"Apa? Aku hamil?!" Kyoona menatap tak percaya akan apa yang ia dengar saat ini, tubuhnya seketika lemas.Sementara dokter itu memandang bingung pada pasiennya."Gak mungkin, aku ingin kandungan ini digugurkan saja," lanjut Kyoona sambil meremas jari jemarinya."Maaf, Mba, saya gak bisa melakukan praktek seperti itu, saran saya coba bicarakan pada keluarga atau pun suami Anda," ucap sang dokter."Suami? Masalahnya aku gak punya suami," jawab Kyoona jujur."Kalau begitu coba bicarakan pada kekasih Anda, mungkin dia mau bertanggung jawab, jangan menambah dosa lagi dengan menggugurkan janin tak bersalah," nasihat sang dokter.Kyoona merasa hidupnya hancur. Ya, ini adalah kesalahannya sendiri, sekarang ia telah sukses menghancurkan masa depannya. Sementara Kyoona tahu betul Excel tak akan mungkin mau bertanggungjawab akan kehamilannya. Laki-laki itu hanya bucin pada Alesha. Haruskah Kyoona mengemis bantuan pada Alesha saat ini.Namun, hatinya menolak. Kyoona masih ingat benar bagaimana Ale
"Ketika yang halal begitu indah, mengapa kamu tertarik pada yang haram?"Layla MumtazahMembuatmu HamilSuhu tubuh Alesha kini telah turun, Abizar sama sekali tak meninggalkan perempuan itu seharian ini. Apalagi Ummi yang pulang sebentar untuk mengambil baju ganti untuk Nisya, meminta anaknya untuk merawat sang istri. Jika setelah meminum obat dari dokter keluarga, suhu tubuh Alesha tak kunjung turun ummi meminta Abizar membawa sang menantu ke rumah sakit.Pasalnya Nisya harus dirawat di rumah sakit karena demam berdarah, trombositnya turun drastis dari yang seharusnya 150.000 bahkan lebih, kini tinggal 75.000.Ummi takut jika Alesha juga demam karena demam berdarah, tetapi kemungkinan besar Nisya digigit nyamuk saat ia berada di sekolahnya.***"Zahrah belum pulang?" tanya Alesha yang kini duduk bersandar di tempat tidur."Belum, mungkin ia pulang sore karena tadi dia sempat bilang ada tambahan pelajaran di sekolah," jawab Abizar sambil menyuapi bubur ke Alesha.Sejujurnya Alesha tak
💗💗Arum menyentuh lembut tangan Nisya, ia selama ini selalu berusaha menjaga sang putri dengan begitu baik, tetapi tetap saja tidak bisa mengalahkan takdir yang telah tertulis."Rum, kamu sudah makan?" tanya Ummi yang baru kembali dari rumah sambil meletakkan tas di bawah.Arum menggeleng."Makanlah bersama Ansyar di luar, Ummi dan Abi akan menjaga Nisya," titah Ummi.Arum mengangguk, walau sebenarnya ia tak napsu makan, tetapi ia harus tetap makan untuk mengisi tenaga dan tak ikut sakit."Sayang, Ummi keluar dulu, ya," izinnya pada Nisya yang tak tidur.Nisya mengangguk.Arum lalu keluar dari kamar, di luar sudah ada Ansyar dan Abi yang tengah duduk di kursi tunggu."Bi, ayo makan!" ajak Arum pada Ansyar."Makanlah sendiri, aku sedang tak lapar," ucapnya cuek."Ummi yang memintaku untuk makan bersamamu, agar kita tak ikut tumbang akhirnya," jelas Arum.Ansyar hanya diam. Abi menyentuh bahu putranya itu dan berkata, "Makanlah dengan Arum, Abi dan Ummi akan menjaga Nisya."Mendengar
"Jika melakukan kesalahan jangan mencoba menutup dengan kesalahan berikutnya, tetapi belajarlah bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya."Layla Mumtazah***"Tunggu dulu, aku hamil," ucap Kyoona dengan cepat.Alesha terdiam mendengar suara Kyoona, hatinya hancur seketika."Tolong aku, aku tak tahu harus melakukan apa saat ini? Excel tak mau bertanggung jawab, ia ingin aku menggugurkan kandungan ini," jelas Kyoona sambil menangis.Alesha masih terdiam mendengar semua itu, tetapi air matanya mengalir membasahi pipi.Abizar yang melihat hal itu menatap bingung sang istri. "Berikan padaku," pinta Abziar sambil mengulurkan tangannya.Alesha menggeleng."Berikan," pinta Abziar lagi.Dengan pelan Alesha menyerahkan ponsel itu pada sang suami, Abziar lalu meletakkan alat komunikasi itu pada telinganya."Bantu aku untuk meminta pertanggungjawaban Excel, aku mohon Alesha, aku tak tahu lagi harus melakukan apa. Apakah aku harus bunuh diri saja?""Kamu hamil dengan mantan kekasih
"Ketika amarah mengacaukan segalanya, maka beristighfarlah kembali mengingat Allah, tujuan sebenarnya kita di dunia ini itu untuk apa?"Layla Mumtazah***Alesha segera keluar dari mobil walau kepalanya masih terasa sedikit pusing, tak lama Abizar menyusul keluar dari mobil juga."Kamu yakin Kyoona di sini?" tanya Abziar.Alesha mengangguk yakin.Keduanya berjalan berdampingan begitu dekat, hingga hanya terlihat sedikit celah di antara mereka saat ini. Naik beberapa tangga untuk sampai ke tempat yang mereka tuju.Alesha mengedarkan pandangan saat berdiri di depan ruang IGD, ia melihat ke arah kanan dan benar saja ada Andre di sana. Perempuan itu segera menuju ke arah kakak laki-laki Kyoona, sementara Abizar mengikuti sang istri dari belakang."Kak, bagaimana Kyoona?" tanya Alesha saat telah berdiri di belakang Andre.Pemuda tinggi itu membalikkan badan dan melihat ke arah Alesha, ia sedikit terkejut dengan penampilan Alesha yang saat ini menutup aurat, sungguh sangat berbeda dari sebe
"Aku menginginkanmu dan itu membuatku menggila."Layla Mumtazah***Andre segera keluar dari kamar rawat di mana Kyoona telah dipindahkan dari ruang IGD. Ia meninggalkan Excel dan Kyoona untuk saling berbicara sementara Alesha duduk sendiri di kursi tunggu, menunggu Abizar yang tengah shalat Asyar saat ini.Excel menatap tubuh Kyoona yang terbaring di atas tempat tidur, perempuan berambut panjang itu menoleh dan menatap wajah pria yang begitu ia cintai, hingga membuatnya begitu tergila-gila."Kamu datang untukku?" ucap Kyoona, senyum mengembang di bibirnya.Excel menatap tak suka pada Kyoona. "Apakah kamu harus membuat kehebohan seperti ini?" tanya Excel saat telah berdiri di samping tempat tidur itu."Ada apa dengan wajahmu?" Kyoona melihat wajah Excel yang terluka, ia segera duduk di atas tempat tidur."Tanyakan saja pada kakakmu itu." Dengkusnya."Aku tak bermaksud seperti itu, aku hanya tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan selain mengakhiri hidup ini.""Aku tak peduli soal hid
"Kamu adalah candu dan juga obat penawar."Layla Mumtazah***Bulan madu tipis-tipis ala Abidzar.Alesha dan Abizar kini telah tiba di tempat parkir, laki-laki itu tiba-tiba saja menghentikan tangan Alesha yang hendak membuka pintu mobil.Alesha menoleh, menatap heran.Tanpa mengatakan apa pun Abizar segera membuka pintu mobil dan mempersilahkan sang istri untuk masuk. Diperlakukan seperti itu, tentu saja membuat Alesha merasa bingung tetapi ia tak munafik, sebagai seorang istri dan wanita ia menikmatinya dengan senang hati."Kok, bengong buruan masuk!" tegur Abizar.Alesha yang sedang berbunga-bunga karena diperlakukan seperti itu sampai diam mematung sangking terpanah akan sikap sang suami.Abizar segera menutup pintu setelah Alesha berada di dalam. Laki-laki itu dengan cepat juga masuk ke mobil.Mobil merah itu kini telah melaju meninggalkan rumah sakit, tentu juga meninggalkan masalah Excel dan Kyoona di sana."Kita mau ke mana?" tanya Alesha yang tahu bahwa jalan itu bukan menuju
"Cinta yang akan membuatmu tenang adalah mencintainya semata-mata karena Allah."Layla Mumtazah***Honeymoon Tipis-Tipis Ala Abziar part 2Setelah shalat Isya, Alesha segera melepaskan mukena silver yang memang selalu ia siapkan di dalam tasnya jika berpergian, agar tak harus ribet menggunakan mukena yang berada di masjid.Pintu kamar tiba-tiba saja dibuka di saat Alesha tengah meletakkan mukena di dalam lemari. Abizar yang melihat sang istri tak mengenakan jilbab segera menutup pintu kembali dan berkata pada pelayan restoran hotel."Tunggu sebentar, ya, Pak," ucapnya.Alesha yang sadar segera mengenakan jilbab saat mendengar Abziar tengah berbicara dengan seseorang di depan pintu.Tak lama pintu terbuka lagi, kali ini dua pria berseragam masuk bersama sambil membawa hidangan makan malam. Mereka lalu menata semua itu di atas meja kaca berbentuk bundar di dekat rak televisi.Namun, saat ini yang menjadi perhatian Alesha adalah kue cantik yang diletakkan di tengah meja, sementara hidan