“Pantesan apa sih Mi?, jangan bikin Miranti penasaran dong”, kata Miranti merajuk. Mami tersenyum sambil mengelus rambut anaknya. “Suatu saat kau akan merasakan sendiri nak, oh ya Laura sudah pulang?” tanya Mami mengalihkan pembicaraan. “Sudah tadi setelah sarapan”, jawab Miranti datar, pikirannya masih memikirkan ucapan Maminya. Setelah selesai make up Miranti bergegas keluar sambil menyambar tas yang berada di atas meja,Mami mengikuti dari belakang. “Kalian sudah siap?” tanya pak Edward pada kedua wanita yang disayanginya. “Sudah Pi, maaf pak Ricard kalau saya merepotkan anda, sini Desy aku yang gendong”, Miranti mengambil alih anaknya dari gendongan pak Ricard. Sementara Papi dan Mami saling berpandangan dengan senyum penuh arti. Melihat tingkah mereka layaknya suami istri membuat hati orang tua Miranti adem. Sebagai orang tua mereka berharap siapapun pendamping hidup anaknya, asal anaknya bahagia. Dan Papi melihat ketulusan pada sikap Ricard atasan anaknya itu seb
“Apa?” kata Radit lantang, mendengar ucapan Harti Radite menelan saliva. Sebenarnya dia ingin lebas dari jerat cinta Suharti pemilik warung makan itu, tapi Radite masih membutuhkan bantuannya agar dia bisa keluar dari penjara. Sehingga dia memanfaat kan cinta Suharti agar apa yang dia rencanakan terwujud. “Apa Mas Radite ngga kangen sama saya?” ucap Harti sambil bergelayut manja. Sekilas Radite melirik pada petugas penjara, yang sedang mengawasinya. Dia merasa risih dengan tingkah Suharti. “Oh hmm iya iya, mas juga kangen makanya kamu bujuk bapak agar cepat cepat mengeluarkan mas dari penjara ini mas sudah ngga tahan di sini”, kata Radit sambil menepis rangkulan tangan Suharti. Entah mengapa walau Suharti sedang mengandung benih nya tapi rasa cinta itu belum tumbuh di hatinya. Mungkin karena semula Suharti yang menggodannya. “Mas sabar aja, pasti bapak akan mengusahakan kebebasan mas Radite”. Setelah berbincang selama dua puluh menit, Radite pamit untuk kembali ke dalam sel dan meni
Dalam hati Radit bertanya tanya, siapa lagi yang datang berkunjung?”. Dengan rasa penasaran Radite mengikuti langkah petugas penjara menunju ruang tempat menerima kunjungan. Sampai di sana Radite tak percaya dengan apa yang di lihatnya, sosok wanita yang selama ini merawat dengan penuh kasih sayang berdiri di hadapannya. “Ibu…”, panggil Radite sambil berjalan mendekati bu Ismi dan memeluknya, Air matanya tak bisa lagi di tahan demikian juga dengan perempuan yang semakin tua itu. “Ibu apa kabar?” tanya Radite setelah melepaskan pelukannya. “Ibu baik baik saja, bagaimana dengan kamu nak?” tanya bu Ismi dengan berlinang air mata, tangannya mengelus pipi anak semata wayangnya.Melihat kondisi ibunya membuat Radite trenyuh, namun dia berusaha tetap tegar agar ibu tidak tambah bersedih.Radite mengenggam tangan keriput ibunya untuk memberikan semangat dan ketenangan. “Ibu ngga usah khawatir dengan keadaan Radite, Harti janji sebentar lagi akan memberikan jaminan agar Radite b
Miranti berlalu meninggalkan Ricard dengan menghentakkan kakinya. Hatinya kesal pada duda dingin itu karena meragukan ucapannya. Sementara Pak Ricard masih bengong di depan gerbang sambil melihat ke jalanan. Apa mungkin sih bu Ismi berada di sini?, kayaknya mustahil deh”, gumam pak Ricard lirih tapi dia juga tidak meragukan sepenuhnya omongan Miranti.Ngga mungkin wanita beranak satu itu berbohong apalagi perihal mertuanya. Sambil matanya masih menatap ke jalanan Ricard mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan menghubungi anak buahnya. “Halo ada tugas baru untuk kamu”. “Tugas apa itu bos?” . “Kamu cari keberadaanbu Ismi di sekitar komplek,apa itu benar itu bu Ismi atau wanita lain yang mirip dengannya, dan jika kau sudah menemukan jawabannya cepat laporkan saya”, perintah Ricard pada anak buahnya. “Baik bos!”. Sambungan telepon di matikan sepihak, kemudian Ricard memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. “Nak Ricard, ayo makan dulu nanti keburu m
Setelah mendengar penjelasan dari Ricard atasannya itu, Miranti mulai fokus pada pekerjaannya kembali. Diam diam Miranti mulai mengatur rencana untuk membalas perlakuan Radit mantan suaminya. Dia mau menerima lamaran dari Ricard dan setelah masa idah selesai akan melangsungkan pernikahan. Namun ada satu hal yang menjadi permintaan Miranti. “Pak, aku mau menikah dengan bapak tapi ada syaratnya”, kata Miranti saat mereka sedang ngobrol berdua. “Benarkah?, alhamdulillah”, ucap pak Ricard lantang “Ish bapak, jangan teriak gitu dong kan malu kalau di dengar karyawan yang lain”, Miranti tersipu malu. Sejujurnya dalam hati Miranti juga tumbuh rasa,semenjak pak Ricard lebih perhatian dan memperlakukan dirinya lebih lembut. Miranti yang terlalu sering kecewa atas perlakuan suaminya, juga selama ini menanggung beban hidup sendirian merasa membutuhkan sosok pendamping hidup yang bisa mengerti keadaan dia dan anaknya. Apalagi Desy sudah dekat dengan pak Ricard semenjak bayi sampai kin
Miranti membuang muka dan meminta Ricard yang menjawabnya.Ricard yang masih mengendong Desy maju sedangkan Miranti mundur dan bersembunyi di belakang tubuh Ricard. “Kau menyesalkan telah membuang berlian dan justru yang kau pungut batu kali”, ucap Ricard sambil tersenyum sinis menatap mereka berdua.Mendengar ucapan Ricard Suharti meradang dan tidak terima dibilang batu kali namun Radit hanya diam menunduk.Dalam hati Radit mengakui kebenaran omongan Ricard,dia merasa benar benar bodoh sudah meninggalkan Miranti yang cantik kaya dan juga berpendidikan. “Halo sayang ini anakku kan yang cantik dan gemoy”, sapa Radit sambil mencolek pipi Desy. Namun alih alih merespon justru malah Desy ketakutan dan semakin erat memeluk Ricard. “Ayah Om itu siapa,Desy takut”,Tangan Desy merangkul erat leher Ricard dan menyembunyikan wajah di dada orang yang di anggap ayahnya itu. “Tenang saja, Desy ngga boleh takut, ada ayah di sini”, ucap Ricard sambil membelai rambut Desy. “Ha ha ha k
Karena tidak tahu lagi harus ke mana dia pulang akhirnya Radit memutuskan untuk pulang ke rumah istrinya, Suharti. Walaupun pasti akan menerima kemarahan dan caci maki dari istri dan bapak mertuanya, itu di rasa lebih baik dari pada dia harus menjadi gelandangan dan tidur di pinggir jalan. Radit sudah mempersiapkan mental dan juga membutakan mata dan menulikan telinga dari caci maki yang selama ini dia terima dari keluarga istrinya. “Alaah yang penting Harti cinta mati sama saya. Jadi apapun yang saya perbuat dia akan memaafkan, tinggal di rayu sedikit aja hatinya udah luluh kembali,” gumam Radit lirih Kemudian Radite mengeluarkan ponselnya dan menghubungi aplikasi taksi online, tak lama kemudian datang mobil menuju tempat di mana Radit menunggu. “Dengan bapak Radit?”., tanya pengemudi taksi. “Ya saya sendiri.” “Oh silahkan masuk pak, tujuannya ke mana?” tanya pengemudi taksi online itu lagi.Radite masuk dan menunjukkan alamat yang tertera di ponselnya.Kemudian ta
Semenjak bertemu di toko boneka dengan Saidah dan juga tahu kalau Saidah berasal dari Brebes Jawa Tengah bu Ismi semakin dekat dengan saidah pembantu Miranti bahkan mereka tukeran nomor ponsel. Sebuah keberuntungan untuk bu Ismi, Peluang untuk mencari informasi keluarga Miranti semakin terbuka lebar melalui Saidah. “Oh ya Dah, tunggu sebentar ya aku bungkus dulu bonekanya dan sekalian saja titip sama kamu,”Kemudian bu Ismi mengikuti pelayan toko untuk membayar harga boneka yang dia beli. “Kok aneh ya, padahal bu Ismi belum pernah lihat non Desy tapi ngakunya sudah dekat dan menganggap seperti cucunya” gumam Saidah lirih.Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mereka keluar dari toko boneka tersebut. Saidah yang sudah memilih milih boneka tidak jadi membeli namun menggantinya dengan tas bergambar barbie kesukaan Desy. “Dah sebagai ucapan terima kasih, kita makan bakso yuk, biar aku yang traktir,” ajak bu Ismi sambil mengandeng tangan Saidah. Kebetulan warung bakso ada di