Share

Bab 5 - Bandara Canggih

Untungnya, pesawat yang membawaku pun mendarat dengan sempurna di bandar udara ibukota Lembah Utara.

Bandara di sini menawarkan kemegahan yang luar biasa dengan langit-langit yang menakjubkan. Kehebatan teknologi pemindai mata biometrik di sana tak ada tandingannya. Aku sempat deg-degan. Namun, ternyata berhasil melewati proses imigrasi tanpa harus mengantri. Cukup dengan pemindaian mata dan aku pun lolos.

Di tengah kebahagiaan, roh serigalaku mengejek, "Bodoh! Jika ketahuan, mereka mungkin akan mencungkil matamu yang kotor itu!" Mendengar itu, aku terkekeh saja, lalu berlalu mencari konter bagasi. Sayangnya, tempat itu begitu panjang berkelok!

"Astaga, Dewi!" seruku frustasi. Aku melihat koper kecilku di line 3. Butuh waktu sekian belas menit jika menunggu di sini. "Berpindahlah!" Serigalaku kini berlaku idiot memaksaku untuk berpindah. Bagaimana bisa melakukan shiftout di hadapan manusia biasa? Aku jelas menolak gagasan itu. tapi aku akan telat jika tidak segera mendapatkan koperku.

Akhirnya aku mengela nafas dan shiftout, aku mengubah wujud manusia ke wujud serigala, berlari dalam sepersekian detik menuju line 3 lalu kembali ke wujud manusia. Hanya saja, beberapa anak  kecil muncul tiba-tiba dan mendorong koper mereka asal-asalan di hadapanku yang baru saja menjejakkan kaki. Aku lantas berusaha menjaga keseimbangan berdiri dan mengulurkan tangan. Akan tetapi, aku malah gemetar dan angin yang masih ada diujung tanganku mendorong menyebabkan dua pria paruh baya terjungkal masuk ke dalam ban berjalan. Bugggh! Suara debuman terdengar disusul jeritan panik.

Serigalaku menyeringai. "Yuhuui! Shift out-mu sudah semakin baik!" katanya memuji.

Aku tersenyum. 

Hanya saja, kebahagiaan itu tak berlangsung lama karena seorang gadis mendadak menarik rambutku dengan kasar dan mendelikkan matanya.

Plak!

Dia bahkan menamparku dengan keras, meninggalkan bekas tangan di pipiku. "Kau mencium tunanganku!" tuduhnya berkacak pinggang.

Aku mencengkeram erat koperku, wajahku pucat "Bagaimana bisa, aku menyentuh tunangan Anda?" tanyaku heran.

"Kau mencari alasan!" Tangan gadis itu menjulur meraih ujung jaketku, dia mendorongku dan nyaris aku terjatuh tersandung sepatuku sendiri.

"Jesica! Hentikan!" Sebuah suara kencang memaksa gadis itu berhenti meraung.

"Dia menciummu, Rayden!" katanya masih penuh kemarahan.

Aku membalikkan badan dan serigalaku tertawa terkekeh, "Kau lihat?"

Aku abaikan ejekan serigalaku itu.

Kali ini, aku terkejut karena lelaki pemilik mobil merah yang kutabrak beberapa waktu lalu--tengah berdiri angker di depanku.

Tangannya menyilang di dada dan matanya mendelik mencari jawaban dari mukaku.

"Tersenyumlah bodoh, pikat dia!" Roh serigalaku tiba-tiba berbicara.

"Oh, dia sangat tampan," tambahnya lagi.

Aku menggeram. "Diam! Dia tidak mungkin mengenaliku! Tidakkah kau lihat mata biruku sudah menjadi bola hitam?" kataku mengatupkan rahang, memaki mindlinkku sendiri yang gembira melihat pria itu.

Aku membuang mukaku. Untungnya, petugas bea cukai sudah selesai memeriksa koper.

"Anda bisa keluar dari pintu ini, Nona Jamila!"

Aku pun pergi. Hanya saja, pemuda itu mengejarku dan mengacuhkan raungan tunangannya.

"Hei, tunggu Nona!"  teriaknya.

Sayang, taksiku sudah menanti di depan pintu keluar.

Aku pun berlari dan segera melemparkan tubuhku ke kursi belakang. Tak lupa, aku memangku koper kecil menuju gerbang kota sesuai arahan Nyonya Bernie.

Peduli setan dengan pertengkaran keduanya yang sepertinya masih berlanjut.

***Di lobi bandara ibukota Lembah Utara***

"Rayden!" Jesica dengan muka merah padam memakiku. "Kamu mengenal gadis itu?"

Mendengar itu, aku mengernyitkan wajah dan menunjukkan ekspresi marah. "Bisakah kamu berhenti bertindak secara impulsif dan tidak sembarang memukul orang tanpa bertanya terlebih dahulu?!"

"Tapi aku melihat dia menciummu!" Jesica masih berteriak marah.

"Meski dia menciumku, seharusnya akulah yang marah!" sahutku sambil berjalan pergi dengan tenang.

Aku baru saja kembali menuju konter pemeriksaan bea cukai untuk mengambil koperku. Sebelumnya seorang pengawas bandara melaporkan ada manusia serigala yang melakukan shiftout diantara penumpang manusia, tentu itu terlarang dalam perjanjian fakta kerahasiaan. 

Aku menggeram marah.

Kelompok mana yang berani melakukan perubahan di kerumunan manusia dalam bandara yang aku bangun?

Tapi, petugasku tidak bisa menangkap fitur gerak karena perubahan dilakukan begitu cepat.

Aku harus waspada, gerombolan klan Black Shadow baru-baru ini membuat keributan di kasino Lembah Vegas dan membunuh seorang turis shifter. 

Ketika tiba di konter pemeriksaan bagasi, aku terkejut saat melihat seorang gadis berambut hitam yang ditampar Jesica berbalik melihatku.

Ah itu dia! Bau tubuhnya yang menggiringku untuk mendekat dan secara sengaja aku memang mengendusnya.

Hidungkulah yang menempel pada pipinya.

Dia individu yang berbeda, tetapi aroma tubuhnya identik dengan gadis yang memukuli supirku di Lembah Serangga. Sangat mustahil dua invidiu memiliki bau identik. Lagipula Bandara yang kurancang ini tidak mungkin bisa dimanipulasi pada pemindaian biometrik.

"Rayden!" Cargil - sepupuku bergegas menghampiriku.

"Bagaimana? Apa yang kau peroleh?" tanyaku tak sabar.

"Yang mana dulu yang mau kau tanyakan?" Ragil mencoba menggodaku.

Aku meninju bahunya sambil berkata, "Jika semua yang kau laporkan ini menyenangkan, aku akan membagi daging monster untukmu."

Memperoleh daging monster adalah pekerjaan sulit, tetapi aku mendapatkannya sepotong kecil dari gunung berkabut.

"Shifout tidak mungkin dilakukan kecuali oleh keturunan alchemis tingkat senior. Jadi, kamu perlu melakukan pembaruan pada fitur rekam gerak di bandaramu itu!" kata Cargil terlihat cemas.

"Sementara itu, gadis yang baru saja menciummu—Hmm! Namanya Jamila dari Gurun Amethyst."

"Gurun Amethyst?" ulangku, "apakah perlu aku operasi hidungku sendiri?"

Entah mengapa, aku tak percaya dengan laporan yang disuguhkan Cargil.

Namun sepupuku ikut menggeleng. "Jika demikian, kamu harus pergi ke Amethys untuk mencari keluarganya. Ini data lengkap tentang gadis itu. Jadi, ayo berangkat!" oloknya.

Aku terdiam. Sebelum akhirnya kembali tersenyum karena sebuah ide muncul di kepalaku.

"Sepertinya, aku tahu bagaimana cara memeriksa gadis itu dengan cermat!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status