Darren Harison putra tunggal seorang pengusaha kaya raya dengan banyak perusahaan yang sedang menyelesaikan S3 di luar negeri, terpaksa kembali kenegaranya untuk mengambil alih dan mengurus bisnis keluarga. Sebuah kejadian membuat pemuda itu memutuskan untuk merahasiakan identitasnya. Ia yang merasakan sebuah ketidak beresan dalam bisnis ayahnya hingga memilih menyamar menjadi seorang karyawan untuk menyelesaikan semua masalah. Namun perjalanannya tidak semulus yang diharapkan, banyak halangan dan rintangan harus dihadapi, bahkan nyawanya harus terancam untuk menyelesaikan semuanya. Tidak ada yang tahu dibalik jati diri Darren sebagai anak pengusaha, ada jati diri lain yang lebih besar ia sembunyikan
Lihat lebih banyakSeorang pemuda berwajah tampan melangkah tenang memasuki halaman kantor megah yang bertuliskan "Anugerah Langit Corporation." Dengan seragam satpam yang tampak biasa saja, tak ada yang istimewa kecuali wajah tampannya. Wajahnya yang bersih dan terawat tampak tak selaras dengan seragam satpam yang ia kenakan. Di atas saku seragamnya tertera nama "Kemal Halim." Namun, tidak ada yang tahu, di balik penampilan sederhana itu, tersembunyi sosok yang sangat penting yang bisa mengguncang perusahaan ini dari dalam.
Begitu sampai, ia menyadari betapa cepatnya para karyawan berdatangan ke kantor tersebut. Mereka sibuk berjalan tanpa meliriknya sedikit pun, seolah kehadirannya tidak berarti. Beberapa dari mereka bahkan melemparkan komentar sinis ketika melintas di dekatnya.
âSatpam baru, ya? Wajahnya lumayan. Tapi aku ragu apa dia mampu bertahan, atau sama saja seperti satpam-satpam sebelumnya,â salah seorang karyawan berkata dengan nada mengejek, diikuti tawa kecil dari rekannya.
Nama aslinya Darren Harison, anak orang terkaya di negaranya. Ia diminta untuk mengambil alih semua bisnis keluarga karena sang ayah sedang sakit keras.
Darren menahan napas sejenak, membiarkan ucapan itu berlalu. Amarahnya menggelitik di dalam dada, tapi ia memilih untuk menahan diri. Meski bisa saja ia membalas, Darren tahu bahwa penyamarannya sebagai satpam harus tetap terjaga jauh lebih penting. Belum saatnya dia menunjukkan diri siapa sebenarnya. Seorang pewaris tunggal perusahaan terbesar di negeri ini.
Ia diam dan terus menjalankan tugasnya. Namun, setiap langkah karyawannya menjadi pengingat betapa banyak yang perlu diubah di perusahaan ini. Baginya, hari itu hanyalah awal dari perjalanan panjang untuk mengetahui kenyataan yang tersembunyi di balik dinding megah Anugerah Langit Corporation.
Setelah menghabiskan hari pertama yang melelahkan, Darren kembali ke apartemen kecil yang ia sewa. Duduk di atas ranjang, tubuhnya terasa letih bukan hanya karena pekerjaan fisik yang tidak sesuai dengan jobdesknya, tetapi lebih karena tertekan. Perusahaan yang kelihatannya kokoh dari luar, ternyata dipenuhi keangkuhan, antipati, sikap sinis, dan masalah-masalah internal yang tidak kelihatan di permukaan.
Keesokan paginya, Darren berdiri di depan cermin di apartemennya. Seragam satpam itu sekarang sudah terasa akrab di tubuhnya. Rambutnya sengaja ia biarkan sedikit berantakan, berbeda jauh dari penampilan rapi dan formal yang biasanya ia kenakan. Dia menatap cermin dalam-dalam, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa penyamaran ini adalah langkah yang tepat.
Sebelum berangkat, Darren menghubungi Vina, wanita yang paling dipercaya keluarganya untuk mengurus perusahaan.
"Bu Vina, hari ini rapat direksi, kan?" tanya Darren melalui telepon.
"Iya, Mas Darren. Semua sudah siap. Bagaimana? Apakah anda bisa menghadirinya?" tanya Vina dengan nada hati-hati.
Darren menghela napas. âAku belum ingin memperkenalkan diriku sekarang. Aku punya rencana sendiri untuk perusahaan. Sementara waktu biarkan aku menyamar. Aku ingin melihat langsung bagaimana para direksi dan manajer ini bekerja tanpa tahu bahwa aku mengawasi mereka. Atur supaya aku bisa berada di sana sebagai satpam tanpa menarik perhatian.â
"Baik, Mas Darren. Serahkan padaku."
Pukul sembilan pagi, para pejabat tinggi perusahaan mulai berdatangan. Suasana kantor tampak berubah drastis. Para karyawan tampak lebih serius dan sibuk, memastikan semua berjalan lancar menjelang rapat penting tersebut. Darren berdiri di sudut ruangan, mengawasi dari kejauhan, memantau setiap gerakan dengan tatapan tajam namun tak mencolok.
Di ruang rapat, suasana semakin tegang. Meja panjang dari kayu mahoni dipenuhi oleh para direktur dan manajer, masing-masing mengenakan pakaian formal terbaik mereka. Kursi di ujung meja tetap kosong, kursi yang seharusnya ditempati oleh Darren sebagai pewaris perusahaan. Namun, Darren berdiri beberapa meter dari meja, berpura-pura menjadi petugas keamanan.
Tak lama kemudian, Vina memasuki ruangan dengan penuh wibawa. Langkahnya mantap, setiap orang berdiri menghormati kedatangannya. Wajahnya menunjukkan keyakinan yang teguh, kualitas yang membuatnya sangat dihormati di perusahaan.
"Silakan duduk," katanya singkat namun tegas.
Semua orang segera duduk dengan tertib, tak satupun yang berani melawan otoritas Vina. Ia mengambil tempat di dekat kursi kosong yang dikhususkan untuk Darren. Beberapa wajah di ruangan menunjukkan kekecewaan, terutama mereka yang berharap bertemu langsung dengan pewaris perusahaan.
"Saya mewakili Tuan Darren dalam pertemuan ini," kata Vina, memecah keheningan yang menguasai ruangan. "Beliau sedang menangani urusan penting, dan semua keputusan yang diambil dalam rapat ini telah disetujui olehnya."
Rapat dimulai. Satu per satu laporan keuangan, performa proyek, hingga kondisi perusahaan dibahas secara rinci. Vina mendengarkan dengan seksama, memberikan tanggapan yang tegas sesuai arahan Darren. Sementara itu, Darren berdiri diam, mencerna setiap kata, setiap isyarat, mencoba mengidentifikasi siapa saja yang benar-benar peduli pada perusahaan dan siapa yang hanya peduli pada kepentingan pribadi mereka.
Namun, ketenangan rapat itu berubah ketika Baron, salah satu direktur cabang yang berkuasa, angkat bicara.
"Bu Vina," kata Baron dengan nada yang nyaris menantang. "Perusahaan ini sedang dalam krisis. Kita kekurangan dana, proyek-proyek banyak yang tertunda. Saya pikir sudah waktunya kita melakukan perubahan rencana anggaran dan mengganti beberapa pejabat perusahaan yang tidak kompeten, yang membuat perusahaan ini bermasalah."
Suasana ruangan berubah tegang. Darren memperhatikan dengan cermat, merasakan bahwa ada lebih banyak hal yang tak terkatakan dalam pernyataan Baron.
Vina menatapnya tajam sebelum berkata, "Semua keputusan semua wewenang Tuan Darren. Ia pasti akan meninjau kembali setiap laporan dan mengambil keputusan terbaik. Saat ini kita hanya diminta untuk memberikan laporan"
Baron menyipitkan mata. "Tapi waktu kita tidak banyak. Sedikit saja terlambat masa depan perusahaan ini yang menjadi taruhan. Kalau boleh jujur, aku sedikit ragu apa Tuan Darren mampu mengambil keputusan sepenting ini?"
Kalimat itu menusuk seperti pisau. Darren merasakan panas di dadanya, namun tetap menjaga sikap. Ia ingin melihat sejauh mana keraguan Baron terhadap dirinya.
Vina menoleh dengan tenang ke arah Baron, tetapi suaranya penuh peringatan. "Saya sarankan Anda menjaga kata-kata Anda. Tuan Darren mungkin muda, tapi kecerdasannya tidak diragukan. Dan kita semua tahu posisinya tidak bisa dipertanyakan."
âTapiâŚ,â Baron hendak menyela, namun segera dipotong oleh ucapan Vina yang tajam.
âSaya ingatkan anda, meski anda direktur salah satu perusahaan cabang, anda bukan pemilik perusahan ini. Kalau memang tuan Darren menghendaki perubahan, semua akan menjadi wewenang beliau. Bahkan merubah posisi anda saat ini pun merupakan kewenangannya.â
Di tempatnya, Darren terus mengamati keadaan. Ia mulai memahami keadaan. âBaron ini merupakan salah satu kepercayaan ayah, tapi ia terlihat lebih ingin mendominasi. Sepertinya orang ini harus mendapatkan perhatian khusus, dan sepertinya selama ini banyak kebijakan perusahaan diambil olehnya,â gumamnya dalam hati.
Baron diam, namun wajahnya menunjukkan perlawanan yang masih membara. Sesaat semua menjadi tegang. Pandangan Vina menekan tertuju ke arah Baron. Sementara Baron sendiri tak sedikitpun mengedipkan matanya. Seolah-olah tatapan matanya menantang perempuan di depannya.
Seminggu telah berlalu sejak Darren kembali dari Singapura. Namun, suasana di rumah sakit tetap penuh ketegangan. Tuan Harison tetap dirawat dengan perhatian ketat tanpa ada kemajuan yang berarti, sementara Darren terus memantau situasi melalui tim pengintainya. Silvia mulai menunjukkan rasa tidak nyaman dengan rutinitas monoton di rumah sakit.âDarren, aku rasa rawat jalan di rumah akan lebih baik untuk ayahmu. Lingkungan rumah jauh lebih nyaman dibandingkan tempat ini,â ucap Silvia suatu pagi saat Darren mengunjunginya.Namun, Darren menggeleng tegas. âTidak, Bu. Di rumah sakit, keamanan dan pengawasan jauh lebih terjamin. Aku tidak ingin mengambil risiko, terutama setelah insiden yang terjadi sebelumnya.âSilvia mendesah, menyembunyikan kekecewaannya. âBaiklah, Darren. Tapi jangan lupa, aku ingin kembali ke rumah sesekali jika keadaanku sudah memungkinkan.âDarren hanya mengangguk kecil, tidak ingin memperpanjang perdebatan. Pikirannya sedang terganggu oleh sesuatu yang lebih mend
Darren kembali ke rumah sakit di Jakarta dengan identitasnya yang sebenarnya. Penampilannya tetap rapi, mengenakan setelan jas hitam dengan dasi biru gelap, ciri khas seorang pria elegan pengusaha muda. Wajahnya masih ditutupi masker hitam hingga yang terlihat hanya bagian mata keatas.Ia melangkah masuk ke lobi rumah sakit dengan wajah dingin namun tegas, pengawal pribadinya mengikuti dari belakang. Para staf rumah sakit yang mengenalnya hanya mengangguk sopan, tidak berani menatap terlalu lama.âBagaimana keadaan di sini sepeninggalku?â tanya Darren kepada salah satu pengawalnya. Suaranya pelan namun penuh tekanan, membuat siapa pun yang mendengarnya langsung merasakan pentingnya laporan yang akan diberikan.âKeadaan terkendali, Tuan Darren,â jawab pengawal itu dengan suara tenang. âTidak ada insiden berarti selama Anda pergi. Namun, ada satu hal yang perlu Anda ketahui. Ibu Anda sering kali meminta kami untuk meninggalkan penjagaan. Namun, seperti perintah Anda, kami tidak pernah m
Darren duduk di ruang konferensi hotelnya yang mewah, memandang ke arah layar besar di depannya. Ruangan itu dihiasi dengan lampu gantung kristal dan dinding yang dihiasi dengan lukisan abstrak bernilai jutaan dolar. Spy Eye dan timnya telah mengumpulkan data dari insiden-insiden yang baru saja terjadi. Peta digital yang menampilkan Singapura dengan beberapa titik merah kini terlihat di layar."Apa yang kita punya sejauh ini?" Darren bertanya dengan nada tegas, tetapi tenang. Matanya yang tajam menyiratkan betapa seriusnya situasi ini.Spy Eye melangkah maju, membawa map berisi laporan. "Tuan Darren, setelah kami menganalisis kejadian di pesawat dan bandara, serta interogasi awal terhadap pria di taman, ada pola yang jelas. Semua serangan ini berasal dari sumber yang sama. Sepertinya ini bukan perbuatan Baron, tapi kekuatan yang lebih besar. Dan yang diincar adalah Kemal, tokoh di balik pergerakan ekonomi dan politik dunia, bukan Kemal, CEO Anugerah Langit Corporation."Darren mengang
Pagi Sekali Daren berangkat menuju Singapura. Ia melangkahkan kakinya dengan percaya diri menuju boarding gate di bandara internasional. Tanpa membawa pengawal ia pun melakukan aktivitas dengan sangat hati-hati dan waspada.. Perasaan tidak nyaman sudah menghantui sejak ia melewati pos pemeriksaan keamanan. Sesuatu terasa salah. Naluri tajamnya membisikkan bahwa ia sedang diawasi.Di dalam pesawat, Darren mengambil tempat duduk di kelas bisnis. Ia memilih kursi dekat jendela, memanfaatkan waktu untuk memikirkan semua rencana yang akan ia lakukan selama di Singapura.. Tak ada yang mencolok di antara penumpang lain, Tapi kewaspadaannya tidak sedikitpun diturunkan. Ketika pesawat mulai lepas landas, ia mengatur napas, mencoba untuk rileks. Tapi, bayangan ancaman tetap menghantuinya. Meski begitu dari sadar bahwa inilah resiko yang harus ia jalani karena sudah berani berkonfrontasi melawan Baron.Sekitar satu jam setelah pesawat mengudara, Darren merasakan gerakan aneh dari kursi belakan
Darren menatap ponselnya yang berdering. Itu ponsel khusus yang ia gunakan sebagai Kemal. Nama Jeny, asisten pribadinya, muncul di layar. Tanpa ragu, ia menjawab panggilan itu.âJeny, ada perkembangan?â tanya Darren dengan nada rendah namun tegas.âPak Kemal, data kerugian yang diakibatkan oleh Baron dan anaknya sudah lengkap. Kami juga telah menyelesaikan proses penyitaan dan pengambilalihan perusahaan mereka di Singapura,â lapor Jeny dengan nada formal. âNamun, ada beberapa dokumen penting yang memerlukan tanda tangan Anda langsung. Hal ini mendesak, Tuan. Jika tidak dilakukan segera, ada kemungkinan Baron akan memindahkan sisa kekayaannya ke tempat lain.âDarren mengernyit. âTidak bisakah hal ini diwakilkan? Saya sedang tidak bisa meninggalkan kota.ââSayangnya tidak bisa, Tuan. Peraturan di Singapura cukup ketat. Anda harus datang langsung sebagai pemilik sah untuk menyelesaikan ini,â jawab Jeny dengan nada mendesak.Darren menghela nafas panjang. âBaiklah. Siapkan semuanya. Saya
Pagi itu, Keisha merasa tubuhnya sedikit lebih baik meski kepala masih berdenyut. Ia duduk di tempat tidur rumah sakit, berusaha memulihkan kekuatannya. Perempuan tegap yang menemani Keisha sebelumnya memasuki kamar dengan senyuman tipis di wajahnya."Selamat pagi, Keisha. Apa Anda merasa cukup kuat untuk berbicara hari ini?" tanya perempuan itu dengan nada lembut namun tegas.Keisha mengangguk pelan. "Saya akan mencoba. Apa yang ingin Anda tanyakan?"Perempuan itu menarik kursi dan duduk di sebelah tempat tidur. "Kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Anda. Dari awal hingga Anda ditemukan di lokasi kejadian. Ini akan sangat membantu kami."Keisha menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan pikirannya. "Saya ingat, waktu itu saya bersama Kemal. Kami sedang berjalan di pusat kota, lalu tiba-tiba ada kerumunan besar. Saya kehilangan jejak Kemal dalam kerumunan itu. Saya panik dan mencoba mencarinya."Perempuan itu mencatat sesuatu di buku kecilnya. "Lalu, apa yang terjadi sete
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen