Share

Part 3

Author: Mama fia
last update Huling Na-update: 2023-11-01 12:49:21

Firda melanjutkan langkahnya ke belakang untuk membuatkan minuman dan juga menyiapkan beberapa camilan untuk mereka. Dari dapur Firda mendengar suara mereka yang berbincang-bincang sambil sesekali tertawa. 

Tamu suami istri itu sama-sama humoris. Rayan juga sebenarnya orang yang ramah dan suka bercanda. Hanya saja semua itu hanya dengan teman-temannya, bukan dengan istrinya.

Itulah yang sering membuat Firda sedih, suaminya terlihat lebih bahagia dengan orang lain dibanding saat berdua dengan dirinya.

"Silakan diminum," kata Firda dengan sopan, sambil meletakkan hidangan di atas meja.

Rayan mengenalkan tamu yang datang ke rumahnya saat ini pada Firda.

"Ini Mbak Maya dan suaminya Pak Yahya. Mbak Maya ini guru ngaji di salah satu mushola yang menerima bantuan dari perusahaan. Kebetulan aku yang mengurus bantuan itu dan ternyata tetangganya Mbak Maya juga temanku SMP. Jadi kita sering bertemu kalau ada waktu berkunjung ke mushola, sekalian mampir silaturahmi," jelas Rayan dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

"Iya, Mbak, maaf kami baru bisa menjenguk Pak Rayan, soalnya baru tahu juga kalo Pak Rayan kecelakaan," ucap wanita yang bernama Maya itu. 

Sama halnya dengan Rayan, Maya pun tak henti-hentinya tersenyum. Namun bagi Firda, senyum Maya terlihat genit. 

Firda segera menyingkirkan pikiran buruknya. Dia berpikir mungkin sudah karakter Maya seperti itu. Apalagi kata Rayan, Maya adalah guru mengaji, pastinya dia lebih paham soal etika dan agama. 

Wajah Maya sangat manis dengan make-up tipis dengan postur tubuh yang cukup seksi meskipun tidak tinggi. Wanita itu juga terlihat ramah dan mudah bergaul.

Maya memang memakai jilbab, tetapi pakaian yang dikenakannya sedikit ketat. Laki-laki normal pasti akan suka melihatnya. Sementara suami Maya yang bernama Yahya berbadan agak kecil dan juga tidak tinggi. Wajahnya biasa saja, kulit sawo matang dengan kumis agak tebal.

Meskipun Rayan bukan laki-laki berkulit putih tapi tubuh Rayan tinggi tegap. Wajahnya pun terlihat manis dan awet muda, dengan kulit sawo matang tapi bersih. 

Setelah berbincang-bincang cukup lama, mereka pun pamit pulang. Karena Rayan terlihat masih di teras, tetangga dan teman-temannya yang lewat depan rumah akhirnya masuk dan jadilah acara berbincang sampai malam alias begadang.

Firda pun kembali membuatkan kopi karena mereka semua laki-laki.

Setelah itu Firda berwudhu dan langsung ke kamar untuk sholat isya'. Setelah sholat, Firda merebahkan tubuhnya di samping putrinya yang sudah terlelap dari maghrib tadi. Didengarnya suara mereka yang bercanda dan tertawa termasuk suaminya.

Tak terasa kedua mata Firda mengembun. Perasaannya tiba-tiba sakit. Rayan terlihat bahagia jika bersama teman-temannya. Jika berdua dengannya kenapa berbeda? Bercandanya jarang, marahnya terus-terusan.

"Entahlah apa salahku, selama ini aku juga selalu berusaha menjadi istri yang baik. Apalagi setelah melahirkan Syifa, bukannya semakin sayang sama istri, tapi semakin menyebalkan saja sikapnya. Tidak pernah bisa diajak bicara, apalagi musyawarah. Kerjaannya hanya marah-marah. Apa yang harus kulakukan, Ya Allah?"

Dengan hati sedih, Firda akhirnya terlelap dan larut ke dalam alam mimpi, setelah lelah menangisi diri sendiri.

"Ma ... susu ... Adek mau susu ...." 

Firda terbangun oleh suara Syifa yang kehausan. Dilihatnya jam di dinding yang masih menunjukkan angka dua dini hari.

Setelah memberikan Syifa susu dan menidurkannya kembali, Firda menyadari jika Rayan tak ada di kamar. Dicarinya suaminya itu yang ternyata masih duduk di kursi teras sambil senyum-senyum memegang ponselnya.

"Pa, sudah malam, tidurlah ...."

Firda berkata kepada suaminya dengan lembut.

Rayan yang tak menyadari istrinya tiba-tiba sudah di depannya hanya menjawab dengan santai.

"Kamu lanjut tidur saja biar Syifa nggak ikut bangun. Kalau aku ngantuk juga pasti nanti langsung tidur."

Firda pun tak membantah. Dia hanya menghela napas panjang memperhatikan tingkah suaminya dan teras yang sangat berantakan. 

Firda berlalu dan lanjut menenggelamkan kepalanya di atas bantal, dengan perasaan yang sangat kesal.

Pikiran Firda menerawang, apa yang terjadi dalam rumah tangganya sekarang. Memang terlihat tenang. Namun, jika diteruskan, dirinya takut akan ada hal-hal yang akan lebih menyakitkan.

Harus bertanya pada siapa? Harus bicara kepada siapa? Firda tak tahu.

Jika hanya masalah tak punya uang, tak masalah jika Firda harus bercerita kepada salah satu teman dan juga tetangganya yang sudah seperti saudara, Yunita namanya. 

Yunita selalu membantunya. Yunita orang yang sangat ikhlas dan tak pernah riya'. Dia selalu menolong tanpa mengharapkan imbalan. Beruntung sekali Firda menjadi salah satu teman dekatnya. Itulah yang menjadikan Firda selama ini kuat menghadapi segala sesuatu yang menimpa hidupnya.

Akan tetapi, kali ini Firda menyadari, masalahnya lebih dari soal materi. Dia sangat takut kali ini masalah hati. Hati yang akan tersakiti jika memang apa yang Firda duga kali ini benar-benar terjadi.

Masalah besar yang sebagian pasangan akan memilih berpisah daripada bertahan. Meskipun Firda tidak yakin Rayan berhubungan dengan siapa, tetapi kali ini Firda benar-benar meyakini prasangkanya. Dan Firda tak mau siapa pun tahu.

Firda yang selama ini selalu positif thinking, kali ini hatinya menolak tanpa bimbang. Namun, dia juga bingung bagaimana cara untuk mengetahui perselingkuhan suaminya. 

Firda berpikir jika Rayan tak ada tanda-tanda seperti suami yang selingkuh, kecuali sikapnya yang semakin cuek dan sering marah-marah tanpa alasan.

Setiap hari suaminya pulang dan tepat waktu. Jika main pun Rayan hanya berjalan kaki karena hanya pergi di sekitar perumahan saja. Di hari Sabtu meskipun Rayan libur, dari dulu dia memang sering masuk kerja buat lembur untuk menambah penghasilan. 

Hari Minggu pun dia tidur sepanjang hari di rumah. Rayan selalu memberi uang gajiannya penuh sesuai dengan slip gaji yang dia terima. 

Lalu bagaimana Firda bisa curiga? Jika curiga, apa dia harus membuntuti ke manapun suaminya pergi?

Tidak mungkin bagi Firda melakukan hal itu. Selain tempat kerja Rayan yang jauh sekali, Firda pun tak ada kendaraan lagi. Bisa saja dia pinjam motor pada Yunita, tetapi dia tak punya SIM. 

Firda juga tak tahu arah jika yang dibuntuti sudah jauh meninggalkannya. Apalagi harus membawa Syifa, tak mungkin Firda bisa melakukannya.

Firda masih terus memikirkan cara untuk mencari bukti suaminya yang diyakininya selingkuh. Jika mengecek ponsel Rayan, Firda juga tak tahu passwordnya. 

Otak Firda sudah tak bisa berpikir lagi. Dia kali ini hanya pasrah saja dengan keadaan rumah tangganya. Hanya pada Allah tempatnya mengadukan semua masalah. Tak lupa memohon dibukakan pintu hati Rayan. Hanya Allahlah Yang Maha membolak balikkan hati hamba-Nya.

Akhirnya Firda beringsut turun dari ranjang, berjalan ke belakang mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat malam. 

Bermunajat pada Allah adalah salah satu jalan agar pikiran dan hati tenang. Berharap esok hari ada petunjuk bagi Firda yang Allah berikan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri dari Surga   Part 31

    Firda melangkah keluar kamar dan berjalan ke luar dengan membawa dompet yang hanya berisi KTP dan juga ponselnya. Entah apa yang dipikirkan Firda saat ini, hatinya terasa sakit dan perih. Dia terus melangkah tanpa arah dan tujuan dengan berjalan kaki.Tak ada air yang menetes dari matanya, tak ada suara isak tangis dari bibirnya, tak ada kemarahan dalam hatinya, yang ada hanya keinginan untuk meninggalkan semuanya. Bahkan Firda tak ingin mengajak serta putrinya. Firda hanya ingin pergi sendiri karena tak ingin putrinya terlunta-lunta bersamanya yang bahkan tak tahu ke mana tujuannya dan hanya mengikuti kaki melangkah.Berjalan dan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang tanpa ada tetangga yang mengetahuinya karena saat itu suasana sekitar perumahan benar-benar sepi.Sementara Rayan masih menunggu balasan pesan dari istrinya yang tak kunjung ada. Sudah lebih dari lima belas menit Rayan pun tak sabar lagi. Sambil menahan emosi karena pesan yang tak berbalas, Rayan menemui Firda di ka

  • Istri dari Surga   Part 30

    Ketika ketulusanmu tidak dihargai,sebaiknya segera angkat kaki.Tebus kecewamu dengan keikhlasan.Dan pergilah tanpa menoleh ke belakang.***Entah pulang jam berapa Rayan tadi malam, Firda tak mau tahu lagi. Dibiarkan Rayan tidur sepanjang hari tanpa niat membangunkannya walaupun sampai malam nanti, begitu rencana Firda. Hatinya juga sudah mulai lelah. Lelah dengan masalah yang selalu sama.Setelah membersihkan rumah dan menjemur pakaian yang sudah dicucinya, Firda pun tidur kembali di kamar Syifa. Kepalanya pusing sekali akhir-akhir ini, perutnya mual dan Firda menyadari jika dirinya hamil lagi karena tamu bulanannya bulan ini tak kunjung tiba. Firda tak tahu harus bersyukur atau sedih dengan keadaannya, mengingat kondisi ekonominya saat ini yang masih tak membaik juga. Dia juga masih belum memberitahukan kepada Rayan tentang kehamilannya. Firda takut akan menambah beban pikiran Rayan dan semakin memancing emosi suaminya."Masih belum saatnya memberitahunya sekarang, mungkin aku a

  • Istri dari Surga   Part 29

    Malam harinya mereka semua bermusyawarah membicarakan harga rumah serta biaya-biaya notaris dan tak lupa kesepakatan mengenai pajak-pajak yang harus ditanggung oleh keduanya. Rayan menyampaikan juga bahwa semuanya akan diurus oleh Ali. Beny pun setuju karena dia juga mengenal Ali dengan baik karena mereka semua memang tinggal di perumahan yang sama. Rayan pun meminta uang muka pada Beny untuk melunasi hutangnya di bank agar bisa segera mengambil sertifikat rumahnya. Kesepakatan pun akhirnya tercapai sudah.Firda dan Rayan kemudian mencari info rumah yang dijual untuk persiapan tempat tinggal mereka. Setelah hampir tiga bulan lamanya mencari ke sana ke mari akhirnya mereka pun mendapatkannya. Rumah kecil di sebuah perumahan yang letaknya di pinggir kota. Bersyukur mereka masih mendapatkan sisa uang untuk membeli rumah dengan cara tunai. Firda sudah lelah dan tak mau berhutang lagi. Rayan pun menyetujui. Syifa terpaksa pindah sekolah karena tak mungkin bersekolah di tempat sebelumnya

  • Istri dari Surga   Part 28

    Berjuanglah meski terkadang raga lelah.Berdo'a dan pasrahlah pada Sang Pemilik Ijabah.Hingga tersingkirkan segala macam masalah.***"Ma, aku menyerah. Memang lebih baik kita jual saja rumah ini. Semoga masih ada sisa dan cukup untuk beli rumah lagi. Aku juga ingin tenang. Semoga aku juga bisa segera mendapatkan pekerjaan kembali. Malu aku sama teman-teman, aku sudah terlanjur cerita pada mereka akan bekerja di Australia. Pusing sekali aku, Ma," ucap Rayan pada Firda dengan wajah yang kusut karena banyak pikiran.Rayan akhirnya mau tak mau menyetujui keinginan Firda untuk menjual rumahnya agar bisa melunasi semua hutangnya yang ada di bank dan koperasi. Meskipun rasanya berat sekali, tapi mau bagaimana lagi karena ini adalah jalan satu-satunya."Alhamdulillah, akhirnya Papa mau menjual rumah ini. Ya, sudah, minta tolong saja sama teman Papa yang kerja di bagian pemasaran perumahan itu, biar sekalian dipasarkan rumah kita. Nanti aku juga akan bilang ke ibu-ibu barangkali ada yang min

  • Istri dari Surga   Part 27

    "Bagaimana ini, kok kita belum dapat kabar lagi, ya? Mana paspor kita dibawa. Aku telepon juga nggak pernah diangkat, malah sekarang nggak aktif," kata Harun pada Rayan."Iya nih, aku jadi khawatir. Aku takut yang dipikirkan Firda benar, kita berdua tertipu. Tapi kenapa paspor kita juga dibawa, kalau niatnya menipu buat apa coba dia repot-repot mengurus paspor kita dan juga visanya," ucap Rayan yang sebenarnya hanya meyakinkan dirinya sendiri.Rayan benar-benar takut jika dirinya kena tipu lagi. Uang darimana untuk membayar semua hutangnya. Bayar pinjaman di bank, di koperasi, apalagi sekarang dirinya sudah tak bekerja lagi."Begini, besok kita datangi saja pondok pesantrennya. Semoga orangnya lagi di sana dan kita bisa bertemu untuk memastikan kapan keberangkatan kita," saran Harun yang mau tak mau dia sedikit tidak enak dengan Rayan karena gara-gara dirinya, Rayan jadi ikut-ikutan mendaftarkan diri jadi TKI di Australia. Apalagi Rayan sudah keluar kerja, Harun semakin merasa bersala

  • Istri dari Surga   Part 26

    Karena takdir itu tak seindah rencana.Itulah mengapa di balik setiap do'a selalu ada kata "semoga".... ***Sekali lagi ... kenyataan yang dihadapi tak sesuai ekspetasi. Harapan berjualan skincare pun tak berjalan dengan lancar. Kembali Firda berpikir, kenapa tak seperti yang dia baca di novel yang selalu menceritakan kesuksesan seorang istri yang berjualan online. Sementara Firda, tiga bulan ini menjalaninya tak juga ada hasilnya. Jika laku pun hanya beberapa dan itu pun untungnya hanya bisa dibuat untuk membeli kuota mingguan saja.Apalagi kalau ada yang bertanya, yang jualan pakai nggak? Kalau pakai, kenapa wajahnya nggak berubah? Masih saja sama seperti sebelumnya. Terus terang saja Firda jawab apa adanya, dia memang belum memakai produk yang dijualnya karena uangnya belum ada. Tujuan menjual juga dia sampaikan kalau sudah punya uang baru akan membelinya. Miris sekali rasanya, dan Firda pun mulai putus asa.Ingin rasanya Firda membantu suaminya menambah penghasilan walaupun ha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status