Kuhempaskan Suami Benalu dan Keluarganya

Kuhempaskan Suami Benalu dan Keluarganya

Oleh:  Merry Heafy  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.1
12 Peringkat
95Bab
147.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Siapa dia, Mas?" tanya Shanum dengan kedua mata memindai sosok asing yang duduk di samping suaminya. "Perkenalkan, dia adalah Anara, istri baruku." Tanpa dosa, Arya Prasetya yang masih berstatus suami sah Shanum itu memperkenalkan wanita dengan riasan tebal, dan pakaian yang aduhai seksinya sebagai istri barunya. "Sudahlah, Shanum! Terima saja kalau suamimu ini punya istri baru. Sudah mandul, jadi benalu pula. Lagian, lelaki kan boleh beristri lebih dari satu," timpal Bu Desi, sang ibu mertua dengan tatapan angkuh nan sinisnya. Marah, jelas. Kecewa, tentu saja. Tapi, untuk berbuat bar-bar bukan Shanum namanya. Mandul? Benalu, katanya? Mari kita buktikan siapa 'Benalu' yang sesungguhnya! Shanum bertekad kuat untuk menghempaskan orang-orang tak tahu malu itu, yang menyebut dirinya sebagai benalu padahal sebaliknya. Bagaimana kisah Shanum berusaha menghempaskan suami dan keluarga benalunya? Ikuti kisahnya.

Lihat lebih banyak
Kuhempaskan Suami Benalu dan Keluarganya Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Husin Ismail
Cerita yang asyik
2023-11-15 03:46:50
0
user avatar
Husin Ismail
Ceritanya asyiik
2023-11-15 03:43:00
1
default avatar
Aletha Emilizha
Sangat membantu ceritanya bagus
2023-11-12 01:15:47
0
user avatar
Wiwin
bagus novelnya
2023-07-22 18:01:40
1
user avatar
Dicky Canra
bagus sich
2023-06-14 21:57:21
1
user avatar
akun saya
aku suka untuk awalan pembaca cukup membingungkan mengenai poin...
2023-06-09 08:08:00
1
user avatar
tya
baguss banget
2023-05-15 14:03:20
2
user avatar
tya
bagus banget
2023-05-11 12:44:31
3
user avatar
Merry Heafy
Halo, terima kasih untuk yang sudah baca karya perdana saya di aplikasi GN. ikuti terus lanjutannya yaa...
2023-05-05 19:21:38
2
user avatar
Kiara Shabira Putri
bagus ceritanya, thor. saya sukaaa
2023-02-24 15:19:35
2
user avatar
KIKI KIKI
crita ny asyik
2023-10-02 21:34:11
0
user avatar
Heru Partanto
bertele2 ceritanya
2023-10-31 06:27:37
0
95 Bab
Istri Baru
"Wah, rumahmu besar dan luas juga ya, Arya. Ibu menyesal karena dulu nggak mau ikut kamu ke Jakarta dan tinggal di sini," ucap Bu Desi. Kedua bola matanya tampak berbinar-binar memindai seisi rumah yang ditempati Arya dan Shanum, dengan berbagai macam perabotan mewahnya."Ya iyalah, ibu sih. Lila kan udah bilang, mending tinggal di rumah Mas Arya aja. Eh, ibunya nggak mau!" celetuk Lila menimpali penyesalan sang ibu.Sementara itu, Shanum hanya diam dan memerhatikan gerak-gerik mereka berempat. Arya, Ibu mertua, adik ipar, serta seorang perempuan yang asing bagi Shanum. Bu Desi dan Lila yang masih terpesona dengan desain rumah mewah itu, dan Arya juga perempuan yang sedari tadi menundukkan kepalanya, enggan membalas tatapan Shanum. Mungkin … takut."Mas Arya, tolong jelaskan semua ini," pinta Shanum mulai membuka suara. Wanita itu menaruh kedua tangannya di perut sembari memindai keempat orang di hadapannya dengan tatapan menyelidik. "Ah iya, aku sampai lupa untuk mengenalkannya pada
Baca selengkapnya
Siapa yang Benalu?
"Sudahlah, Shanum! Terima saja kalau suamimu ini punya istri baru. Sudah mandul, jadi benalu pula. Lagian, lelaki kan boleh beristri lebih dari satu," terang Bu Desi. Kata-kata itu sungguh menyakitkan bagi Shanum.Sementara itu, Anara dan Lila hanya tersenyum mengejek ke arah Shanum yang terdiam atas celaan dari Bu Desi. Mereka berdua mengira kalau wanita itu akan menangisi nasibnya. Tapi, mereka salah! Shanum tak selemah itu."Bu, sudah dong." Arya lagi-lagi memberi sinyal agar sang ibu tak lagi melontarkan kata-kata yang akan membuat Shanum murka."Aku? Mandul? Benalu? Apa Ibu nggak salah bicara?" tantang Shanum dengan tatapan dinginnya."Ya iyalah! Lihat saja, tiga tahun lebih menikah kamu juga belum bisa hamil! Itu namanya, MANDUL!" Tekan Bu Desi saat menyebutkan kalimat terakhirnya. "Lalu rumah ini, kemewahan ini, seluruh perabotan yang ada di sini, bukankah semuanya adalah kerja keras anakku! Jadi, wajar kalau kamu disebut sebagai BENALU!" Bu Desi mendelik tajam ke arah Shanum.
Baca selengkapnya
Kenyataan Pahit
"Jadi ibu mau dengar cerita yang sebenarnya dariku, atau dari anak ibu?" tawar Shanum lagi seraya menunjuk tepat di wajah Arya.Suaranya lembut namun penuh penekanan itu sanggup memecah keheningan yang menyapa di ruangan itu.Arya terkesiap. Mana mungkin dia membiarkan istrinya itu menjelaskan yang sebenarnya. Bisa-bisa kebohongannya selama ini terbongkar.'Aku nggak boleh diam saja!' tekadnya dalam hati."Biar aku aja yang jelasin, Sha. Sekarang, aku minta kita sudahi perdebatan ini, ya. Aku lelah, ingin istirahat." Arya berkata dengan nada memelas ke arah Shanum yang masih menatap tamu-tamu tak diundangnya dengan tatapan yang sulit dimengerti. 'Ck, tentu saja kamu lelah, Mas. Alasanmu ke luar kota selama hampir seminggu ini, rupanya untuk mempersiapkan kepindahan ibu, adikmu dan juga istri barumu.' Shanum membatin geram dalam hatinya. "Duh, udah deh, Mbak Shanum. Jangan kebanyakan drama! Aku tuh capek, mau istirahat. Mana, ayo tunjukkan kamarku." Lila yang sedari tadi diam, rupany
Baca selengkapnya
Mati Rasa
"Sha …," panggil Arya ketika baru saja memasuki kamar. "Maafkan aku. Aku melakukan semua ini karena ibu terus-terusan merongrong untuk memberinya cucu," ucapnya lagi. Shanum hanya menoleh sekilas. Wajahnya menunduk dalam."Oh!" ucap Shanum tanpa menatapnya. Wanita itu masih asyik dengan novel yang tengah dibacanya."Maafkan aku." Arya berucap seraya menghampiri istrinya, lalu berusaha merengkuh tubuh Shanum ke dalam pelukannya."Kamu marah?" tanyanya takut-takut."Untuk apa aku marah. Semuanya sudah terjadi," balas Shanum tanpa beban. Hatinya sudah mati rasa. Suasana kini berubah sunyi. Shanum sama sekali tak berniat membalas pelukan Arya sedikitpun.'Jadi, karena masalah keturunan kau melakukannya, Mas.' Shanum menggumam dalam hatinya.'Bukan karena aku tak menginginkan buah hati. Hanya saja aku perlu meyakinkan diri jika kau memang pantas dipertahankan, Mas,' sesal Shanum dalam hatinya. 'Namun, hari ini aku telah membuktikan semua keraguanku selama ini. Dirimu tak pantas untuk dip
Baca selengkapnya
Akulah Ratunya, Gundik!
Usai menempuh perjalanan selama hampir tiga puluh menit lamanya, akhirnya Shanum sampai di depan gedung perkantoran itu, aku memandang takjub gedung setinggi 25 lantai itu. Dhanu Mahendra, papanya telah membangun perusahaan itu dengan jerih payah dan keringatnya.Jatuh bangun sempat dilalui pria tangguh itu, hingga bisa menjadi sukses seperti sekarang.Brukk!"Aduh! Kalau jalan hati-hati dong!" maki Shanum pada seseorang yang menabraknya."Eh! Maaf, aku nggak lihat jalan tadi—" Suara bariton seorang pria segera terdengar di telinga Shanum. Seseorang itu mengulurkan tangannya untuk membantu Shanum berdiri. Wanita itu mendongak untuk melihat wajahnya."Kamu!" ucap keduanya secara bersamaan sambil saling menunjuk satu sama lain.Mereka berdua sempat saling terkejut selama sepersekian detik lamanya. Saat keterkejutan itu sirna, barulah pria itu benar-benar membantu Shanum untuk berdiri. "Ada angin apa nih seorang Shanum datang ke kantor?" sindirnya dengan nada sarkasme yang cukup kental
Baca selengkapnya
Suami Tak Tahu Diri
"Mas Arya jahat!" seru Anara ketika Arya tanpa perlawanan lagi menuruti perintah Shanum. Arya tampak menuntun langkah kaki Anara keluar ruangannya dengan terpaksa. Saat ini dirinya tidak ingin membuat Shanum semakin murka pada dirinya yang telah berani membawa istri barunya ke istana mereka. Ah, bukan, istana Shanum tepatnya, karena Arya hanya datang membawa dirinya saja, tak membawa harta sepeserpun saat menikah dengan Shanum tiga tahun yang lalu. "Mas, lepas ah!" sentak Anara keras, saat baru beberapa langkah mereka keluar dari ruangan Arya.Anara memanyunkan bibirnya sangat kesal, karena usahanya untuk memanas-manasi Shanum tidak berhasil. Wanita itu begitu tegar, dan sama sekali tidak terpengaruh dengan kehadirannya. Padahal niatnya datang dan ikut tinggal adalah supaya bisa menyingkirkan Shanum dari hidup Arya. "Aku nggak mau pulang!" ucap Anara protes. "Kamu kan udah janji buat ajak aku ke kantor hari ini, lagian kenapa sih tiba-tiba Mbak Shanum ada di sana," omel Anara masih
Baca selengkapnya
Tekad Shanum
"Kenapa, Sha? Kamu udah nggak percaya lagi sama aku?" tanyanya sembari menatap wajah Shanum lekat."Gimana aku mau percaya, Mas. Pernikahan saja bisa kamu khianati, apalagi perusahaan ini. Ingat, Mas. Aku bukanlah benalu yang seperti ibumu katakan. Kamu berada di posisi sekarang itu berkat kemurahan hati Papa. Camkan itu!" ucapku spontan hingga membuat Arya tergemap dan diam seribu bahasa. Arya tampak menelan ludahnya susah payah. Rupanya Shanum masih mengingat dengan jelas bagaimana penghinaan Bu Desi terhadapnya kemarin. Jika ada yang harus disebut benalu, maka yang tepat adalah dirinya sendiri. Dialah benalu yang sesungguhnya. Akan tetapi, kepiawaiannya berbicara telah membuat sang ibu, adik kandung dan istri barunya itu percaya kalau Shanum lah yang menumpang hidup padanya. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Arya tak berkutik dan hanya masih diam mematung di tempatnya. Shanum mengambil tas selempangnya, lalu segera bergegas keluar dari ruangan itu. 'Mas Arya pasti syok me
Baca selengkapnya
Bertemu Sang Mantan
Tuan Dhanu Mahendra telah mempercayakan perusahaan itu pada Arya. Tetapi, ternyata kemurahan hati beliau telah membuat menantunya itu buta hati. "Seenaknya saja dia menganggapku orang tak berguna di hidupnya. Entah bagaimana dia sampai mengarang hal seperti itu dan menceritakannya pada ibu." Shanum kembali bermonolog sendiri. Ia masih tak habis pikir dengan kenyataan yang tiba-tiba menimpa hidupnya. "Pa, Ma, tolong kuatkan aku untuk menghadapi mereka. Aku tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Tolong bantu aku untuk menyingkirkan orang-orang tak tahu diri itu," pintanya sembari menatap pusara kedua orang tuanya secara bergantian. Shanum mengusap dua nisan bertuliskan nama orang tuanya untuk terakhir kalinya. Dia telah merasa cukup untuk menumpahkan unek-uneknya pada mereka yang sudah berbeda ruang dan waktu. Usai mengeluarkan seluruh keluh kesah yang menyesakkan di dalam dada. Shanum merasakan kelegaan. Meskipun, Papa dan Mamanya tak mungkin memberikan solusi. Namun, perasaannya
Baca selengkapnya
Aku Ingin Bercerai
"Mbak, nggak ke sini? Udah siang lho? Mbak baik-baik aja kan? Nggak kenapa-napa kan?" cecar Shela dari ujung sana. Ia langsung menghujani Shanum dengan berbagai pertanyaan dengan nada cemas. "Aku baik-baik saja, Shel. Ini mau jalan ke butik. Kenapa? Ada masalah ya di sana?" tanya Shanum dengan suaranya yang tenang."Eh, nggak ada sih, Mbak. Aku cuma cemas aja. Biasanya jam segini Mbak udah di butik. Tapi, sampai siang begini kok belum datang ke sini, takut kenapa-napa." Shela menyampaikan kecemasannya sedari tadi pada atasannya itu."Oh, ya ampun sampai segitunya, Shel. Aku nggak apa-apa kok. Ini lagi nyetir, jalan ke sana. Udah dulu ya," ucap Shanum berpamitan mematikan sambungan telepon, karena dia harus fokus menyetir. "Oke, Mbak. Aku tunggu ya. Hati-hati!" pesannya sebelum sambungan telepon berakhir. Shanum ingin meralat ucapannya tadi. Nyatanya ia tak benar-benar sendirian di dunia ini. Ada juga beberapa orang yang berdiri di pihaknya, termasuk Shela. Wanita itu lantas melaj
Baca selengkapnya
Kekacauan Di Rumah
Shela tiba-tiba menghambur ke arah Shanum lalu memeluknya dengan erat. "Mbak, aku ikut sedih dengan masalah rumah tangga yang Mbak alami. Aku bener-bener nggak nyangka Mas Arya bisa setega itu. Padahal sorot matanya saat menatap Mbak Shanum itu adalah jelas tatapan penuh cinta," ucap Shela mencoba menghibur Shanum."Yah, namun perasaan dan hati manusia bisa berubah dalam satu detik, Shel. Aku jadi nggak heran," sahut Shanum berusaha tegar."Huaaa… Hikkss…" Shela tiba-tiba saja menumpahkan tangis prihatinnya. "Lah, kok malah kamu sih yang nangis, Shel. Harusnya aku. Lihat, aku baik-baik aja kok. Jadi kamu nggak perlu nangis," seloroh Shanum menahan tawanya. "Hikss… Aku sedih kalau Mbak mau pisah sama Mas Arya. Siapa sih pelakor itu, sini biar aku hajar dia," ucap Shela di sela-sela tangisannya.Shanum terkekeh kecil. Bibirnya mengulas senyum tipis. Baginya, kehadiran Shela bagai oase yang menyejukkan, seakan selalu memberi warna ceria pada hidupnya yang nyaris suram."Dah, ah. Jan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status