Home / Pendekar / Istri Terpilih Tuan Alpha / Bab 3 - Benigno Marah

Share

Bab 3 - Benigno Marah

Author: Davon Lastji
last update Last Updated: 2023-12-12 23:13:45

Sial, ternyata itu ular berbisa.

Kupikir hanya ular sawah yang menggigit dan bengkak, "Ular adalah binatang melata, Paman! Mereka bebas menjalar kemana mereka suka. Untuk apa aku melemparnya?!" bohongku cepat.

"Tapi, itu kamarmu!" hardik paman Benigno.

"Dan kamar keponakan Anda juga" sahutku, "Lagipula, apakah Anda tidak menanyai pelayanku yang mengusir ular dengan tubuh telanjang? Dia pakai cara dukun dari mana?"

Paman Benigno kelabakan. "Kita kelompok manusia serigala! Berhadapan tanpa pakaian di tubuh bukanlah kejahatan!" teriaknya sembari menggebrak meja. "Lagipula, bagaimana aku bisa menanyainya? Pelayan itu kritis! Jikapun selamat, dia akan lumpuh selamanya!"

Aku memutar bola mataku malas. "Baiklah. Karena kalian tetap menilai ketelanjangan tanpa etika bukanlah pengkhianatan, mari kita putar video ini dihadapan para sesepuh dan polisi!" Setelahnya, aku berjalan santai dan keluar dari sana. Mustahil keluarga Benigno akan memihakku, kan?

"Clara! Tunggu!" Ayah Benigno tiba-tiba menahan langkahku. "Abaikan ucapan adikku tadi. Aku bersedia membatalkan pernikahanmu dengan putraku. Kau ingat perjanjian kita, kan?"

"Hehehe---Sempurna! Karena urusan ini telah selesai, saya mohon jangan ada lagi dendam diantara klan kita!" ucapku, lalu berlalu dari hadapan dari klan Darmaraya ini.

Roh serigalaku bahkan menyeringai senang sepanjang perjalanan."Kita akan bebas Clara" katanya dengan lolongan penuh suka cita. Tak lama, mobilku pun berjalan perlahan keluar menuju gerbang besi rumah keluarga Benigno.

Namun, pasanganku yang berkhianat itu tiba-tiba menghadang,

"Berani kau menceraikanku, akan kurantai kau ke tembok neraka!" Dengan kasar, Benigno menarikku dan melilitkan rantai, "Ingat, Clara! Kau tidak bisa menceraikanku hanya karena aku selingkuh," ancamnya lagi.

Aku sontak berteriak. "Benigno! Kau menyakiti leherku!" Roh Serigalaku bahkan menggeram. Lewat pikiranku, dia berkata penuh provokasi, "Bodoh! Cepat gigit jakunnya, dan dia akan mati!" Tentu saja, tidak akan kulakukan. Serah terima aset belum terjadi. Aku tidak mungkin melawan Benigno.

Untungnya, ayah Benigno tiba-tiba melompati mobil dan menggeram ke arah putranya "Lepaskan dia, Benigno!"

"Jangan hentikan aku, Ayah! Saya akan melepaskan Clara kalau dia berjanji tetap menjadi istriku. Saya sangat mencintainya!"

Mendengar ucapan Benigno, serigalaku bangkit lagi dan mendengus. "Dia mengira kau bodoh Clara. Sekali kau kembali padanya, lelaki itu akan memanipulasimu lagi dan asetmu lenyap!" Kali ini, aku setuju padanya.

"Aku tidak mungkin kembali padamu, Benigno! Kau yang melanggar perjanjian pernikahan ini," ucapku lantang pada pria itu.

"Clara, aku bisa membaca isi kepalamu! Kau hanya bingung karena kau pengidap bipolar. Wajar kau bingung dengan sikap pelayan kita yang ramah." Benigno mengguncang-guncang tubuhku. "Itu pengabdian Clara, bukan perselingkuhan!"

Demi Dewi Bulan! kepalaku tiba-tiba serasa copot dan tubuhku doyong ke arah Benigno. Dapat kurasakan aku mual mendengar ocehan pria itu. Benigno masih merengkuh bahuku dan, 

"Huekkk….." Aku mendadak muntah di bahu Benigno.

Dia yang terkejut mendorongku menjauh. "Clara? Kau menjijikkan!" teriaknya.

Tapi, aku diam saja, tubuhku tidak bergeser sampai muntahku tuntas membanjiri baju dan sepatunya. Dapat kulihat Benigno bergidik jijik, lalu mendadak mengayunkan rantai besi.

"Kau harus dihukum betina idiot!" ucapnya.

Aku mengeraskan rahang kala rantai besi sudah berputar di atas kepalaku. Bunyi mendesing melewati kuping dan sekali hentak aku tangkap rantai besi itu, lalu melemparkan kembali ke arah Benigno yang tidak menyangka gerakanku. Dia terhujam ke tanah–muntah darah karena rantai besi menghantam dadanya.

"Arrgggh!! Kau?!" Matanya tak percaya dengan kekuatanku.

Ayah Benigno bahkan menyerbu ke arahku dengan kecepatan penuh. Padahal, dia sedari tadi diam saja. "Dia masih suamimu sampai aku mengembalikan asset padamu!" peringatnya.

"Saya hanya membela diri! Atau Anda ingin melihat saya mati? Lihat saya tidak membunuhnya bukan? Dia hanya kaget," tegasku.

Walau nada bicaraku tetap sopan, aku menggeram dan menatap tajam matanya. Mata biruku dipenuhi urat merah. Ayah Benigno pun hanya bisa menghela napas. Dia mundur sambil menyeret putranya ke dalam rumah.

Sebenarnya, aku terguncang. Tidak pernah membayangkan pasangan yang kujaga hatinya, ternyata iblis yang ingin mencungkil roh serigalaku dengan racun cinta! Meski Benigno bukan Alpha, dia membangun kepribadiannya sebagai Beta yang rajin dan berdedikasi. Selama ini, dia hanya malas mengantarku ke dokter kandungan.

Tetapi roh serigalaku menyeringai puas. "Ini pilihan tepat, Clara," ucapnya. Entah mengapa, setelah pengkhianatan Benigno ketahuan, ia semakin aktif.  Apa sebenarnya dia tak suka dengan pria itu selama ini? 

Esok harinya, setelah mendapat izin dari ayah Benigno, aku pun mengemas beberapa pakaian dari kamar beracun dan mengambil apa yang kubawa dari rumah ayahku. Aku memberhentikan semua pelayan yang pernah melayaniku. Mulai hari ini dan seterusnya, aku bukan lagi nyonya muda mereka.

Ternyata, Benigno sudah duduk di kursi teras waktu melihat mobilku datang. Dia menungguku menyelesaikan semua urusan dengan memasang tampang congkak sambil menyesap kopinya.

"Clara! Apa kau tak merasa bersalah karena membunuh pelayanmu sendiri?" ucapnya.

Aku mengendalikan diriku, menekan amarah. “Benigno, aku tahu kamu di sini bukan untuk menemuiku, tetapi kamu sebenarnya tidak dalam posisi untuk menuduhku. Lihat saja dirimu sendiri yang sangat buruk, dan memalukan!”

Namun, tiba-tiba saja tukang kebunku berlari lalu bersimpuh di hadapan Benigno. "Maafkan saya, Tuan! Saya mengumpulkan ular itu untuk dijual, tetapi saya tidak mengikat simpulnya dengan kencang karena harus segera ke rumah karena Ayah Tuan menemukan kodok emas untuk obat batuk " ungkap pria itu dengan tubuh menggigil ketakutan.

Benigno mengabaikan penjelasan tukang kebun itu, justru mengibaskan tongkatnya untuk memukul dan meminta dia mundur.

"Semua karena Kau, wanita menjijikan!" sinisnya mendadak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 136 - Remdragon Ambruk

    Clara yang menggembung dalam balutan jubah besar berdiri dengan susah payah dekat meja perjamuan. Dia tersenyum dengan getir, kalau bukan karena Dallas yang bersusah payah memintanya bertemu di tengah malam, Clara tidak menerima tamu sampai dia selesai masa persalinan. Perutnya membuncit dan kencang mencirikan kelemahan dia sebagai seorang wanita dan Clara tidak ingin ada yang tahu bahwa bayi dalam perutnya setiap hari membuatnya tersiksa.Tiap langkah dari Remdragon membuat bayi dalam perutnya gelisah, dia menggeliat dan menendang dengan keras. Clara menutupinya dengan senyum kaku, sesekali dia meringis kesakitan. Mengapa bayinya sangat gelisah di pagi ini?Raja Abigail menyambut Jack dan panatua Saddie di teras aula, sikapnya sangat anggun dan terhormat. Jack menyukai raja ini, terlihat tulus dan polos namun tetap dengan sikap seorang raja yang tinggi dan terhormat. Panatua Saddie memegang tengkuknya dengan susah payah, dia merasakan sakit yang menusuk pada area lehernya, terasa be

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 135 - Henrico Tersandera Rasa

    Di dalam bunker tempat Black Shadow menginap, Jenson masih murung dan merasa kesal karena bodoh tidak menyadari adanya jamur beracun di tanah terlarang klan El Wongso. Silveryn memegang sebuah bambu kecil berwarna gading yang berkilau. Bambu Albutar yang tumbuh di dataran tandus Lembah Yordan berusia seribu tahun, ujungnya keriput seolah lengah dengan keberadaan dunia fana ini mengeluarkan kepulan asap tipis, samar samar Dallas merasa pusing berada di samping Jenson. Silveryn mencibirkan bibirnya. "Enyahlah! Jika engkau lemah terhadap asap racun!" Dallas mendelikkan matanya, kakak tertuanya ini sepertinya semakin memperolok kemampuan tubuhnya dalam mengatasi racun, "Aku hanya sedikit pusing bukan mati!" Jenson tersenyum kecut, "Jangan kau sindir aku!" lenguhnya semakin marah. Silveryn menyanyat kecil pada lengan atas Jenson dan meneteskan darahnya dalam mangkok keramik. Darah berwarna merah terang mengucur perlahan. Jack terhenyak, "Mengapa seperti ini?" Panatua Saddie yang sejak

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 134 - Tak Mungkin Dia

    Setelahnya penjaga tanah keluarga Dharmaraya berlari ketakutan, dia tidak menyadari sepasang mata merah dengan geram melihatnya tanpa berkedip.'Apa yang dicari Black Shadow di tanah ini?' Pikirannya segera bekerja cepat, kakak keempatnya terluka tadi malam dan ular kesayangannya mati mengenaskan, tidak mungkin Black Shadow yang melukainya bukan? Karena kakak keempatnya tidak bercerita tentang penyerangan. "Apa?!" Seruni terlonjak dari duduknya, "Tidak mungkin itu dia!" serunya dengan panik. "Cepat bawa kakak keempat kemari!"Seruni baru saja akan mencicipi sepotong iga panggang madu sebagai menu sarapannya, dia menyukai aroma dan penampilan iga panggang yang berkilat keemasan dalam balutan madu yang sangat lengket. Sejak adik seperguruannya melaporkan bahwa kedatangan Black Shadow ke dalam komplek villa yang mereka sewa, iga panggang itu kehilangan kecantikannya, rasa yang menggugah berubah menjadi sia-sia."Penjaga kita melaporkan guntur di atas villa ini tidak hanya faktor kebetul

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 133 - Jenson Terluka

    Di pagi hari yang lembab, matahari samar samar meluaskan sinarnya. Sekelompok penunggang kuda dengan jubah berkibar terlihat keluar dari istana klan El Wongso, kelompok berkuda ini langsung menarik perhatian sebagian penduduk Lembah Serangga yang sedang memulai aktifitas pagi hari. Bau udara laut tipis menusuk hidung dan Marroco yang memimpin perjalanan, dia terus menajamkan penciumannya.Beberapa petani yang melihat mereka melintasi tepian sawah tercengang, sekalipun topeng perak terpasang pada wajah wajah misterius, dari rahangnya yang menonjol fitur ketampanan dan pesona yang memancar tak hilang dibalik topeng tersebut,"Aku kira tamu tamu klan El Wongso memang menakjubkan, siapa mereka ini?" Seorang petani tua terkagum terkagum dengan tampilan pria muda berjubah besar dan menunggangi kuda Ferdhana milik El Wongso."Sepertinya mereka mencari sesuatu, lihat gerakan pemimpin di depannya yang terus mengangkat wajahnya!""Ugh! Jangan Kau bilang ada penyusup yang melintasi area terlara

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   132 - Kemana Jenson Pergi?

    Karena hari sudah larut, lampu jalan temaram dan ada beberapa yang berkedip, umurnya sudah mendekati kematian. Sesosok tubuh tinggi besar terbatuk batuk di tengah gelapnya malam. Angin yang mendesir diantara ranting ranting pohon jeruk emas. Sosok itu dengan langkah terburu buru pergi mencapai pintu sebuah bangunan dan menggedor kaca yang buram karena embun malam.Sekelompok pria yang duduk di ruang tunggu berdiri sigap dan melihat pada bayangan di kaca buram."Mungkin kakak keempat yang datang. Cepat buka pintunya!""Aku kakak keempat!" Suara serak terdengar dari luar, seolah mengkonfirmasi kecanggungan di dalam ruangan.Pintu kayu yang berat berderit terbuka setengahnya. Tampak sepasang mata merah dengan rambut tak beraturan muncul dari balik pintu. Matanya cukup waspada melihat pada gelapnya malam. Dan dia segera menarik sosok tinggi yang terlihat lemah di hadapannya."Kakak keempat?!" Pekik khawatir muncul dari mulut mereka."Istana El Wongso memiliki prajurit tanpa bayangan yang

  • Istri Terpilih Tuan Alpha   Bab 131 - Alpha Menemukan Remdragon

    Marroco bersungut dan tidak yakin apakah seorang El Wongso akan datang dengan cepat, ini dinihari, sebagai Alpha di Lembah Serangga siapa yang berani membangunkannya?Jadi Marroco hanya bisa pasrah, dia tidak mungkin menerobos area terlarang di kediaman El Wongso. Dia yakin, penjagaannya sangat ketat dan jika terjadi keributan, Black Shadow pasti akan mengetahui dengan cepat. Karena percaya dengan pengaturan dari klan El Wongso, Marroco duduk di sofa besar yang ada di ruang tunggu, seorang staff sudah menghantarkan sepoci teh oolong yang harum dan kudapan kering. Rasa kantuk menyerangnya dan Marroco memejamkan mata di sofa yang nyaman.BAM....Marroco tersentak kaget, suara pintu kaca terbanting karena angin, dia melirik jam di atas meja kopi. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 dinihari, teh yang disajikan masih mengepul hangat. Dia hanya tertidur sebentar. Staff yang ramah masih orang yang sama datang menghampirinya."Tuan! Anda sudah bangun? Maaf karena pintu ini terbanting!"Marroco

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status