Share

Bab 12 Berlutut dan Meminta Maaf kepada Pak Dirga

Lista sedang dalam suasana hati yang buruk.

"Lista, ada apa datang kemari?"

"Oh, ya, kondisi nenekmu seharusnya sudah baik-baik saja, 'kan?"

Dirga tidak terlalu menyukai Lista, jadi dia langsung ke intinya karena tak ingin bahas yang lain.

Lista marah saat merasakan nada tidak menyambut dari ucapan Dirga. Namun, Lista tetap tahan diri begitu teringat ucapan neneknya.

"Aku bisa punya urusan apa denganmu? Jangan berpikir berlebihan, nenekku yang menyuruhku datang untuk berterima kasih."

"Kondisi nenekku sudah aman, malam nanti dia ingin mengundangmu makan malam. Jawab yang jelas, kamu mau datang atau nggak."

Dirga seketika merasa lucu saat melihat raut wajah serbasalah Lista.

Dia baru sadar, gadis ini imut juga saat marah.

Dirga pun mengubah nada bicaranya dan berkata, "Nona Lista, sampaikan rasa terima kasihku pada nenekmu. Aku nggak bisa ikut makan malam. Aku benar-benar nggak punya waktu. Kamu lihat sendiri aku masih harus renovasi klinikku."

"Ketika klinik direnovasi dan dibuka, aku secara pribadi akan mengundang nenekmu datang. Oh ya, bawa pil ini. Berikan pada nenekmu."

"Pil ini akan membantunya naik dari tingkat alamnya saat ini."

Dirga menyerahkan pil kepada Lista.

Lista melihat pil di tangannya dan tidak percaya sama sekali.

"Pil ini saja bisa membuat nenekku naik dari tingkat alamnya saat ini? Apakah kamu pikir aku anak berusia tiga tahun?"

"Ini bukan racun, 'kan?"

"Apa kamu bilang? Racun?"

Dirga sangat kesal. Lista berlari begitu mendengarnya. Saat berlari, Lista memperingatkan, "Dirga, semoga ini bukan racun. Kalau kamu berani menyakiti nenekku, mati sekalipun aku akan ikut menyeretmu ke kuburanku."

"Sakit jiwa."

Dirga sama sekali tidak marah saat melihat Lista pergi.

...

Hari baru saja berlalu, keesokan harinya Dirga dan Arlan sedang merenovasi lalu sebuah mobil Maybach berhenti di pintu klinik.

Kemudian, Lista membantu neneknya, Mora, keluar dari mobil.

Dirga menghentikan pekerjaannya dan keluar untuk menyambutnya.

"Nenek Mora, ada apa Nenek datang kemari?"

"Cepat silakan masuk."

Hanya sekilas saja melihat Mora, Dirga sudah mendeteksi bahwa aura di tubuhnya lebih kuat dari sebelumnya. Mora telah melompat keluar dari alam saat ini dan memasuki alam baru, Master Guru!

Dirga ingin naik untuk membantu Mora, tetapi saat ini Mora tiba-tiba bersimpuh.

"Pak Dirga, penyelamatku! Terimalah penghormatan dari Mora!"

Mora menundukkan kepalanya dan Dirga segera membantunya berdiri.

"Nenek Mora, apa yang Nenek lakukan? Nenek seperti mengejekku?"

"Tolong bangun!"

Dirga sangat takut dengan langkah Mora. Lista yang berada di sampingnya sudah marah besar, di belakang neneknya sudah melontarkan kata-kata.

"Dirga, apa yang kamu lakukan pada nenekku?"

"Beraninya kamu membiarkan nenekku untuk berlutut padamu? Apa kamu memenuhi syarat untuk membiarkan nenekku yang berlutut padamu?"

"Kamu ...."

"Kurang ajar!"

Mora menyela Lista dan berbalik menampar wajahnya.

"Berlutut, minta maaf pada Pak Dirga."

Mora marah, aura berdebar meletus dari tubuhnya, tekanan kuat langsung menghancurkan Lista hingga bertekuk lutut.

Baru kali ini dia terkejut menyadari bahwa neneknya sudah menerobos ke tingkat Master Guru.

Untuk sesaat dia terkejut, antusias, senang!

"Nenek, kapan Nenek berhasil naik ke tingkat Master Guru?"

Hanya ada beberapa Master Guru di seluruh Kota Langgara, mereka adalah para monster tua itu. Lista tidak pernah menyangka bahwa neneknya akan menerobos masuk ke tingkat Master Guru seperti ini.

Mungkinkah pil yang diberikan Dirga membantu neneknya naik tingkat?

Lista bingung dan buru-buru menatap Dirga, suasana hatinya sangat tidak karuan.

"Bajingan, berlutut dan minta maaf kepada Pak Dirga."

"Kalau bukan karena obat mujarab Pak Dirga, Nenek nggak akan berhasil menembus Master Guru seumur hidup Nenek."

Duar!

Sebuah kalimat dari neneknya membuat Lista terkejut bukan main. Mana berani dia ragu-ragu lagi? Segera, dia segera bersujud tiga kali dan berulang kali meminta maaf kepada Dirga.

"Pak Dirga, maafkan aku, cucuku terlalu aku manjakan. Dia nggak paham. Aku mewakilinya minta maaf padamu."

Dari lubuk hatinya, Mora gemetar dan berusaha berlutut, tetapi Dirga langsung mengangkatnya.

"Nenek Mora, Nenek sungkan sekali. Cepat bangun, silakan masuk."

Dirga mengundang Mora ke klinik dan Tika sudah membuatkan teh. Tika sangat senang saat melihat Lista lagi. Melihat Lista seperti melihat menantunya!

Lista sudah berlutut di pintu klinik. Dirga dan ibunya ingin membangunkannya, tetapi Mora tidak setuju.

"Biarkan dia berlutut!"

"Pak Dirga, maafkan aku lagi-lagi mempermalukan diri di depanmu."

Mora tidak berani memanggilnya Dirga lagi, panggilannya langsung berubah menjadi Pak Dirga.

Dirga sangat tidak nyaman dengan hal ini.

"Nenek Mora, Nenek terlalu sungkan. Terlepas Nenek lebih tua atau lebih muda dariku, Nenek masih bisa memanggilku Dirga. Aku suka Nenek memanggilku begitu."

"Eh ...."

Mora tersanjung, dia merasa bahwa Dirga benar-benar pria yang bijaksana, jadi dia berusaha keras untuk berteman dengan Dirga!

Baru kemarin Lista membawa pulang pil itu, Mora langsung menerobos ke tingkat Master Guru setelah hanya satu malam meminumnya. Saat itulah Mora baru saja bahwa dirinya terlalu sederhana menilai Dirga.

Orang lain mungkin tidak tahu betapa pentingnya pil yang dia minum, tetapi Mora sangat paham.

Pil itu bukanlah sesuatu yang bisa dimurnikan oleh alkemis biasa.

Ini sangat berharga, punya uang pun belum tentu bisa membelinya.

Namun, Dirga memberinya secara cuma-cuma.

Tidak masalah apakah obat mujarab itu dimurnikan oleh Dirga sendiri atau bagaimana dan dari mana dia mendapatkannya.

Mampu mengeluarkan pil itu dan memberikannya kepada seseorang saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa identitas dan kekuatan Dirga tak terduga.

Di hadapan pria seagung itu dan masih seorang dermawan, Mora tidak memikirkan apa pun selain berlutut.

"Nenek Mora, aku ini seorang dokter, sudah menjadi tugasku untuk merawat dan menyelamatkan orang sakit. Sedangkan untuk pil yang Nenek minum, itu nggak ada gunanya untukku."

"Anggap saja sebagai penghormatanku kepada senior yang lebih tua!"

Dirga mengucapkannya begitu santai, tapi itu membuat hati Mora bergetar.

Pada saat ini, rasa hormatnya kepada Dirga makin serius. Dalam perjalanan kemari, dia masih berusaha mencari tahu tingkat apa kultivasi Dirga.

Namun, dia tidak berani memikirkan itu lagi. Dia bisa menyimpulkan bahwa tingkat kultivasi Dirga pasti sudah mencapai tahap yang tidak berani dia bayangkan atau kagumi.

Karena dia tahu betul, orang tinggi sejati tidak pernah muncul tanpa jejak.

Obrolan berikutnya sangat menyenangkan, Mora akhirnya mendengarkan Dirga dan memanggilnya Dirga!

Pada saat yang sama, Mora membuat keputusan besar.

Dia memutuskan untuk memberikan seluruh aset Keluarga Candra kepada Dirga.

Dalam menghadapi keputusan Mora, Dirga tidak terlalu kaget melainkan sangat tenang.

"Nenek Mora, aku nggak kekurangan uang. Aku juga nggak tertarik dengan Keluarga Candra. Aku sudah punya klinik ini, ke depannya aku hanya ingin mengurus klinik ini dan menemani kedua orang tuaku."

"Dirga menghargai kebaikan Nenek. Tenang saja, aku pasti akan membantu Keluarga Candra kalau kalian butuh bantuan. Nenek tinggal panggil aku saja."

Dirga tidak kekurangan uang!

Apalagi kekuasaan dan ketenaran!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status