna kenapa kau harus hidup di dunia ini!” jerit Victoria kepada Aurora tersebut.
“Ma, Aurora tidak melakukannya,” ucap Aurora dengan gelagapan, masih berusaha untuk membela dirinya.
Mendengar suara ribut-ribut di ruang kerja Aurora, sang papa Alano mendekati mereka yang ribut-ribut, karena membuatnya tidak konsentrasi bekerja.
“Ada apa ini, kenapa kalian ribut-ribut seperti ini?” tanya Alano kepada istrinya, Victoria.
“Lihat Pa, anak bodoh ini. Dia melukai Gabriell, hanya karena tidak sengaja menumpahkan kopi di dokumen yang Papa minta untuk diperbaiki!” pekik Voctoria penuh dengan emosi.
Alano menarik tubuh Aurora untuk dihukum, ia menyeret putri sulungnya tersebut sampai di dalam ruangan untuk dihukum seperti biasanya, Aurora memohon-mohon pada sang Papa tetapi Alano tidak memperdulikannya.
“Pa, dengarkan Aurora dulu!” teriak Aurora, memohon kepada sang papa, Alano.
Bruk!
Brak!
Membanting tubuh Aurora ke lantai, lalu menutup pintu dengan kasar Alona mulai menghukum Aurora dengan mencambuk, tetapi menggunakan ikat pinggangnya, Aurora hanya menangis dan terus menahan sakit. Karena sudah banyak bekas cambukan ditubuhnya.
“Maafkan Aurora Pa, maafkan Aurora,” ucap Aurora masih terus memohon.
Setelah selesai Alano pergi dari ruangan hukum tersebut, Aurora yang sudah tidak berdaya lagi masih tergeletak di lantai, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang tampan mendekatinya ia tersenyum melihat laki-laki itu.
“Maukah kau menikah dengan ku? Mari kita menikah?” ucap Aurora sebelum akhirnya ia jatuh pingsan di dalam pelukan sang laki-laki tersebut.
“Ternyata mereka juga begitu kejam kepada anak sendiri,” ucap Alex yang jauh dari mereka.Alex mendengar keributan di luar, ia memberanikan diri untuk keluar dan memeriksa apa yang sudah terjadi di sana. Ternyata papanya Aurora yang memarahinya, karena sebuah dokumen. Alex hanya diam saja tidak berani melakukan sesuatu, ia juga tidak ingin ikut campur urusan orang lain.“Tapi kasian juga dia, hanya karena dokumen dia harus dimarah sampai seperti itu,” kata Alex berusaha untuk mengabaikan mereka.Akhirnya Alex kembali ke dalam kamarnya dan juga berbaring kembali, agar lukanya cepat pulih dan dia akan keluar dari rumah tersebut. Karena tidak bisa diam saja lalu merasa gelisa, Alex akhirnya berkeliling kamar Aurora yang cukup luas.Ia melihat sekeliling dan di kamar tersebut tersusun rapi kebutuhan Aurora, dimulai dari sepatu, tas, baju dan aksesoris miliknya, dan ia menemukan sebuah pintu tetapi tidak tau pintu tersebut menuju ke arah mana.“Apa aku termasuk lancang jika membuka pintu
“Mari kita menikah,” ucap Alex menawarkan diri kepada Aurora yang ternyata sudah sadarkan diri.“Apa kau sudah memutuskan untuk menikah dengan ku? Kau yakin akan menikahi ku?” tanya Aurora, dengan dengan gelagapan ia masih tidak percaya.Alex hanya tersenyum tidak mengeluarkan satu kata pun, dengan senang hati Aurora memeluk tubuh Alex yang masih berada di samping tersebut.“Terima kasih, Aku berjanji akan menjadi istri yang baik lalu merawatmu dengan baik,” ucap Aurora yang terlihat sangat bahagia.Satu bulan telah berlalu, Alex menikahi wanita tersebut yang bernama Aurora Violetta Zucca, putri sulung dari grup Zucca, yang bernama Alano Zucca. Sekarang ia masih tidak mengerti keluarga seperti apa yang ia dapatkan sekarang.“Kenapa Tuan besar mau menikahkan tuan muda tampan itu kepada nona Aurora. Bukankah dia lebih cocok menikah dengan nona muda Gabriell, yang lebih pintar dan menggoda?” ucap pelayan rumah tersebut.“Iya kau benar, nona Aurora dan juga nona Gabriell sangat jauh berb
“Alex! Bolehkah aku ikut pergi ke kantor bersama mu,” ucap Gabriell, penuh dengan semangat.“Mobilmu, bukankah kau punya mobil sendiri?” tanya Alex.“Lagi di bengkel,” jawab Gabriell dengan santai.Melihat Alex yang ingin pergi ke kantor, Gabriel mengambil kesempatan untuk pergi bersama dengan kakak iparnya tersebut dengan alasan tidak membawa mobil, Alex menerima tawarannya dan mereka pergi bersama.“Terima kasih sudah mau pergi bersama,” ucap Gabriell.“Iya, kita satu kantor juga!” jawabnya ketus.Selama diperjalanan Alex hanya diam dan tidak bicara satu katapun kepada adik iparnya tersebut, dia hanya fokus menyetir.Sementara, Gabriell yang merasa sangat bahagia dan juga tidak ingin menyia-yiakan kesempatan. Ia terus mempercantik dirinya dengan memakai lipstik kembali agar Alex tergoda oleh dirinya.“Alex menurut mu lipstik mana yang cantik,” menunjukan dua lipstik ke pada Alex.Alex merasa terganggu namun, dia juga tidak mungkin mengabaikan Gabriell akhirnya Alex pun menjawab. “Se
“Maaf aku tidak sengaja menabrak seseorang, untung saja tidak apa-apa,” ucap Aurora.“Kenapa bisa menabrak mereka?” tanya Alex kepada istrinya.Aurora hanya diam, ia tidak menjawab pertanyaan dari suaminya tersebut. Tetapi Alex yang menggambil kotak P3K berhenti melangkahkan kakinya ketika tidak ada jawaban dari sang istrinya.Setelah menggambil kotak tersebut, Alex pergi kearah Aurora yang duduk di sofa. Tatapan tajam A;ex seakan-akan ingin menelan Aurora hidup-hidup, Aurora yang takut dengan tatapan tersebut langsung menundukan kepala tidak berani menatap Alex.“Kenapa diam, aku bertanya padamu?!” tanya Alex dengan nada sedikit marah.“Aku… mengantuk,” jawab Aurora berbohong.Mendengar jawaban itu, Alex hanya bisa menghela napas panjang. Dia tidak tau harus berkata apa lagi. Alex membuka kota obat tersebut, lalu mengambil kapas dan menggoleskan betadin di kapas.“Jika kau mengantuk kenapa pergi ke kantor, kau bisa istirahat di rumah,” ucap Alex, menggoleskan obat di dahi Aurora yang
"Tema apa yang akan diambil kali ini?” tanya Genaro, kepada Florenza yang massih fokus dengan komputernya.“Aku tidak tau, lebih baik kau tanyakan saja kepada tim desain sendiri. Aku masih sibuk dengan pekerjaan, di tambah gagalnya kita mendapatkan investor tersebut!” jawab Florenza, dengan sedikit ketus.Genaro hanya bisa menarik napas panjang mendengar jawaban dari sang kekasihnya itu, lalu ia pergi dari ruangannya dan menuju ke ruangan tim desain.Saat berjalan menuju ke ruangan tim desain, tiba-tiba Genaro merasa bahwa ia pernah melihat wanita Aurora. Namun, ia lupa kalau pernah melihat Aurora dimana.“Apa perasaan ku saja ya, tapi aku merasa pernah melihatnya. Tetapi dimana ya?” tanya Genaro kepada dirinya sendiri, lalu melajutkan tujuannya keluar dari ruangannya tersebut.“Tunggu… bukankah wanita itu mirip sekali dengan… tapi tidak mungkin,” ucap Genaro yang bingung dengan dirinya sendiri.Genaro masuk kedalam ruang desain Romano Grup, ia melihat direktur desain yang masih sibuk
“Tidak ada hal yang harus aku jawab,” ucap Aurora, lalu pergi meninggalkan Alex yang masih berada di toilet tersebut.Alex berjalan menggikuti Aurora dari belakang, ia ingin melihat kemana istrinya tersebut akan pergi. Kali ini Alex juga ingin tau apa rencana Gabriell untuk mencelakai Aurora.“Dia sangat keras kepala, aku sungguh tidak bisa melakukan apa-apa,” ucap Alex yang masih kesal dengan tingkah Aurora.Gabriell melihat Aurora dan Alex yang terlihat berjalan beriringan, dia yang sangat penasaran akhirnya mengikuti mereka berdua. Tidak sampai di sana, Gabriell juga melihat raut wajah sanga kakak yang terlihat sangat sedih, membuat dia sangat bahagia.Menurut Gabriell kebahagiannya adalah melihat sang kakak yang menderita dan dibenci oleh orang di sekitarnya. Ditambah sang Nenek dan juga seluruh keluarga besar Zucca tidak menyukainya.“Ini baru permulaan Aurora, kau tunggu saja hal menarik dan kejutan untukmu akan segera tiba!” ucap Gabriell yang masih memandang Aurora dan juga A
“Ada apa, apa yang kau temukan?” tanya Leon penasaran, lalu mendekati Renzo.“Oh Tuhan… apa ini nyata?” ucap Leon, masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.Mereka bertiga masih menggali informasi tentang sniper tersebut, ternyata selama ini sniper tersebut yang belum berhasil ditundukan oleh Genaro. Achilleo Cammaro, seorang laki-laki keturunan Afganistan. Ia adalah seorang tentara angkatan udara, yang difitnah lalu pergi dari Afganistan, dan menjadi anak buah Alex pada beberapa tahun yang lalu.“Renzo, coba lihat dengan teliti lagi. Mungkin kita bisa menemukan tempat tinggalnya sekarang,” ucap Roman.“Informasinya sudah tidak ada lagi, tidak mungkin kita akan menemukannya dengan mudah. Kau tau pekerjaannya itu berurusan dengan nyawa,” jawab Leon.“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Renzo.Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk meretas data pribadi Achilleo Cammaro lebih dalam lagi, setelah selesai mereka menemukan petunjuk tentang Achilleo.Achilleo adalah
“Di mana Alex, kenapa dia belum pulang sampai sekarang,” Aurora yang masih menunggu Alex yang belum pulang.“Apa dia pergi bersama dengan Gabriell, dia juga belum pulang,” ucap Aurora, yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya.Aurora yang masih terus menunggu kedatangan suaminya, tiba-tiba ibu tirinya datang menghampiri, ia tau bahwa anak tirinya tersebut menunggu kepulangan sang menantu.Dengan sedikit tersenyum ia berkata, “Untuk apa kau menunggu suamimu pulang, dia belum pulang sekarang karena pergi bersama Gabriell,” ucap Victoria.Aurora yang dari tadi mondar mandir tiba-tiba berhenti dan menatap tajam sang mama, “Apa yang mama katakan,” tanya Gabriell dengan gelagapan.“Apa kau tuli, mereka berdua pergi bersama,” ucapnya sekali lagi.“Kemana, kanapa aku tidak tau,” tanyanya kembali.Victoria tidak menjawab pertanyaan Aurora, ia langsung masuk kedalam rumah dan meninggalkan Aurora sendirian kembali.‘Kemana dia pergi, apa benar yang diucapkan oleh Mama, kenapa Alex tidak memberitah