Noah terus berenang semakin dalam sambil membuka matanya lebar- lebar. Baru kali ini dalam seumur hidupnya, Noah merasa setakut itu. Bukan karena keberadaan Emily di kastilnya adalah tanggung jawabnya, namun, karena dia Emily. “Em … di mana kamu?” tanya Noah dalam hati sambil terus berenang tanpa takut kakinya juga terlilit. Kematian Clara waktu itu membuat danau itu benar- benar terlarang untuk di berenangi. Karena itu juga tanaman di bawah danau itu tak lagi diurus sehingga semakin lebat. Kini mau tak mau pikiran Noah terus tertuju pada tragedi itu. Noah tak akan bisa memaafkan dirinya jika sesuatu terjadi pada Emily. Noah terus mencari, namun walau dia semakin jauh ke dalam mencari wanita itu, tak ada sekelebat bayangan Emily di dalam air yang gelap itu. “Apalagi dia mabuk,” erang Noah dalam hati sambil naik mencoba mengambil napas. Pria itu mengambil napas lagi untuk kembali masuk ke dalam air, namun sebelum dia sempat masuk ke dalam air ada bayangan putih yang ditangkap sud
Wanita itu duduk dengan senyuman lebar di wajahnya. Bianca adalah wanita yang sangat cantik, tapi kali ini karena suasana hatinya bahagia, wanita itu terlihat berseri-seri. Dia tersenyum saat menerima masakan mama Karen. Karena terlalu lama melukis dan mengajari Bianca, Papa Leon memaksa Mama Karen untuk memasak. Semua itu luar biasa di mata Bianca, kalau seorang yang sekaya Karen bisa melakukan hal remeh seperti memasak. Bianca mengatakan itu hal remeh karena, di rumahnya, Alice tak akan mau menyentuh dapur, tapi ternyata mama mertuanya walau sangan adikuasa tetap saja mau disuruh masak oleh Papa Leon. Ternyata di studio lukis Leon ada dapur kecil yang dilengkapi kulkas dan meja makan untuk empat orang sehingga tiba- tiba saja Leon meminta makan seenaknya pada istrinya. Awalnya Bianca mengira akan muncul beberapa pelayan membawa makanan dari pintu rahasia, karena biasanya memang terjadi seperti itu di kastil Noel, tapi kali ini tak ada pintu rahasia, Mama Karen benar-benar akan m
Ch. 61Begitu sampai rumah, wanita itu seakan lupa kalau kemarin Noel menguncinya di luar. Mereka bergandengan tangan dan Bianca dengan manja bergelayut dan bersandar penuh di pundak suaminya.Wanita itu bahkan bersenandung sambil berjalan di samping Noel. Walau sebenarnya Noel tak menyukai kedekatan seperti ini, tapi karena suasana hati Bianca sedang baik, Noel pun ikut senang. Kabar Emily sakit saja tak diambil pusing oleh Noel, padahal biasanya jika tak ada Emily, Noel seperti kehilangan pegangan. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah sambil tersenyum.Seharusnya setelah mengantarkan Bianca ke kamarnya, Nowela bisa kembali ke ruang perpustakaan yang sudah seperti itu di kamarnya itu. Namun anehnya pria itu bakal ikut bersama Bianca ke ruang baju untuk membersihkan diri lalu mengganti baju tidur. “Aku pasti bau bumbu,” kikik Bianca sambil mulai melucuti pakaiannya tanpa malu.Noel memperhatikan tubuh mulus istrinya sambil menelan ludah. Kali ini tidak hanya hasratnya yang ke mula
Karen menatap suaminya yang masih saja tersenyum memandangi hasil lukisan Bianca tadi. Menurut mata Karen, lukisan itu biasa saja. Dia memang tak mengerti apapun tentang lukisan. Walau dia sudah mempelajari dunia suaminya sejak awal mereka menikah, tapi tetap saja Karen tak mengerti mana lukisan yang bagus, mana yang tidak. Semuanya tampak sama. Seperti hasil lukisan Bianca ini. Menurut Karen, lukisan itu biasa saja. Lukisan jarak dekat sebuah bunga di atas tanah. Warnanya pun biasa kuning. Masih banyak lukisan yang lebih bagus, tapi Leon masih saja termenung memandangi lukisan menantunya itu. “Aku dapat merasakan kesepiannya. Apa Noel jahat padanya?” tanya Leon tiba- tiba. Pria itu masih menatap lukisan, tapi karena hanya ada Karen di situ, jadi wanita itu tahu kalau suaminya berbicara padanya. Karen mendesah dan akhirnya menyerah sok sibuk membereskan segala sesuatu. Suaminya tak peduli dengan deretan piring bersih dan meja makan yang mengkilap. Yang dia pikirkan hanya lukisan Bian
Wanita itu entah mabuk atau bagaimana, tapi lebih berani malam itu. Noel memang mau menarik istrinya agar mendekat padanya, tapi tak menyangka juga kalau Bianca berani naik begitu saja ke atas pangkuannya. Jelas tidak mabuk, mereka tidak minum apa-apa dengan alkohol tadi. Tapi kenapa tiba- tiba wanita itu sudah mulai menggoyangkan pinggulnya. Setiap gesekan yang wanita itu berikan semakin membuat Noel menggila. “Aku suka vanila, wanginya manis dan segar.” ujar wanita itu sambil mengambil air dan menuangnya ke pipi Noeh. rasanya hangat sehangat hati Noel. Wanita itu sungguh cantik menggoda, sempurna duduk di atas pangkuannya. Wanita itu mendesah lalu merebahkan kepalanya di pundak Noel sehingga pria itu tak bisa melakukan apa- apa kecuali mulai mengelus punggung istrinya.“Iya … manis,” gumam Noel sambil berusaha menahan dirinya sendiri, namun dia tau kalau aliran darahnya semakin deras menuju sesuatu di bawah sana. “Apa akan terasa sama Bian ya?” tanyanya sambil berusaha agar ada jar
Sekujur tubuhnya seakan dialiri listrik yang menggelitik, keringat bermunculan. Tubuh Bianca terasa panas, padahal mereka belum mulai apa- apa.Pandangannya yang kabur lama- lama menjadi jelas kembali saat suaminya mengusap rambut Bianca dengan kasar. “Sekarang giliranku,” desahnya dengan suara serak lalu tanpa menunggu segera menyatukan tubuh mereka. Tangan Bianca memegang marmer meja tempat wastafel di sampingnya. Noel dengan senyum tipis di wajahnya mengangkat kaki Bianca dan mulai menyentuhnya lagi. “Uugh,” erang Bianca kaget saat merasakan jemari Noel lagi. Namun kali ini pria itu tiba- tiba menunduk dan mulai merasakan istrinya dengan lidahnya yang liar. Bianca menggeliat geli. Jemarinya masuk ke rambut suaminya, menariknya dengan kencang sambil mendesah parau. “Jangan, jorok di situ!” erang Bianca manja sambil menatap bola mata biru Noel yang menggelap. Walau sudah berulang kali pria itu merasakan dengan lidahnya, tetap saja Bianca merasa malu.“Kamu habis mandi, dan ini wan
Sepanjang menunggu agar wanita itu sadar, Noah merasa seakan dadanya ditimpa dengan batu besar. Rasa ketakutan yang tak pernah dia rasakan kini memenuhi hatinya.Lalu ketika wanita itu terbangun dan menatap pada Noah, itu juga tak dapat Noah mengerti. Kelegaan yang dia rasakan juga membuatnya bingung sendiri. Seumur hidup Noah, dia tak pernah peduli terhadap seseorang, dan kalau diingat-ingat apa yang terjadi, Noah melompat ke dalam danau tanpa berpikir panjang. Begitu menyadari kalau wanita itu terlilit, Noah begitu takut sampai tak lagi memikirkan keselamatan dirinya lagi dan segera terjun begitu saja untuk menyelamatkan Emily. “Apa yang terjadi padaku?” geram pria itu dengan kesal sambil memukul kepalanya sendiri. Kini wanita itu tidur dengan nyamannya di tempat tidur Noah. Tempat di mana tak pernah ada wanita lain pernah menjejakkan kakinya. Begitu wanita itu sadar di tepi danau tadi, Noah juga tanpa berpikir membawanya ke kamarnya. Dengan sengaja pula Noah memanggil dokter da
Namun sayangnya hari itu tak berjalan sesuai dengan keinginan Noel. Baru saja dia menyingkap selimut Bianca dan merasakan cerukan leher istrinya lagi, tiba- tiba saja pintunya diketuk. Pria itu segera ambruk di atas istrinya. “Argh!” geramnya kesal. Dia tahu dari ketukan itu kalau bukan Emily yang mengetuk, dan itu tandanya penting. Karena Selain Emily tak akan ada yang berani mengetuk pintu kamarnya. Pria itu menatap wajah cantik istrinya yang sudah pasrah berada di bawah tubuhnya dengan penuh penyesalan. “Ada yang ketuk pintu,” desahnya kesal. “Hmm,” jawab wanita itu sambil mengangkat kedua tanganya di atas kepalanya seakan memberi akses pria itu untuk melakukan apa saja pada dirinya. Gairah Noel semakin melonjak. “Biarkan saja!” geramnya lalu segera menunduk dan mulai merasakan istrinya lagi. Bianca mengerang pelan saat pria itu mulai memainkan kedua asetnya dengan rakus. Wanita itu baru mau merasa melayang saat kembali terdengar ketukan yang lebih mendesak dari pin