"Jadi yang tadi teriak itu suaranya Zie?" Allesa akhirnya mendapatkan penjelasan dari Algazka.
Mau tidak mau Algazka memberitahu Allesa daripada gadisnya itu bertanya tanpa henti. Memang lebih baik dia tahu karena suara Zie yang sudah terdengar sampai meja akad. Hanya saja suara teriakannya tidak jelas karena posisinya yang berada di gerbang."Iya.""Maksudnya Zie kesini?" Allesa kembali memastikan.Ternyata suara yang tadi dia dengar adalah suara Zie. Pantas saja karena Allesa sendiri yakin bahwa dia tidak halu. Dan rupanya benar kalau Zie yang berteriak meski Allesa tidak sampai menebak bahwa suara itu adalah suara Zie."Iya, Allesa.""Kamu ngundang dia?" Allesa kembali bertanya."Menurut kamu sendiri apa aku ngundang dia?" Algazka balik bertanya. Ingin tahu saja pikiran Allesa sebenarnya melihat pertanyaan gadisnya yang tampak polos dan super kepo.Allesa terlihat berpikir."Mungkin aja sih cuma unda"Coba liat deh bagusan yang mana? Ada warna biru sama warna pink. Menurut kamu cocokan mana yang dipakai sama aku buat kita breakfast nanti di bawah?"Pagi itu Allesa yang sudah bangun tampak sibuk bertanya pada Algazka yang baru saja membuka matanya tanpa niat bangun. Dia meletakkan dua pakaiannya di atas tempat tidur. Ingin meminta pendapat Algazka yang mana paling cocok untuk dirinya yang akan breakfast nanti bersama Algazka.Padahal biasanya dia bisa memilih sendiri. Tapi karena sudah menjadi istri dari Algazka jadi membuat Allesa ingin meminta pendapat suaminya. Padahal hanya untuk sekedar sarapan pagi di bawah. Tapi begitu lah Allesa.Paginya sudah sangat sibuk sekali hanya dengan bertanya soal pakaian."Algazkaaa.""Iyaaa." Algazka yang mau tidak mau membuka matanya. Masih sangat mengantuk. Untung saja yang membangunkan Allesa, bukan Daskar. Kalau Daskar mungkin dia akan menyuruh Daskar keluar dari kamarnya."Coba pilihin.
Reina masih terdiam setelah mendapatkan kejadian yang tidak pernah dia alami. Daskar menarik tubuhnya sehingga posisi mereka saling berdekatan dan seperti orang yang tengah berpelukan. Ditambah kata-kata Daskar yang mengatakan bahwa dia menyayangi Reina.Sebuah kalimat ungkapan yang Reina dengar dan cukup mengejutkan. Pasalnya selama ini Reina selalu yakin atas perasaan Daskar yang tidak pernah menaruh hati apalagi mengolah perasaannya sampai bersemi rasa sayang. Berbeda jauh dengan Reina yang sempat menaruh hati meski dia berusaha mengontrolnya sampai saat ini.Reina masih duduk melamun. Apakah rasa sayang Daskar sama seperti yang dimaksud oleh Reina? Atau perasaan itu memang sebatas sayang sebagai sesama teman saja. Karena banyak kan yang saling menyayangi dibalik hubungan pertemanan. Contohnya rasa sayang Reina yang juga tercurah untuk Allesa dan sebaliknya.Reina menghela nafasnya. Meski Daskar telah mengutarakan rasa sayang yang tidak pernah Reina den
Sebuah lorong panjang yang kiri kanan dindingnya berwarna abu semen. Tidak ada kebisingan yang sama sekali terdengar. Polos dan tidak memiliki hiasan sama sekali. Lorong panjang yang memiliki cahaya putih dan baru menyala ketika ada langkah yang bergerak. Sepertinya cahaya memang akan terdeteksi jika ada sensor pergerakan.Lorong panjang yang sunyi dan butuh beberapa menit untuk sampai diujung yang memiliki tangga turun ke bawah dan terihat gelap. Namun tidak lama lampu menyala ketika Daskar yang berada di posisi depan menurunkan kakinya satu langkah."Berhenti!" Nadya membuka suara setelah dia ikut masuk bersama Alando dan juga Algazka."Kenapa?" tanya Alando menoleh ke arah Nadya.Sang ibu yang tidak pernah dia hargai meski rasa sayang selalu tersimpan di dalam hati. Mungkin bagi Nadya, Alando memang bukan yang terbaik dan lahir sebagai anak pembangkang. Namun meski begitu, Alando tetap menyimpan hati pada perempuan yang sudah melahirkan dia.
Alando tersenyum kecut melihat Algazka yang kini ada di hadapan dia. Senyuman puas yang dia berikan pada Algazka karena ternyata lelaki itu menyimpan sebuah kebohongan yang menjadi kuncian Alando. Meski dia tidak tahu kebohongan apa, tapi yang jelas Alando tahu bahwa Algazka memang menyimpan sesuatu. Dan kebohongan itu berada di ruang yang terjaga."Bohong apaaa??" Sebuah pertanyaan yang membuat Daskar dan Alando menoleh.Langkah itu berjalan mendekati tiga sosok lelaki yang pada saat itu dilihatnya tengah berdebat. Daskar menundukkan kepalanya sesaat sebagai tanda hormat dan langkahnya dimundurkan meski dia masih berada disana."Algazkaaa! Saya nanya sama kamu." Nada sedikit tegas membuat tatapan Algazka mulai beralih.Sungguh Alando memang sangat brengsek sekali. Sejak awal dia bertemu, dia tidak pernah suka dengan Alando dengan semua tingkahnya. Dan terbukti sampai saat ini sikapnya yang senang membangkitkan rasa jengkel di dalam diri Algazka.
Wajah Algazka tersenyum melihat Allesa yang sudah memejamkan mata dan tertidur pulas. Betapa lucu dan menggemaskan gadisnya itu. Tidak dia sangka kalau malam pertama di hari pernikahan malah dilewati dengan umpatan Allesa dan juga tingkah gemasnya.Allesa terlalu lucu sekali bagi Algazka. Sosoknya sudah sangat menghibur hati dia yang sering membuatnya tersenyum.Apalagi tadi saat dia yang melakukan ciuman dengan Algazka. Tingkah polosnya benar-benar membuat Algazka tidak habis pikir. Ternyata ada wanita sepolos Allesa yang benar-benar ada.Tangan Algazka membelai rambut Allesa secara lembut dan juga hangat."Selamat tidur, Allesayang." Algazka berbisik lembut dan mengecupnya.Menyelimuti sampai setengah tubuh Allesa agar tidur dia tetap hangat dan juga nyaman. Rasa bahagia Algazka yang lagi-lagi seperti mimpi. Sekarang ada sosok perempuan yang berada di dalam kamar untuk menemaninya tidur.Algazka secara hati-hati menuruni tempat tidur. Berusaha tidak mengeluarkan suara karena mencega
"IHHH LEPASINNNN!" teriak Reina yang sudah menghempaskan tangan Daskar sampai akhirnya terlepas.Reina tidak suka dan sama sekali tidak suka dengan sikap Daskar yang sudah semena-mena. Apalagi dia sampai melarang dan juga membawa Reina masuk ke dalam hanya karena dia yang tidak suka dengan Alano.Entah apa alasannya yang jelas Reina tidak suka."Aku nggak suka sama sikap kamu dan aku nggak mau ngeliat kamu!" Reina menatap Daskar kesal seratus persen.Saat itu mereka berada di ruang pantry seperti biasa karena tempat pantry adalah tempat biasa mereka selama ini. Duduk sambil ngobrol dan Reina yang biasanya juga membuatkan cemilan untuk Daskar.Namun kali itu tempat pantry menjadi tempat yang tidak Reina sukai. Apalagi Daskar yang tadi sudah menarik Reina dari luar sampai membawanya masuk ke dalam pantry."Aku nggak mau ngeliat kamu, Daskar!" Reina yang masih menyorot tajam Daskar.Tidak ada jawaban dari Daskar. Dia langsu