Ucapan dari Beni, membuat Evan marah. Ia tidak terima adiknya direndahkan demikian, dirinya sudah hendak memukul Beni. Namun, Anggita menghentikannya.
Wanita itu kembali menoleh menatap ke arah Beni yang tengah tersenyum mengejek ke arahnya."Jaga bicara kamu, yang selingkuh dan memiliki simpanan itu kamu bukan aku. Lihat saja, tunggu surat gugatan cerai dari aku!" Anggita tak mau membuat orang melihat ke arah mereka, ia langsung menarik Evan menjauh dari Beni.Beni terdiam, mendengar apa yang diucapkan oleh Anggita ia tidak bisa membalasnya. Bisa-bisanya sekarang wanita itu sudah berani menjawab dengan nada keras seperti itu. Dirinya heran mengapa penampilan Anggita kini sangat berbeda jauh, kini terlihat cantik dan anggun."Bagaimana bisa istri lusuhmu itu menggandeng lengan dari Evan dan penampilannya terlihat lebih segar?" tanya Sandra heran."Aku juga tidak mengerti kenapa bisa penampilan dia berbeda. Baru saja keluar rumahku seminggu, sudah menjadi simpanan."Beni kesal, bagaimana bisa Anggita sekarang tampil lebih cantik. Sementara, saat menjadi istrinya Anggita hanya memakai daster saja di rumah, bahkan tak ada wangi di sekitar tubuhnya.Sementara itu, Evan mengomel kesal. Ia merasa ingin sekali menghajar dan merobek mulut besar Beni."Jadi itu selera kamu sampai keluar dari rumah kami dan memilih bersama dia?""Sudahlah, Kak. Jangan di bahas kebodohan aku."Evan menarik napas, mencoba menekan diri."Ya sudah kamu berjalan-jalan saja di sekitar hotel atau jika mau tetap di kamar tidak apa-apa di sini ada fasilitas wi-fi dan aku juga membawa laptop jika kamu ingin menonton. Aku akan kembali lagi syuting, mungkin nanti malam setelah aku selesai kita bisa sama-sama pulang ke rumah," ujar Evan.Anggita mengangguk, sepertinya ia akan memilih untuk berada di kamar kakaknya tersebut daripada dirinya berjalan-jalan dan bertemu lagi dengan Beni yang akan membuat emosinya meluap-luap. "Sepertinya aku akan di kamar saja menonton aku juga lelah dengan istirahat Kakak selesaikan saja syutingnya aku di sini," ungkap Anggita.Sebelum pergi lelaki itu mengusap puncak kepala dari Anggita. Dirinya merasa kasihan dengan apa yang terjadi kepada adiknya tersebut.***Setelah selesai syuting, keduanya segera pulang karena baskara ingin mengajak saudara-saudaranya untuk makan malam bersama. Akhirnya keempat bersaudara itu berada di meja makan yang sama. "Sudah menikah kenapa aku tidak memiliki ponakan?" Anggita yang tengah menikmati makanannya yang dibuat para pelayan itu pun menoleh mengapa sekarang dirinya yang disinggung mengenai keponakan."Aku kan sudah bercerai dengan Beni, mengapa harus memiliki keponakan?" tanya Anggita kesal. Mana bisa orang tidak bersuami memiliki keponakan, lagi pula dirinya tidak ingin memiliki anak dari Beni akan jadi apa anaknya jika ayahnya saja seperti itu."Mati satu tumbuh seribu, memangnya siapa yang menyuruhmu memiliki anak dari Beni kamu bisa menikah lagi jika kamu mau berhenti biar kakakmu yang mencarikannya," ungkap Andre. Dirinya hanya tidak ingin jika adiknya berlalu larut dalam kesedihan karena memikirkan hal tersebut."Atau kamu mau diperkenalkan dengan teman-teman kakak yang sudah dijamin kaya raya dan memiliki attitude yang baik," ungkap Baskoro menimpali.Anggita tidak memikirkan hal tersebut ia hanya melanjutkan makan malamnya. Namun, ketenangan saat makan malam tersebut terusik ketika ponsel Evan berdering."Bukankah sudah kubilang silent hp jika berada di rumah," ujar Baskoro."Maaf maaf aku lupa," ujar Evan. Ponselnya masih terus berdering."Itu telepon dari wanita mana lagi yang sedang kamu kencani?" tanya Andre yang menuduh.Mendengarkan ponsel adiknya itu untuk mengangkat teleponnya dan loudspeaker. Evan mengangkat panggilan telepon itu dan melakukan apa yang diminta oleh kakaknya."Evan skandal besar! Kamu dituduh menjadi seorang pebinor dan lihat beritanya sekarang sedang trending di media sosial." Itu adalah telepon dari managernya, setelah panggilan telepon itu mati dia melihat media sosial dan benar sangat ramai.Ia langsung saja membuka media sosialnya, ada foto Evan dan juga Anggita yang wajahnya disensor dengan dilampirkan sebuah kata-kata 'aktor populer yang sedang naik daun ternyata menghancurkan rumah tangga orang'.“Siapa yang melakukan hal itu dan menyebarkan gosip murahan itu?” Baskoro terlihat marah.Evan memperhatikan foto yang diunggah seseorang, itu kejadian yang terjadi di hotel saat ia dan Anggita bertemu dengan mantan suami sang adik. Namun, ia tak menyangka akan terjadi hal seperti itu. Mana tahu jika ada yang membuat gosip tak sedap seperti itu. “Rese banget sih, ini pasti ulah Beni, Kak. Aku yakin dia itu yang melakukan hal semacam ini.” Anggita bicara dengan menggebu karena kesal akibat ulah sang mantan suami. Baskoro meremas taplak meja, ia bersumpah akan membuat mantan suami adiknya itu menjadi gelandangan. Tidak ada ampun untuk mereka yang membuat sang adik mengeluarkan air mata sedikit apa pun.“Biarkan saja, nanti aku yang urus semua. Kita kembali makan, jangan buang-buang tenaga menghadapi hal seperti itu.”Mereka kembali makan, walau seperti itu Evan merasa tak tenang. Ia pun melirik sang Kakak yang tenang saat makan. Evan kembali berpikir apa yang akan di lakukan oleh
Bunga menarik Anggita untuk berkumpul dan berkenalan dengan beberapa ibunya temannya. Mereka langsung menyambut dengan hangat. “Wah Tante Bunga, cantik, ya. Kenalin mamanya Arian.” “Eh, iya. Mama Arian, salam kenal.” Lalu kembali beberapa ibu dari temannya sudah di kenalkan oleh Bunga. Ternyata, keponakannya itu adalah anak yang riang dan baik hati. Bahkan, tak mau terlihat kaya di depan beberapa temannya. “Bunga senang deh sudah ada tantenya,” ujar Mama Arian. “Iya kebetulan aku akan menghabiskan waktu di Indonesia. Kangen juga sama Bunga. “ Acara ulang tahun pun di mulai, anak-anak semua bergembira termaksud Sasy teman sekelas Bunga. Anggita duduk dengan meminum es kopi. “Untung saja mereka tak menyebut aku suster lagi. Masa ia secantik ini di samakkan dengan asisten.” Anggita memperhatikan Sasy, anak perempuan itu cantik dan terlihat seperti anak orang kaya. Namun, ia kembali teringat ayahnya Sasy. “Ah, Papanya menyebalkan.” Sasy tiba-tiba menghampiri Anggita yang sibuk m
“Tante kenapa sih?” tanya Bunga. Sejak tadi anak itu memperhatikan sang tante yang kerap menggerutu sendiri. Anggita hanya tersenyum lalu menggeleng. Mana mungkin ia mengatakan jika dirinya kesal dengan ayahnya Sasy yang tidak punya sopan santun.“Tante kesal ya sama Papanya Sasy?” tanya Bunga.“Hah, enggak. Tapi, apa memang orangnya begitu ya?” Anggita malah penasaran dengan pria itu.“Om Raka memang seperti itu. Selalu terburu-buru, makanya kasihan aku sama Sasy. Mana Mamanya enggak tahu kabarnya,” ungkap Bunga.“Jangan seperti itu.”“Ya benar, Tan. Mamanya pergi katanya enggak datang lagi padahal Sasy sudah menunggunya.”“Eh, sudah ah. Jangan bahas Papanya Sasy.” Anggita mengajak masuk keponakannya ke dalam karena sudah larut malam.Bunga masuk kamar, sedangkan ia duduk di ruang TV menunggu kakaknya pulang. Ia memperhatikan sekeliling, lalu berpikir apa setiap hari kakak iparnya pulang selarut itu. Tiba-tiba ia teringat saat dirinya menjadi istri Beni, keluar rumah saja
“Siapa yang cantik, Mas?” tanya Gani –adiknya Beni.Beni menoleh ke arah Gani, untuk apa sang adik datang ke rumahnya karena ia merasa tidak ada urusan dengannya. “Siapa kek, mau tahu aja kamu. Ngapain ke sini, aku kayanya enggak minta kamu ke sini.” “Iya memang bukan Mas, tapi ibu minta aku ke sini. Katanya dia minta uang, tahu sendiri Anita suka ngambek kalau tahu aku ngasih ke ibu.”Wajah Gani terlihat tertekan jika membicarakan tentang ibu dan istrinya. Beni sedikit memicingkan mata karena ia merasa ibu dan adik iparnya itu sangat kompak. Namun, kenapa malah Anita seperti itu pikir Beni. “Gani, aduh ibu sudah menunggu kamu. Bagaimana, kamu bawa kan uang yang ibu minta?” tanya Bu Neni.“Bu, aku enggak bisa ngasih full. Ibu tahu kan kemarin aku habis acara selamatan rumah. Ibu tahukan Anita enggak pernah tanggung-tanggung kalau buat acara. Uangku habis,” ujar Gani.Wajah Bu Neni masam, ia tak terima jika anaknya menolak permintaan dirinya. Dia sangat membutuhkan uang yang
Anggita memalingkan wajahnya lalu menggerutu kesal dengan ucapan Andre. Untuk apa pikirnya mencarikan jodoh untuknya sedangkan dirinya saja masih berstatus istri Beni dan belum proses perceraian. Ia tak suka di carikan jodoh seperti dulu saat belum menikah. “Enggak usah cemberut, buktinya cari sendiri malah salah pilih. Adek kesayangan kita yang cantik jelita malah berubah jadi emak-emak berdaster.” “Kak!” Anggita cukup mengerti dirinya saat menjadi istri Beni, tapi pikirnya tak perlu di perjelas lagi bagaimana rupa dirinya.“Apa, mau ngelak? Bahkan sama Caraka saja kamu di kira suster Bunga.” Lagi, Andre melirik dengan sengaja dan terkekeh melihat adiknya masam. Andre, kakak Anggita yang begitu humoris dan lebih peduli padanya. Memang Anggita lebih dekat dengan kakaknya itu dari pada kedua kakaknya yang lain.Andre kembali diam saat tahu Anggita sudah tingkat kesabaran yang setipis tisu. Ia diam seribu bahasa dengan bibir sedikit maju.Mobil Andre memasuki halaman restoran d
Beni kembali melihat beberapa chatnya pada Anggita Namun, tidak ada satu pun yang di balasnya oleh wanita itu. Ia meremas ujung seprei, merasa kesal dan jengkel saat Anggita benar-benar mengabaikannya. Padahal saat menjadi istrinya, dia sangat penurut dan mungkin takut di ceraikan. Beni berpikir apa karena sudah dekat dengan dia pria kaya wanita itu membuangnya. “Harusnya dia memohon padaku untuk kembali. Aku pikir dia akan datang dan meminta maaf,” ujar Beni.Beni membanting tubuh di kasur, ia merasa sangat pening mengingat hal yang sangat indah ia lakukan bersama dengan Anggita. Namun, pertengkaran kala itu membuatnya emosi dan menjatuhkan talak dan mengusirnya.Banyak sebuah pertandingan di kepalanya tentang Anggita. Pria yang bertemunya kala itu, lalu foto dengan pria baru yang di kirimkan sang adik. “Ka, makan enggak? Ibu menunggu di bawah buat makan malam.” Suara Rani terdengar. “Ia aku turun.” Beni beranjak dari tempat tidur, ia pun gegas ke meja makan. Ibu dan adik
"Maaf, bukan begitu maksudku Anggita," ucap Meylani merasa tidak enak dengan apa yang sudah dirinya ucapkan dia tidak tahu jika adiknya berpikiran yang berbeda. Sebagai seorang kakak dan juga wanita dirinya ingin jika Anggita bahagia.Andre pun menjadi salah tingkah padahal dirinya sudah berkata kepada istrinya untuk menjaga rahasia itu, tetapi justru istrinya memberitahukan hal tersebut kepada Anggita secara terang-terangan."Iya tidak apa-apa," ungkap Anggita.Dirinya masih merasa trauma dengan yang namanya pernikahan bahkan dirinya belum memiliki niat untuk hal tersebut, tetapi dirinya tidak menutup kemungkinan untuk membuka lembaran baru. Namun, menurutnya tidak untuk sekarang-sekarang ini karena luka di hatinya harus segera dipulihkan."Aku berpikir kamu akan membalas dendam kepada mantan suamimu yang tidak tahu diri itu dengan menikah lagi dan mendapatkan pria yang lebih baik daripada mantan suamimu itu," ungkap Meylani. Anggita terdiam, dirinya memang menyimpan dendam kepada m
Setelah akhirnya mengobrol cukup lama, Baskoro melirik ke arah di mana tempat Anggita masuk dirinya takut jika sang adik akan menguping pembicaraan ini maka dirinya harus memastikan terlebih dahulu. Ia langsung saja teringat tentang temannya itu yang minta dicarikan jodoh karena belum juga menemukan tambatan hati."Raka menurutmu bagaimana Anggita?" tanya Baskoro tiba-tiba.Lelaki yang tengah menikmati kopi itu pun langsung kembali menurunkan gelasnya. "Bagaimana apanya?" tanya Caraka kembali. Dirinya memang belum mengetahui maksud dan tujuan dari ucapan Baskoro. Menurutnya tidak ada yang salah dari adiknya itu."Ya menurutku dia bagaimana, cantik?" tanya Baskoro kembali. Dirinya mau memulai obrolan dengan Caraka mengenai sang adik dan niatnya."Tentu saja Anggita cantik kan dia adikmu," ujar Caraka. Menurutnya kali ini pertanyaan Baskoro benar-benar tidak masuk akal tentu saja anggota keluarga itu sudah pasti cantik karena dia perempuan apalagi dia adik Baskoro tentu saja kecantikann