Ini adalah kisah yang terjadi di dunia rekaan, mirip dengan sejarah China kuno, namun berbeda. Han Yu Shi adalah seorang pangeran dari Kekaisaran Han yang pernah jaya menguasai seluruh dunia, namun ketika ayah Han Yu Shi terlena dengan kecantikan seorang selir, seorang menteri jahat berhasil mengambil kesempatan dan mengkudetanya. Kaisar mati terbunuh, sedangkan Han Yu Shi dan saudara-saudaranya yang lain dihukum buang.Sembilan tahun penuh penderitaan Han Yu Shi harus lewati dari penyiksaan musuh yang amat membencinya. Menyaksikan satu persatu saudaranya meninggal dalam penyiksaan, dendam Han Yu Shi untuk merebut kekuasaan yang telah luput dari tangannya semakin menggelora. Namun, bagaimanapun statusnya hanyalah seorang budak, tidak punya kesempatan sama sekali untuk melarikan diri, apalagi merebut kekuasaan.Akankah Han Yu Shi berhasil dalam mencapai misinya, mengembalikan kejayaan dinasti keluarganya?Kisah ini hanya fiksi semata. Nama tokoh, lokasi dan sebagainya adalah murni khayalan penulis, tidak ada hubungan dengan kejadian nyata apapun juga.Ini adalah karya saya sendiri, bukan terjemahan.Terimakasih banyak! Saya berharap kamu menyukai cerita ini! Have a nice day!
Lihat lebih banyakPria tua itu menghela nafas penuh kekecewaan. "Kekaisaran Han akan jatuh…" Ia menggelengkan kepalanya, wajahnya menyiratkan kesedihan yang amat sangat.
"Kakek, ada hal yang kau cemaskan?" Seorang remaja pria berusia pertengahan belasan tahun bertanya. Sang pria tua memandanginya.
"Kau adalah cucu tunggalku, satu-satunya kini yang paling bisa kupercaya. Aku ingin memberimu suatu tugas. Bisakah kau melakukannya?"
Remaja itu mengangguk cepat. "Tentu saja kakek!"
"Pergilah ke Istana. Temui kaisar dan katakan pesanku padanya untuk berhati-hati. Tetaplah mawas diri dan sesulit apapun keadaan yang tengah ia jalani, ia tetap harus sabar dan jangan melarikan diri ke dalam kefanaan yang bukan hanya akan menjerumuskannya ke dalam kematian, namun juga seluruh keluarganya."
"Saya menjalankan pesan kakek. Saya akan pergi sekarang juga."
Tanpa membuang waktu lagi si remaja bergegas pergi. Di balik pintu, sang pria mengamatin bayangannya sampai ia menghilang dari pandangan. Mata tuanya berkedip murung. Aku telah mencoba sebisaku, tapi entah apakah aku bisa mengubah Takdir atau tidak Karena Roda Takdir telah berputar, kini Langit berbalik ingin menghukum keluarganya untuk segala dosa yang pernah dilakukannya.
Si remaja memang berjalan sangat cepat, tetapi ternyata ada yang berjalan lebih cepat darinya. Tiba-tiba saja orang-orang tak dikenal itu telah menghalangi jalannya. Salah seorang yang berdiri di tengah-tengah menyeringai, lalu menghunus pedangnya. Mencoba bersikap tenang, si remaja berujar, "Tuan-Tuan, saya yakin saya tidak pernah berbuat jahat dan menyakiti hati siapapun, oleh karena itu saya yakin tidak ada dendam di antara kita. Juga kalian lihat sendiri, saya hanyalah seorang pelajar miskin yang tidak punya uang banyak. Karenanya, mohon Tuan-Tuan hentikan kekonyolan ini dan lekas beri saya jalan."
Si pria asing menyeringai semakin lebar. "Kau memang tidak pernah menyakiti hati kami dan kami pun tidak ingin merampokmu. Tetapi pesan yang akan kausampaikan itu terlalu berbahaya, karenanya kami harus mengenyahkanmu!"
Paras si remaja berubah pucat. "Bagaimana kalian bisa tahu?!..." Apakah ada mata-mata musuh kekaisaran yang menyamar menjadi murid kakek…
"Itu tidak penting. Yang penting adalah kami harus membungkammu agar tidak menyampaikan pesan itu!" Si pria asing menyerang maju, begitu pula para pengikutnya.
Si remaja segera menghunus pedangnya dan bergegas menghadapi serangan musuh, tetapi ternyata lawannya ini benar-benar pesilat tangguh. Hanya butuh waktu semenit sampai si pria asing menangkap pergelangan tangannya, meremukkan tengkuknya dan membuatnya terkulai tidak sadarkan diri. Ia lantas melemparkan tubuh si remaja pada salah satu pengikutnya.
"Benar-benar berbahaya jika anak ini sampai berhasil menyampaikan pesan Sun He Xian pada kaisar. Kalau begitu caranya, rencana kudeta Yang Mulia bisa-bisa malah akan gagal. Untung saja bagi kita untuk menggagalkannya." Ia memberi perintah pada pengikutnya. "Buang anak ini ke penambangan batu di Yitmaiszk. Jadi walaupun dia sadar, dia tidak akan bisa lagi menjumpai kaisar."
Dan ketika mereka membuang si anak ke penambangan batu Yitmaiszk, sang pria tua merasakan sakit yang amat sangat di dada kirinya. Ia berusaha keras melawannya, namun sayang, rasa sakit itu lebih kuat. Ia pun jatuh tersungkur ke lantai.
"Ternyata..." Ia bergumam, nafasnya terengah-engah. "Ternyata dia tak bisa melaksanakannya. Dan akupun juga tak bisa lagi... Melindungi..."
Tangannya yang bergetar jatuh diam ke lantai. Matanya terpejam, rapat. Nafasnya terhenti.
***
Gadis itu masih muda. Ia pula berparas sangat cantik bak dewi khayangan, tutur katanya begitu halus dan lembut, pula wajahnya menyiratkan kebeliaan dan kehangatan yang sangat memikat.
Siapa sangka gadis belia ini ternyata mampu melakukan pembunuhan. Pula korbannya adalah Paduka kaisar sang penguasa negeri.
Tapi nyatanya ia telah melakukannya. Si gadis mengarahkan pandangannya kepada pria yang tengah terbaring di sampingnya, dalam keadaan tak bernyawa. Bibirnya menyunggingkan seulas senyum kepuasan.
"Kau melakukannya dengan baik sekali, keponakanku."
Si gadis mendongak, tersenyum pada sosok yang telah berdiri di hadapannya. "Ya, Paman. Ini pekerjaan yang sangat mudah sekali. Sang kaisar begitu tergila-gila padaku, aku bisa menyuruhnya melakukan apapun yang kuinginkan. Tentunya termasuk meminum racun ini." Ia mengarahkan pandangannya ke arah mangkuk yang tergelincir jatuh di samping tempat tidur.
"Itulah kebodohan pria. Sehebat apapun dia, pasti akan takluk dalam dekapan wanita cantik."
"Paman, kau akan menuruti janjimu, kan? Bila aku berhasil membunuh kaisar, kau akan menjadikanku Gui fu-ren dan menobatkan anak dalam kandunganku sebagai putera mahkota?"
Dan inilah kebebalan wanita. Selalu haus akan kekuasaan. Tapi mana mungkin aku akan membiarkanmu yang mengandung darah daging Kaisar Han mendominasi takhta?
"Sayang sekali, aku tidak bisa mengabulkan permohonanmu yang satu itu."
Mata si gadis terbelalak. "Paman, apa maksudmu?!..."
Si gadis tidak sempat melanjutkan kata-katanya. Pedang milik si pria melesat begitu cepat dan tepat menusuk ke dada kirinya. Segera ia jatuh terbaring di samping pria yang baru saja dibunuhnya, juga dalam keadaan tak bernyawa.
Sudut bibir si pria bergerak-gerak. Ia tertawa, semakin lama semakin membahana. "Hahahahahahaha! Langit memberkati jalanku! Kini aku. Akulah Penguasa negeri ini. Penguasa dunia ini!"
Si pria terus tertawa tiada henti, tidak menyadari seorang bocah laki-laki kecil berpakaian mewah tengah mengawasinya dari balik pintu. Bola mata lugu anak itu kini melebar ketakutan. Sedetik kemudian, ia memutar tubuh kecilnya, bergegas lari.
Suara langkah si bocah terdengar oleh pria itu. "Siapa di sana?!?"
Si bocah berlari semakin cepat. Menjadi geram, si pria melangkah keluar ruangan dan kini telah memelototi si bocah kecil yang kini hanya dapat berdiri terpana. Ia menyeringai. "Ah kau pasti sang Pangeran yang sayangnya sekarang bukan lagi pangeran. Kau masih belum tidur? Rupanya kau hendak menyaksikan peristiwa spektakuler di mana aku menggantikan posisi Ayahandamu."
Walau ketakutan, si bocah masih tetap mampu menunjukkan ketegarannya dan wibawa layaknya seorang bangsawan agung. "Kau berencana mengkudeta Kaisar, Perdana Menteri. Kau melanggar aturan negara. Kau akan dikenai hukuman setimpal."
"Itu tidak akan terjadi, Nak. Karena benda ini telah berada dalam genggamanku" Si pria mengangkat tangannya yang menggenggam stempel kekaisaran tinggi-tinggi. "Kini, akulah Penguasa negeri ini. Kaisar baru, Penguasa Dunia ini!" Ia kembali melengkingkan gelegar tawanya yang penuh kesombongan. Mematung di hadapannya, sang pangeran kecil tergugu. Tubuhnya yang kecil gemetaran hebat. Ia ingin sekali melakukan sesuatu, tetapi ia tidak bisa melakukan apapun.
Saat ini tidak bisa.
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen