Share

Bab 3 - Benigno Marah

Sial, ternyata itu ular berbisa.

Kupikir hanya ular sawah yang menggigit dan bengkak, "Ular adalah binatang melata, Paman! Mereka bebas menjalar kemana mereka suka. Untuk apa aku melemparnya?!" bohongku cepat.

"Tapi, itu kamarmu!" hardik paman Benigno.

"Dan kamar keponakan Anda juga" sahutku, "Lagipula, apakah Anda tidak menanyai pelayanku yang mengusir ular dengan tubuh telanjang? Dia pakai cara dukun dari mana?"

Paman Benigno kelabakan. "Kita kelompok manusia serigala! Berhadapan tanpa pakaian di tubuh bukanlah kejahatan!" teriaknya sembari menggebrak meja. "Lagipula, bagaimana aku bisa menanyainya? Pelayan itu kritis! Jikapun selamat, dia akan lumpuh selamanya!"

Aku memutar bola mataku malas. "Baiklah. Karena kalian tetap menilai ketelanjangan tanpa etika bukanlah pengkhianatan, mari kita putar video ini dihadapan para sesepuh dan polisi!" Setelahnya, aku berjalan santai dan keluar dari sana. Mustahil keluarga Benigno akan memihakku, kan?

"Clara! Tunggu!" Ayah Benigno tiba-tiba menahan langkahku. "Abaikan ucapan adikku tadi. Aku bersedia membatalkan pernikahanmu dengan putraku. Kau ingat perjanjian kita, kan?"

"Hehehe---Sempurna! Karena urusan ini telah selesai, saya mohon jangan ada lagi dendam diantara klan kita!" ucapku, lalu berlalu dari hadapan dari klan Darmaraya ini.

Roh serigalaku bahkan menyeringai senang sepanjang perjalanan."Kita akan bebas Clara" katanya dengan lolongan penuh suka cita. Tak lama, mobilku pun berjalan perlahan keluar menuju gerbang besi rumah keluarga Benigno.

Namun, pasanganku yang berkhianat itu tiba-tiba menghadang,

"Berani kau menceraikanku, akan kurantai kau ke tembok neraka!" Dengan kasar, Benigno menarikku dan melilitkan rantai, "Ingat, Clara! Kau tidak bisa menceraikanku hanya karena aku selingkuh," ancamnya lagi.

Aku sontak berteriak. "Benigno! Kau menyakiti leherku!" Roh Serigalaku bahkan menggeram. Lewat pikiranku, dia berkata penuh provokasi, "Bodoh! Cepat gigit jakunnya, dan dia akan mati!" Tentu saja, tidak akan kulakukan. Serah terima aset belum terjadi. Aku tidak mungkin melawan Benigno.

Untungnya, ayah Benigno tiba-tiba melompati mobil dan menggeram ke arah putranya "Lepaskan dia, Benigno!"

"Jangan hentikan aku, Ayah! Saya akan melepaskan Clara kalau dia berjanji tetap menjadi istriku. Saya sangat mencintainya!"

Mendengar ucapan Benigno, serigalaku bangkit lagi dan mendengus. "Dia mengira kau bodoh Clara. Sekali kau kembali padanya, lelaki itu akan memanipulasimu lagi dan asetmu lenyap!" Kali ini, aku setuju padanya.

"Aku tidak mungkin kembali padamu, Benigno! Kau yang melanggar perjanjian pernikahan ini," ucapku lantang pada pria itu.

"Clara, aku bisa membaca isi kepalamu! Kau hanya bingung karena kau pengidap bipolar. Wajar kau bingung dengan sikap pelayan kita yang ramah." Benigno mengguncang-guncang tubuhku. "Itu pengabdian Clara, bukan perselingkuhan!"

Demi Dewi Bulan! kepalaku tiba-tiba serasa copot dan tubuhku doyong ke arah Benigno. Dapat kurasakan aku mual mendengar ocehan pria itu. Benigno masih merengkuh bahuku dan, 

"Huekkk….." Aku mendadak muntah di bahu Benigno.

Dia yang terkejut mendorongku menjauh. "Clara? Kau menjijikkan!" teriaknya.

Tapi, aku diam saja, tubuhku tidak bergeser sampai muntahku tuntas membanjiri baju dan sepatunya. Dapat kulihat Benigno bergidik jijik, lalu mendadak mengayunkan rantai besi.

"Kau harus dihukum betina idiot!" ucapnya.

Aku mengeraskan rahang kala rantai besi sudah berputar di atas kepalaku. Bunyi mendesing melewati kuping dan sekali hentak aku tangkap rantai besi itu, lalu melemparkan kembali ke arah Benigno yang tidak menyangka gerakanku. Dia terhujam ke tanah–muntah darah karena rantai besi menghantam dadanya.

"Arrgggh!! Kau?!" Matanya tak percaya dengan kekuatanku.

Ayah Benigno bahkan menyerbu ke arahku dengan kecepatan penuh. Padahal, dia sedari tadi diam saja. "Dia masih suamimu sampai aku mengembalikan asset padamu!" peringatnya.

"Saya hanya membela diri! Atau Anda ingin melihat saya mati? Lihat saya tidak membunuhnya bukan? Dia hanya kaget," tegasku.

Walau nada bicaraku tetap sopan, aku menggeram dan menatap tajam matanya. Mata biruku dipenuhi urat merah. Ayah Benigno pun hanya bisa menghela napas. Dia mundur sambil menyeret putranya ke dalam rumah.

Sebenarnya, aku terguncang. Tidak pernah membayangkan pasangan yang kujaga hatinya, ternyata iblis yang ingin mencungkil roh serigalaku dengan racun cinta! Meski Benigno bukan Alpha, dia membangun kepribadiannya sebagai Beta yang rajin dan berdedikasi. Selama ini, dia hanya malas mengantarku ke dokter kandungan.

Tetapi roh serigalaku menyeringai puas. "Ini pilihan tepat, Clara," ucapnya. Entah mengapa, setelah pengkhianatan Benigno ketahuan, ia semakin aktif.  Apa sebenarnya dia tak suka dengan pria itu selama ini? 

Esok harinya, setelah mendapat izin dari ayah Benigno, aku pun mengemas beberapa pakaian dari kamar beracun dan mengambil apa yang kubawa dari rumah ayahku. Aku memberhentikan semua pelayan yang pernah melayaniku. Mulai hari ini dan seterusnya, aku bukan lagi nyonya muda mereka.

Ternyata, Benigno sudah duduk di kursi teras waktu melihat mobilku datang. Dia menungguku menyelesaikan semua urusan dengan memasang tampang congkak sambil menyesap kopinya.

"Clara! Apa kau tak merasa bersalah karena membunuh pelayanmu sendiri?" ucapnya.

Aku mengendalikan diriku, menekan amarah. “Benigno, aku tahu kamu di sini bukan untuk menemuiku, tetapi kamu sebenarnya tidak dalam posisi untuk menuduhku. Lihat saja dirimu sendiri yang sangat buruk, dan memalukan!”

Namun, tiba-tiba saja tukang kebunku berlari lalu bersimpuh di hadapan Benigno. "Maafkan saya, Tuan! Saya mengumpulkan ular itu untuk dijual, tetapi saya tidak mengikat simpulnya dengan kencang karena harus segera ke rumah karena Ayah Tuan menemukan kodok emas untuk obat batuk " ungkap pria itu dengan tubuh menggigil ketakutan.

Benigno mengabaikan penjelasan tukang kebun itu, justru mengibaskan tongkatnya untuk memukul dan meminta dia mundur.

"Semua karena Kau, wanita menjijikan!" sinisnya mendadak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status