Home / Pendekar / Istri Terpilih Tuan Alpha / Bab 4 - Pengembalian Asset

Share

Bab 4 - Pengembalian Asset

Author: Davon Lastji
last update Last Updated: 2023-12-12 23:13:51

"Menjijikan?" ucapku sambil tertawa.

Benigno meludah. "Sampai kiamat pun, aku tidak tertarik mengawini perempuan idiot sepertimu. Hanya asetmu-lah yang membuat kau tampak bersinar di hadapanku," ucapnya penuh penghinaan.

"Dan Kau sudah bertemu dengan kiamatmu bukan?" Aku menatapnya licik.

Kilat-kilat sontak kebencian terpancar dari wajah Benigno. "Kau—"

"Dasar betina kejam! Menyesal Aku tidak meracunimu sampai mati!" maki Benigno lagi.

 Aku mencemooh, "Orangtuamu pasti paham, kodok emas itu memilki racun neurotik, Benigno!"

Seketika Benigno mematung. Wajahnya kini benar-benar membiru. Aku berlalu dan bergidik ngeri! Aku yang idiot saja tahu kopi berbusa putih yang disesap Benigno, mengandung racun kodok emas.

Dua hari kemudian, aku menemui ayahku---Alpha El Wongso, "Ayah aku ingin bekerja!" kataku waktu mengunjunginya di penjara ibu kota Lembah Serangga.

Hari ini sudah selesai pertukaran aset dengan video lima detik yang kuambil asal-asalan. Jadi, aku berniat berlama-lama menemui ayahku itu.

Namun, pria tua kesayanganku itu justru mendelik galak. "Kau tidak butuh kerja, Nak! Karena kau batal berkawin dan rahimmu masih muda, aku akan mencari Alpha terkuat untuk mengawinimu!"

"Rahimku kena racun, aku harus menunda selama satu tahun!" kataku berbohong.

Ayahku menghela napas. "Kau ingin bekerja sebagai apa?!" ucapnya dengan suara melunak. Ya, dia tahu berdebat denganku hanya akan menimbulkan kekacauan.

"Ngg—Mungkin jadi baby sitter?!" jawabku asal-asalan.

Ayahku tertawa terbahak-bahak. "Sebaiknya, Kau jadi petugas sekuriti hiburan malam saja sekalian!" Dia mendengus dan menjambak rambutku, mengejek penampilanku, "Lebih baik, pergilah ke salon karena wajahmu seperti tikus got!!"

"Baiklah aku akan memotong kuku di salon," ucapku, lalu berbisik, "ular itu berbau busuk!"

"Hei, jadi kau yang melempar ular itu?" Alpha yang biasanya galak kini hanya bisa menatapku linglung.

"Apa yang Ayah harapkan? Haruskah Aku tetap diam melihat Benigno selingkuh?"

"Tapi, kamu tidak perlu senekad itu!" Dari bahasa tubuhnya, aku tahu ayah kecewa terhadap Benigno. Tapi, dia tetap tak ingin aku berbuat jahat.

"Yang melukai mereka adalah ular. Bukan aku, Ayah," kataku polos.

"Clara!" tegur Ayahku lalu menghela napas panjang. "Sebaiknya, pergilah ke Lembah Utara, tempat kelompok serigala Ki Demang sedang membangun kota metropolitan. Sepertinya, ini berguna untuk kita di masa depan" Kali ini, suara ayah lebih serius. Dia berbisik–tidak ingin orang lain mendengarnya.

Setelah izin dari ayahku, kulanjutkan perjalanan hari ini menemui nenek. Sama dengan ayah, dia sangat mengkhawatirkan keadaanku saat ini.

"Kau boleh berkawin dengan klan manapun, kecuali klan Sinclair dan Holland!" Nenek tampak serius menepuk-nepuk kepalaku. "Kau ingat, kan?!" ulang nenek dengan mimik menjengkelkan.

Aku menghentakkan kakiku dengan frustrasi, menyadari kenapa semua tetua di klan El Wongso selalu memiliki mimik wajah yang menjengkelkan?

"Itu karena kau selalu bertindak bodoh! Kaulah sumber kejengkelan itu!" kata nenek semakin galak setelah membaca pikiranku.

"Nenek! Kok, Clara tidak bisa berkawin dengan klan Sinclair? Bukankah kerabat ibunya, masih bersinggungan dengan klan itu?" Ajeng–sepupuku–yang sedari tadi bersama kami tampak bingung.

Nenek menghela napas. "Rahim Clara bisa membuka portal bagi Holland dan Sinclair, itu karena ibunya berkawin dengan El Wongso. Paket ini mendapat pengecualian dari Dewi Bulan!"

Aku dan Ajeng sontak terkejut. Sepupuku itu bahkan sampai melompat hampir menabrak dinding. Jika rahimku bisa membuka portal, maka ada kemungkinan mereka membawa masuk monster maut pelahap para shifter.

"Itu benar, Nek?" Ajeng bertanya memastikan.

Nenek mengangguk, serius. "Wolf-Shifter seperti kita ini adalah jenis individu supernatural yang memiliki kemampuan untuk berubah menjadi bentuk dari manusia ke serigala sesuka hati, dan bukan karena bulan purnama. Monster itu hanya ada di dunia ketiga alam serigala, tetapi beberapa abad lalu klan El Wongso dari kelompok Alchemis melakukan pemurnian gen serigala bulan menjadi shifter utuh dengan mengambil sample dari klan Sinclair dan Holland. Jadi mereka masih satu darah sebenarnya, itulah kenapa Dewi Bulan mengutuk rahim keturunan El Wongso"

Melihat itu, aku menenangkan diri, sebelum berkata, "Tenang saja! Aku tidak akan berkawin dengan klan Sinclair dan Holland" ,"Kecuali … mereka terlalu tampan!" godaku asal-asalan.

Nenek menggeram keras. Mata tuanya berurat merah. "Jika itu terjadi, akulah yang akan mengorek rahimmu dengan taringku, Anak Nakal!"

Aku tertawa bersama Ajeng. Meski demikian, aku terus kepikiran dengan perkataan Nenekku.  "Jika Kau bercampur lagi dengan dengan salah satu klan tersebut, permurnian gen terjadi, anakmu terlalu kuat untuk hidup di dunia shifter!"

Bahkan, saat menyiapkan dokumen perjalanan ke Lembah Utara. Aku menjadi sangat terharu ternyata bakat alchemisku menurun dari leluhurku. Kemampuanku berpindah dari wujud manusia ke wujud serigala dan kembali ke wujud manusia hanya dalam kedipan mata juga karena gen tersebut. 

"Kau benar-benar ingin menjadi babysitter?" Roh serigalaku menggeram tak percaya akan pilihanku. Memang, aku belum pernah melakukan pekerjaan ini. Tapi, apalagi yang bisa kulakukan? Tak mungkin, aku jadi pengangguran di Lembah Utara, kan?

Aku senang menjadi baby sitter kelompok Neandhertal yang berbahasa halus. Sekalipun, aku juga jengkel karena manusia selalu menggunakan perintah yang ambigu dan tidak memberiku alamatnya langsung.

Roh serigala dalam tubuhku mendadak memprovokasi, "Mungkin, mereka mencurigaimu sebagai penculik anak." Ah, dasar bodoh, aku hanya kebanyakan berpikir kataku sambil menepuk jidatku sendiri.

Segera aku mengambil rute perjalanan melalui gurun Amethys dan anehnya, aku bisa tidur nyenyak di beberapa penerbangan panjang. Mungkin beberapa hari ini aku terlalu banyak menangis atau mungkin karena perasaan lega? Suasana hatiku cukup baik menuju Lembah Utara, roh serigala itu tidak mengusik pikiranku lagi. Hanya saja, sebuah pesan dari majikanku sungguh menggangu.

[ Jangan telat atau kami membatalkan kontrak ]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 136 - Remdragon Ambruk

    Clara yang menggembung dalam balutan jubah besar berdiri dengan susah payah dekat meja perjamuan. Dia tersenyum dengan getir, kalau bukan karena Dallas yang bersusah payah memintanya bertemu di tengah malam, Clara tidak menerima tamu sampai dia selesai masa persalinan. Perutnya membuncit dan kencang mencirikan kelemahan dia sebagai seorang wanita dan Clara tidak ingin ada yang tahu bahwa bayi dalam perutnya setiap hari membuatnya tersiksa.Tiap langkah dari Remdragon membuat bayi dalam perutnya gelisah, dia menggeliat dan menendang dengan keras. Clara menutupinya dengan senyum kaku, sesekali dia meringis kesakitan. Mengapa bayinya sangat gelisah di pagi ini?Raja Abigail menyambut Jack dan panatua Saddie di teras aula, sikapnya sangat anggun dan terhormat. Jack menyukai raja ini, terlihat tulus dan polos namun tetap dengan sikap seorang raja yang tinggi dan terhormat. Panatua Saddie memegang tengkuknya dengan susah payah, dia merasakan sakit yang menusuk pada area lehernya, terasa be

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 135 - Henrico Tersandera Rasa

    Di dalam bunker tempat Black Shadow menginap, Jenson masih murung dan merasa kesal karena bodoh tidak menyadari adanya jamur beracun di tanah terlarang klan El Wongso. Silveryn memegang sebuah bambu kecil berwarna gading yang berkilau. Bambu Albutar yang tumbuh di dataran tandus Lembah Yordan berusia seribu tahun, ujungnya keriput seolah lengah dengan keberadaan dunia fana ini mengeluarkan kepulan asap tipis, samar samar Dallas merasa pusing berada di samping Jenson. Silveryn mencibirkan bibirnya. "Enyahlah! Jika engkau lemah terhadap asap racun!" Dallas mendelikkan matanya, kakak tertuanya ini sepertinya semakin memperolok kemampuan tubuhnya dalam mengatasi racun, "Aku hanya sedikit pusing bukan mati!" Jenson tersenyum kecut, "Jangan kau sindir aku!" lenguhnya semakin marah. Silveryn menyanyat kecil pada lengan atas Jenson dan meneteskan darahnya dalam mangkok keramik. Darah berwarna merah terang mengucur perlahan. Jack terhenyak, "Mengapa seperti ini?" Panatua Saddie yang sejak

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 134 - Tak Mungkin Dia

    Setelahnya penjaga tanah keluarga Dharmaraya berlari ketakutan, dia tidak menyadari sepasang mata merah dengan geram melihatnya tanpa berkedip.'Apa yang dicari Black Shadow di tanah ini?' Pikirannya segera bekerja cepat, kakak keempatnya terluka tadi malam dan ular kesayangannya mati mengenaskan, tidak mungkin Black Shadow yang melukainya bukan? Karena kakak keempatnya tidak bercerita tentang penyerangan. "Apa?!" Seruni terlonjak dari duduknya, "Tidak mungkin itu dia!" serunya dengan panik. "Cepat bawa kakak keempat kemari!"Seruni baru saja akan mencicipi sepotong iga panggang madu sebagai menu sarapannya, dia menyukai aroma dan penampilan iga panggang yang berkilat keemasan dalam balutan madu yang sangat lengket. Sejak adik seperguruannya melaporkan bahwa kedatangan Black Shadow ke dalam komplek villa yang mereka sewa, iga panggang itu kehilangan kecantikannya, rasa yang menggugah berubah menjadi sia-sia."Penjaga kita melaporkan guntur di atas villa ini tidak hanya faktor kebetul

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 133 - Jenson Terluka

    Di pagi hari yang lembab, matahari samar samar meluaskan sinarnya. Sekelompok penunggang kuda dengan jubah berkibar terlihat keluar dari istana klan El Wongso, kelompok berkuda ini langsung menarik perhatian sebagian penduduk Lembah Serangga yang sedang memulai aktifitas pagi hari. Bau udara laut tipis menusuk hidung dan Marroco yang memimpin perjalanan, dia terus menajamkan penciumannya.Beberapa petani yang melihat mereka melintasi tepian sawah tercengang, sekalipun topeng perak terpasang pada wajah wajah misterius, dari rahangnya yang menonjol fitur ketampanan dan pesona yang memancar tak hilang dibalik topeng tersebut,"Aku kira tamu tamu klan El Wongso memang menakjubkan, siapa mereka ini?" Seorang petani tua terkagum terkagum dengan tampilan pria muda berjubah besar dan menunggangi kuda Ferdhana milik El Wongso."Sepertinya mereka mencari sesuatu, lihat gerakan pemimpin di depannya yang terus mengangkat wajahnya!""Ugh! Jangan Kau bilang ada penyusup yang melintasi area terlara

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   132 - Kemana Jenson Pergi?

    Karena hari sudah larut, lampu jalan temaram dan ada beberapa yang berkedip, umurnya sudah mendekati kematian. Sesosok tubuh tinggi besar terbatuk batuk di tengah gelapnya malam. Angin yang mendesir diantara ranting ranting pohon jeruk emas. Sosok itu dengan langkah terburu buru pergi mencapai pintu sebuah bangunan dan menggedor kaca yang buram karena embun malam.Sekelompok pria yang duduk di ruang tunggu berdiri sigap dan melihat pada bayangan di kaca buram."Mungkin kakak keempat yang datang. Cepat buka pintunya!""Aku kakak keempat!" Suara serak terdengar dari luar, seolah mengkonfirmasi kecanggungan di dalam ruangan.Pintu kayu yang berat berderit terbuka setengahnya. Tampak sepasang mata merah dengan rambut tak beraturan muncul dari balik pintu. Matanya cukup waspada melihat pada gelapnya malam. Dan dia segera menarik sosok tinggi yang terlihat lemah di hadapannya."Kakak keempat?!" Pekik khawatir muncul dari mulut mereka."Istana El Wongso memiliki prajurit tanpa bayangan yang

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 131 - Alpha Menemukan Remdragon

    Marroco bersungut dan tidak yakin apakah seorang El Wongso akan datang dengan cepat, ini dinihari, sebagai Alpha di Lembah Serangga siapa yang berani membangunkannya?Jadi Marroco hanya bisa pasrah, dia tidak mungkin menerobos area terlarang di kediaman El Wongso. Dia yakin, penjagaannya sangat ketat dan jika terjadi keributan, Black Shadow pasti akan mengetahui dengan cepat. Karena percaya dengan pengaturan dari klan El Wongso, Marroco duduk di sofa besar yang ada di ruang tunggu, seorang staff sudah menghantarkan sepoci teh oolong yang harum dan kudapan kering. Rasa kantuk menyerangnya dan Marroco memejamkan mata di sofa yang nyaman.BAM....Marroco tersentak kaget, suara pintu kaca terbanting karena angin, dia melirik jam di atas meja kopi. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 dinihari, teh yang disajikan masih mengepul hangat. Dia hanya tertidur sebentar. Staff yang ramah masih orang yang sama datang menghampirinya."Tuan! Anda sudah bangun? Maaf karena pintu ini terbanting!"Marroco

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status