BUGH!!Dion mendaratkan pukulan keras tepat ada pelipis Deni, seseorang yang ia bayar untuk membuntuti Arumi kemanapun wanita itu pergi. Deni terpental hingga tersungkur di atas lantai dan hampir menabrak rak kecil berisikan komik-komik dan ornamen lainnya.Ya! Setelah merasa ada yang tidak beres dengan Deni, ia cepat-cepat menyuruh lelaki itu datang menemuinya di ruang kerja pribadi di perusahaannya.Mulanya Deni menunggu dengan duduk di atas sofa tamu di dalam ruangan itu, karena ia telah tiba lebih duli dibanding Dion.Akan tetapi, baru saja ia bangkit dari duduk hendak menyambut kedatangan Dion. Pria itu langsung mendapat serangan fisik dari boss-nya."Dasar pengkhianat!" pekik Dion dengan raut wajah memerahnya, merasakan amarah yang cukup bedar tengah meliputi dirinya.Sedangkan Deni yang masih terduduk di atas lantai sembari memegangi wajahnya yang mulai terlihat membiru itupun merasa terkejut sekaligus heran, kenapa tuannya tiba-tiba saja menyerangnya?"A-ada apa ini, Boss? Apa
"Sudah kuduga kalau dia akan curiga," ucap Bryan lagi, "Kerja bagus, Hendri. Tolong segera bayar uang sisa dari perjanjian pada orang suruhan saudara sepupuku."Hendri pun mengangguk, "Baik, Tuan." Lalu ia segera berbalik badan dan berlalu meninggalkan boss-nya.Sepeninggal Hendri, Bryan lantas kembali melajutkan langkahnya hingga tiba di belakang Arumi yang tampak asyik bercengkrama dengan para rekan bisnisnya. Lalu seketika itu pula, terdengar alunan musik yang begitu merdu yang sekaligus menandakan bahwa acara dansa akan segera dimulai.Seperti mendapat angin segar, Bryan menyeringai dan segera saja sebelah tangannya meraih tangan Arumi, membuat wanita itu terkejut bahkan menoleh ke arah belakang."Mau berdansa denganku?" ajak Bryan dengan senyuman manisnya.Tatapan yang selama ini terasa begitu dalam, menyiratkan sebuah cinta dan kasih sayang yang selama ini telah Arumi sadari bahkan ketika ia masih bersama dengan Dion. Akan tetapi, wanita itu tentu berusaha untuk tidak serta mert
Musikpun berhenti, bersama dengan itu para pasangan pun mulai berhenti berdansa, termasuk Bryan dan Arumi. Pasangan yang tengah dimabuk cinta. Mereka masih saling bertatapan dan tersenyum, menyiratkan sebuah kebahagiaan yang terasa begitu indah.Betapa tidak? Setelah sekian lama Arumi hidup tampa seorang suami, merawat Askara seorang diri meski sedikit-sedikit terbantu dengan kehadiran Mona, namun tetap saja ... Ia membutuhkan sosok suami serta ayah untuk anak laki-lakinya.Arumi menatap Bryan dengan begitu dalam dan kemudian berkata, "Terima kasih!""Untuk?" Bryan pun menaikkan kedua alisnya, merasa tak begitu mengerti dengan maksud ucapan wanitanya."Karena kamu masih berdiri di sampingku hingga saat ini. Berusaha membuatku kembali percaya diri, percaya akan kehidupan yang ... Yah, seperti yang kamu tahu," ucap Arumi dengan sedikit menundukkan kepalanya dan menghela napas panjang.Bryan hanya tersenyum, ia tentu mengerti dengan ucapan Arumi saat ini bahkan tanpa meminta penjelasan y
Dion lantas bersiap untuk pulang namun sebelum itu ia mencari keberadaan ibunya untuk meminta ijin pulang lebih awal. Mulanya Rose tidak menyetujui karena acara mungkin telah usai tetapi ia mengusulkan agar Dion menunggu semua tamu keluar dari gedung itu."Tunggulah sebentar lagi, kita akan mengadakan rapat untuk membicarakan tanggal pernikahan Bryan," pinta Rose.Tentu hal itu membuat Dion semakin kebakaran jenggot, mengetahui bahwa pernikahan antara Bryan dan Arumi akan diadakan secepat mungkin."Apa tidak kita bicarakan esok saja, Ma? Lagi pula masih banyak waktu bukan?" saran Dion berusaha meyakinkan.Namun Rose bukanlah orang yang mudah merubah kehendaknya, terlebih jika menyangkut soal keluarganya. Hal itu jelas terbukti saat Arumi diberitakan selingkuh, Rose dengan cepat mengambil tindakan agar Dion segera menceraikannya.Akan tetapi sayang sekali, keputusan Rose memanglah tidak selalu tepat hingga situasi seperti saat inipun bisa terjadi. Rasa sesal dalam dada ketika Arumi mem
Tanpa sengaja Shella menabrak seseorang yang baru saja muncul dari lorong toilet sehingga keduanya terjatuh dengan tubuh Shella menindih tubuh orang tersebut."Aduh, duh, maaf! Saya tidak sengaja!"Shella lantas segera bangkit dari tubuh orang itu dengan terus meminta maaf hingga beberapa kali."Ya, ya. It's okay, saya tidak apa-ap-- Shella!?"Untuk seketika Shella pun mengerjap, dengan kedua mata terbuka lebar kala ia melihat sosok tak sengaja ia tabrak adalah Hans, lelaki yang sedari tadi ia hindari.Sedangkan Hans, lelaki itu tampaknya tidak terlalu terkejut menyadari kehadiran Shella di tempat itu."Ah! Pantas saja aku merasa kalau kamu sedang berada di sini. Karena tidak mungkin ada Shetta tanpa adanya kamu," jelas Hans sedikit menyeringai.Shella terdiam membeku di tempatnya, kenapa ia bisa ceroboh dan tertangkap basah oleh lelaki itu!? Sia-sia sudah usahanya untuk menghindar.Bahkan saat ini ia tak mampu berbuat apa-apa. Seolah tengah melihat sosok hantu yang sangat ia takuti.
Dion tampak ketar ketir, kala ia mendengar ucapan Bryan yang menyinggung dirinya.Betapa tidak? Pernyataan Bryan sontak membuat ingatan Dion terkait kejadian beberapa tahun lalupun kembali terbuka.Ingatan yang telah lama terkubur, bahkan tak ingin ia ingat kembali. Karena Dion pun rupanya telah menyesai hal itu, saat ia mengetahui bahwa Arumi tak bermain di belakangnya bersama Bryan, bahkan wanita itu tidak hamil anak orang lain.Hal itu lantas terbukti saat Dion melihat sosok bayi yang berada pada dekapan Arumi sewaktu mereka menghadiri putusan sidang terkait perceraiannya.Saat itulah Dion mulai tertegun melihat paras bayi yang begitu mirip dengannya. Hal itu bukanlah hanya sepenglihatannya saja, rupanya Rose pun menyadarinya.Bahkan sampai saat inipun Dion masih terngiang-ngiang bagaimana ia menolak kehadiran bayi itu dalam hidupnya.Meskipun begitu, Bryan ternyata merasa iba melihat raut wajah saudara sepupunya yang menyiratkan rasa sesal dalam dada."Dion?"Satu panggilan tak me
Setelah para rekan bisnisnya berpamitan untuk pulang, Arumi melihat sekeliling dan melirik jam tangan kecilnya yang melingkari pergelangan tangannya. Ia tak menyangka bahwa acara tersebut akan berlangsung cukup lama karena tamu yang hadirpun cukup banyak."Fyuh ... akhirnya selesai juga," gumamnya ketika ia melihat sekeliling Ballroom yang semakin sepi, "Aku tidak menyangka kalau Bryan mengundang semua kolega bisnis, aku sampai kewalahan menanggapi mereka. Entah bagaimana nanti di hari pernikahan, bisa-bisa aku pingsan."Di tengah-tengah itu, Arumi teringat dengan sosok anak laki-lakinya yang sedari tadi belum sempat melihatnya. Karena saking banyaknya tamu undangan yang hadir dan membuat pandangannya terbatas.Arumi pun mengedarkan pandangannya sembari melangkahkan kaki, namun sepanjang ia berjalan, wanita itu tidak menemukan keberadaan sosok anak kecil di dalam Ballroom yang luas tersebut."Kemana mereka? Harusnya Mona dan Askara berada di sekitar sini," gumamnya.Tak hanya kedua or
Di samping itu, Dion tampaknya tengah berbicara dengan Handi lewat jaringan telepon dan sibuk mempertanyakan keberadaan Askara kepada ayahnya. Dion terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda mengerti dengan ucapan ayahnya."Ah, baiklah. Aku akan menyampaikannya pada Arumi, karena dia terlihat cemas sekali," tukas Dion.Arumi yang masih tidak suka melihat kebaikkan mantan suaminya pun mendelik, dengan kedua alis mata yang terangkat.Sesaat kemudian Dion telah selesai menelepon ayahnya dan kembali memasukkan ponsel ke dalam kantong celananya."Bagaimana, Dion? Di mana om Handi?" tanya Bryan penasaran."Ayahku sekarang sedang berada di ruang meeting, katanya menunggu kita untuk pergi ke sana, Askara pun sedang di sana bersama papa dan mama.""Apa!?" teriak Arumi yang tak sengaja meninggikan nada suaranya kala ia mengetahui bahwa Askara diasuh oleh Rose.Seketika itu pula Bryan menepuk jidatnya sendiri, "Astaga! Aku lupa kalau kita akan mengadakan meeting keluarga!"Ya! Saking asyik