Part16
"Ini, Istri Pak Bram, Bu Ayu Tyas, dan itu anakknya Radit. Usia nya baru lima tahun," ucap Asisten rumah tangga tersebut. Kami pun tercengang, rasa tak percaya, tapi ini kenyataannya."Kurang ajar, berani sekali Perempuan ini mengganggu rumah tanggaku," Ibu berteriak histeris. Aku hanya terdiam, tak bergeming sedikitpun. Namun, tiba-tiba Ibu sesak nafas, tubuhnya melemah, seketika Ibu pingsan. Aku dan Naomi panik, aku pun segera berlari memanggil Perawat.Tak lama, aku kembali dengan salah satu perawat, membawa kursi roda. Ibu pun segera di bawa keruang perawatan."Ibu kenapa?" Tanya mas Danu bingung."Ibu, pingsan, setelah mengetahui sebuah kenyataan," ucap Naomi. Sedangkan aku tetap terdiam. Drama kacau keluarga ini, lirihku dalam hati sambil menatap nanar ke arah Ibu yang terbaring lemah."Kenapa? kenyataan apa?" tanya mas Danu lagi."Mas, Ayah kamu, punya Istri dan anak simpanan, anaknya sudPart17Pov Hesti.Mas Danu dan Naomi keluar ruangan, hanya tersisa aku dan Ibu dalam keheningan di ruangan ini.Aku mendekat ke ranjang Ibu."Bu, Hesti, mau keluar sebentar nengok Ayah, Ibu, istirahat dulu, ya!" Pintaku padanya.Dia mengangguk, aku pun berlalu dari ruangan Ibu, sambil menghubungi, Bi Sari.Ku buka logo berwarna hijau yang ada di gawaiku, Ku kirim pesan ke Bi Sari.(Bi, Hesti dirumah sakit, Ibu mertua sama Ayah terbaring di sini. Bisakah bi Sari bantu Hesti jaga mereka)Send!(Ko bisa? Yaudah kamu kirim alamat rumah sakitnya, Bibi segera kesana!) Balasnya.(Rumah Sakit Idaman, Ibu di ruang mawar, Hesti mau ke UGD lagi nengok Ayah sebentar, nanti kalau Bibi sudah sampai, telepon saja!) Balasku lagi.(Oke, Sayang.)Aku pun segera menuju ruang UGD, menunggu Dokter keluar.Tak lama kemudian, ada Perawat yang keluar ruangan."Sus, g
Part18Setelah berbincang- bincang. Om Handoko pamit dari ruangan Ibu. Aku pun langsung membrondong berbagai pertanyaan ke Bi Sari."Bi, jawab jujur, siapa yang Bibi maksud Kak Ayu itu, apa dia kerabat Bibi?" Tanyaku antusias.Mata Bibi seketika berembum, nafasnya terdengar berat."Sayang, Ia, Ia.., itu Kaka Bibi," ucapnya terbata-bata sambil terisak."Oh, kenapa Bibi sedih? harusnya senang dong bisa ketemu, apa Bibi gak pengen menjenguknya?" Tanyaku polos."Nanti saja, Bibi belum siap melihatnya lagi, setelah sekian tahun. Baru ini Bibi dapat kabar tentangnya, matanya terus menerawang menembus langit-langit kamar."Ada apa sebenarnya, Bi?" Tanyaku penasaran."Wanita itu, Ia adalah Ibu kandung mu, Ti," ucapnya sambil terus menyeka air matanya. Suara nya terdengar berat dan parau."Hah? benarkah, Bi. lalu Ayahku kemana?" Aku memberondong Bi Sari dengan berbagai pertanyaan.Ak
Part19Pov NaomiAku dan mas Danu mendapat restu dari Ayah dan Ibuku, meskipun awalnya Ayah menentang, karna mas Danu masih suami orang, Ayah memberikan syarat, jika ingin menikah denganku, mas Danu harus rela menceraikan Hesti. Awalnya mas Danu ragu, tapi akhirnya Ia menyetujuinya.Sepulang dari kota ku, selama 6 hari kami jalan- jalan berdua ke berbagai kota, dan menghabiskan waktu selalu bersama. Mas Danu begitu manis memperlakukan ku, aku begitu terbuai dalam kebahagiaan bersama nya. Hingga aku rela memberikan segalanya pada mas Danu.Bahkan aku begitu buta mencintainya, ku relakan kegadisan ku ia ambil, karena memang aku mencinta nya tulus dari hati, aku tak sanggup jika harus kehilangan nya.Meski terkadang rasa sakit menjalar di hati ini, kala mengingat Hesti, yang masih tetap berstatus Istri mas Danu. Tetapi dengan kejadian jiwa raga kami menyatu dalam balutan selimut, membuat hatiku terus terbawa suasana bahagia sekaligus mem
Part20Cobaan bertubi-tubi datang, kenyataan pahit harus aku terima, Ayah terbaring koma di rumah sakit, Ibu mengalami stroke ringan. Meskipun ringan, itu tetap membuatku merasa terpukul, melihat keadaannya.Untung saja, ada Naomi yang selalu berada di sisiku, selalu membuat hariku bergairah, dan menggebu-gebu hasrat dijiwa, ketika berada di dekatnya.Entah sejak kapan, rasanya aku selalu memikirkan nya, tidak bisa lama-lama jauh darinya."Oh, Naomi, aku ingin memiliki mu selamanya," gumamku dalam hati.Setelah pulang dari kediaman kedua orang Tua Naomi, aku dan Naomi memutuskan liburan sejenak, terlalu berat bagiku, jika harus memikirkan nasib Ibu dan Ayah. Biarlah ku percayakan semua pada Hesti.Sedangkan aku ingin membahagiakan Naomi, kesayangan ku. "Ahh, mengapa tidak sedari dulu saja aku bermain dengannya?" Gumamku dalam hati sambil terus memandangi wajah indah nya, yang lagi dibuai mimpi.
Part21"Hesti ..., Keterlaluan kamu!" hardikku.Kupikir setelah melempar vas bunga Hesti berhenti, nyatanya tidak, ia semakin kesetanan.Diambil nya apapun yang ada di dekatnya, semua di lemparkan ke arahku dan Naomi."Hesti, Stop!" teriakku panik, karna kali ini, bukan cuma benda ringan dan berat yang melayang. Tapi Hesti sudah memegang pisau, pisau yang sedari tadi ada dinakas samping tempat tidur Ibu."Kalian mau mati? Selama ini aku diam, aku pendam, karna aku masih berusaha mempertahankan kamu, Mas, mempertahankan rumah tanggaku yang malang," tangisnya pecah, rasa iba dan sakit dihati tiba-tiba menjalar disekujur tubuhku. Kala menatap wanita ini, Hesti, Istriku tersedu- sedu menangis."Heh, J***ng. Akan ku laporkan perbuatan mu ini ke polisi, ini sudah termasuk tindak kriminal, lihatlah wajahku luka akibat ulahmu!" teriak Naomi sambil menunjuk-nunjuk wajahnya.Hesti menatap nyalang ke
Part22Pov Naomi.Arghh, kurang ajar, berani sekali Hesti menghajar dan melukai ku, aku tak bisa terima begitu saja penghinaan dan rasa sakit ini.Kuraih gawaiku."Kamu sudah melihat foto yang kukirim?" Tanyaku pada seseorang yang di sebrang telepon."Namanya Hesti, alamatnya di perumahan pondok indah******** segera bereskan, main yang cantik. Aku tidak mau ada masalah apapun," titahku.Kamu melawan orang yang salah, Hesti. Maka bersiap lah duka nestapa dan penderitaan menghampiri mu! Celetukku dalam hati. Aku menyunggingkan senyum dengan segala bayangan dan harapanku terhadap nasib malangnya Hesti.Bahkan wanita tua itu saja, akan ku bereskan. Apalagi kamu, jelas- jelas penghalang kebahagiaan ku. Aku tidak akan gentar apalagi mundur karna ulahmu semalam. Yang jelas aku takkan pernah kalah. Gumamku dalam hati, dengan penuh keyakinan, bahwa aku layak bahagia.Ah, pagi ini aku bangun kesiangan, kulirik d
Part 23Pov Naomi.Aku segera menutup kembali pintu kamar Ibu mas Danu, berlari kecil menuju kamar mas Danu, langsung ku banting pintu kamar dan ku kunci dari dalam, tubuhku rasanya lemas, gemeteran. " Apa yang terjadi pada Ibu? Kenapa seperti orang kemasukan setan?" gumamku dalam hati, sambil mengingat-ingat. Astaga, ternyata malam ini malam jum"at. Berarti aku salah hari, aduh semoga saja tidak terjadi apa-apa.Samar-samarku dengar dari luar, bunyi langkah kaki, yang semakin mendekat ke arah kamarku. "Siapa itu?" teriakku dari dalam. Tapi tidak ada sahutan.Brukkk....Boneka pocong, yang ada gambar Ibu jatuh dari atas nakas. Spontan aku menjerit kaget. Kupandangi boneka itu, berubah merah, dan berdarah.Kenapa ini? Apa yang terjadi, apa jangan-jangan orang tua itu sudah mati? Tapi aku gak berani keluar. Akupun menghubungi mas Danu memintanya segera pulang. Aku takut dirumah sendirian.Tok...tok...to
Part24Pov HestiKe sabaranku sudah hilang, rasa sakit di hatiku makin menjadi-jadi, terlebih saat kedatangan mas Danu dan Naomi, mas Danu terlihat lengket sekali dengan Naomi, seakan aku ini tidak ada artinya sama sekali, padahal, akulah yang berjuang mengurus Ibunya.Bukan ucapan terimakasih yang ku terima, tapi rasa sakit dihati yang terus ku tuai. Aku telah berusaha menyadarkan nya. Tapi mas Danu seakan berubah menjadi orang asing. Aku bahkan rasanya tak mengenali dirinya lagi. Kemana mas Danu ku, yang selalu memperhatikan dan mencintaiku.Puncaknya ketika malam pertama kembali kerumah Ibu, mas Danu memintaku untuk tidur bersama Ibunya, sedangkan ia ingin tidur bersama wanita jahat itu, aku tetap berusaha sabar, saat melihat pemandangan yang menyakiti mata sekaligus hatiku, rasa teriris-iris sembilu, bahkan ini lebih tajam.Mereka bergandengan tangan masuk ke kamar mas Danu, harusnya itu menjadi kamar ku dan mas Danu seperti biasa