Semua orang tercengang, menatap Feli. Mereka bukan hanya kehabisan kata-kata, tetapi mereka juga bingung dengan situasi yang mendadak membuat segalanya hancur seketika.
“Ma-maaf, Clay. Aku, tidak bisa melanjutkan pernikahan kita bulan depan,” pecah sudah tangis Felisha sampai ia luruh berlutut di lantai menutup wajahnya.
Betari langsung mengambil inisyatif untuk menghampiri anaknya. Dia juga tidak kalah panik, sambil mengguncang tubuh Felisha, ia ingin tau alasannya.
Siapa tau, masih ada kesempatan untuk memperbaiki atau siapa tau, dia bisa berlutut dan memohon kepada Nyonya Garini Sanjaya untuk mempertimbangkan kelanjutan acara penting dalam keluarganya ini, jika memang anaknya yang bersalah.
“Felisha, apa kamu sudah gila, hah?! Lihat itu Clay, dia sangat mencintaimu, semua keluarga Sanjaya sangat menyayangimu, kenapa kamu justru seperti ini, Nak?! Katakan, ada masalah apa sebenarnya, hem?! Kita selesaikan baik-baik yah, Nak. Mama mohon, jangan begini, cepat katakan, Felisha! KATAKAN!” Betari menjadi histeris saat tidak mendapatkan jawaban karena Felisha terus bergeming.
“Hentikan, jangan kasar dengan Felisha seperti itu, Tante. Sayang, sini … ayo, kita bicara di private room. Apa aku melakukan kesalahan kepadamu? Atau ada sebuah masa lalu yang mungkin mengusik dirimu? Berterus teranglah kepadaku, kita akan memperbaiki semuanya, hem? Jangan begini,” lirih Clay, ikut menghampiri Felisha yang masih terduduk di lantai.
Untung saja, seluruh ruangan ini telah disewa dan Kevin sudah memerintahkan semua pelayan untuk keluar sebelum dirinya hendak memaksa Feli membatalkan pernikahannya. Jadi, tidak akan ada yang bisa membocorkan kejadian dramatis hari ini kepada para wartawan atau memviralkannya ke media sosial.
“Kalian, tidak akan ke mana pun, selesaikan semuanya di hadapan kami. Apa kamu akan terus menangis seperti itu, Felisha?” Kevin angkat suara tanpa ekspresi, dia tidak suka melihat Clay mengusap punggung wanitanya.
Mendengar suara kejam Kevin, Felisha langsung mendongakkan wajahnya. Dia menatap sinis dan benci kepada pria arogan, kejam dan angkuh itu. “Apa, kamu harus sekejam ini kepadaku, Kevin?!” Felisha sudah tidak tahan terus ditindas oleh pria yang seharusnya menjadi kakak iparnya itu.
“Ada apa ini?! Please! Kalian berdua jangan buat aku bertanya-tanya.” Clay semakin panik, sampai tanpa sadar Clay menjambak rambutnya sendiri.
Hatinya hancur, pernikahan yang sudah direncanakan dengan sempurna harus gagal dalam sekejap mata. Clay tidak bisa dan tidak mau menerima keputusan Felisha yang sepihak. Dirinya juga takut, jika Feli mengetahui kebiasaan buruknya, atau mungkin mengetahui rahasia yang selama ini disimpan rapat olehnya.
“Apa aku yang bersalah di sini, ku mohon, katakan sesuatu, Felisha!” teriak Clay juga tidak dapat lagi menahan emosinya.
Hadi memijit pusing kepalanya. “Felisha, jika kamu membatalkan sesuatu maka harus ada alasan yang dikemukakan. Nak, kamu tau kan? Posisi keluarga kita saat ini?” akhirnya Hadi angkat bicara sekaligus menunjukkan kekhawatiran yang sedang ditahannya saat ini.
“Benar sekali! Kalau kamu tidak mengatakan alasannya, maka aku sendiri yang akan bertindak, Felisha,” ancam Kevin di depan semua orang.
Jantung keluarga Felisha langsung mau meledak saat itu juga. Kedua orangtuanya bungkam sambil menitikkan air mata, Felisha tidak punya pilihan lain. Dia menguatkan hatinya, lalu menatap Clay dengan wajah sembabnya. “Aku … hamil, Clay.”
Clay tercekat mendengar pengakuan Felisha. Dia menggeleng lemah, tidak percaya dengan pengakuan Felisha. “Tidak, itu tidak benar. Kamu adalah satu-satunya gadis suci yang berpacaran denganku. Karena itu, aku memilih untuk serius denganmu, karena itu pula hubungan kita bisa sampai sejauh ini.”
Terdengar suara tangis pilu Betari memenuhi seisi ruangan, ia histeris sambil memukul-mukul dadanya sendiri. Hadi juga sudah kehabisan kata-kata, hanya bayangan buruk yang ada di benaknya.
“Kalau begitu, gugurkan saja! Kita bisa tetap melanjutkan pernikahan kita, aku akan menerima kamu apa adanya. Kita gugurkan saja janin itu, Felisha.” Ternyata keadaan Felisha tidak serta merta membuat niat Clay pupus harapan.
“A-aku tidak bisa, Clay. Maafkan, aku ….” Felisha masih menangis pilu.
“Tapi Fel-“
“HENTIKAN! Stop, menjadi pecundang untuk perempuan murahan seperti dia!” Garini angkat suara, Nyonya Sanjaya ini sudah tidak tahan melihat anaknya merengek seperti seorang pengemis.
Jika, Nyonya Besar sudah bersuara, siapa pun pasti akan bungkam. “Tapi, Ma!” Clay masih terus berusaha.
“Kamu pergi dari sini, pulang ke rumah!” perintah Garini tidak mau dibantah.
“Ma, nggak bisa gitu, Ma!” tolak Clay.
“Pulang! Atau Mama akan mencabut semua fasilitas keluarga yang kamu nikmati saat ini. Pergi sama Bagio, sekarang juga!” usir Garini tidak mau dibantah.
Dengan langkah gontai, Clay terpaksa meninggalkan tempat tersebut. Ia mengusap wajahnya dan menarik nafas beberapa kali. Menatap tidak percaya ke arah wanita yang dicintainya sejenak, lalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata apa pun.
Melihat Clay yang menghilang dari balik pintu tersebut Felisha langsung menangis histeris. Melihat Felisha yang hancur, Nyonya Sanjaya semakin muak dan panas hati.
“Suruh, anak murahanmu itu untuk diam! Seharusnya, sebelum bertindak dia bisa memakai otaknya untuk berpikir sebab akibat yang akan ditanggungnya, Hadi!” desis Garini menatap benci kepada Felisha.
“Felisha, bukan wanita murahan, Ma! Jangan berkata hal buruk tentang dia,” sahut Kevin dengan nada tidak suka.
Semua yang mendengar pembelaan Kevin terbelalak, kecuali Felisha.
“Oh Lord! Keadaan apa lagi ini, hah?! Kenapa kamu justru membela perempuan yang sudah menyakiti adikmu sendiri, Kevin! Apa, kamu sudah kehilangan akal sehatmu, Kev?!” pekik Garini, emosi pada anak sulungnya.
“Dia tidak berselingkuh dari Clay atau menyerahkan dirinya begitu saja. Aku, yang memperkosanya dan anak di dalam kandungannya itu adalah anakku. Maka, hanya aku yang boleh menikahi Felisha!” tegas Kevin menatap Garini tanpa rasa bersalah sama sekali.
“Kevin! Omong kosong apa ini?!” Garini tidak percaya.
“Aku, memiliki buktinya. Ini flashdisc rekaman cctv kamarku. Mama, bisa membawanya ke kantor polisi. Dengan begitu, saham akan anjlok, utang Om Hadi juga harus segera dibayarkan dan Felisha akan menjadi wanita yang melahirkan anaknya tanpa suami. Semua pilihan ada di tangan kalian. Mau, melaporkan aku ke polisi atau menikahkan aku secepatnya dengan Felisha. Mumpung usia kehamilannya baru memasuki bulan ke dua.”
Semua penjabaran Kevin membuat Garini geram, dia tidak memiliki pilihan lain selain menikahkan Felisha dengan anak sulungnya.
Garini lalu menghampiri Kevin dan menampar anak sulungnya itu sekuat tenaga. “Kau, sudah mempermalukan keluarga Sanjaya, Kevin!”
“Akan malu, jika kalian membongkarnya. Tapi, semua akan baik-baik jika kita bungkam. Biarkan saja masyarakat berspekulasi di luar sana. Aku tidak perduli.” Kevin menunjukkan niatannya dengan arogan.
Garini melihat anak dan calon menantunya secara bergantian. Dia kembali mendengus kesal. “Lalu bagaimana dengan adikmu, hah?! Apa kamu tidak memikirkan perasaannya, Kevin?! Kenapa kamu tega sekali menghancurkan adikmu sendiri. Kamu, lihat kan? Bagaimana hancurnya Clay, Kevin?!” Rini masih tidak terima, dia ingin marah tetapi keduanya adalah anak yang dikandung dan dilahirkannya.
Bagaimana Garini bisa berpihak, dia hanya bisa marah karena Kevin memang sudah keterlaluan. “Clay, tidak akan hancur. Kalian juga bisa tanyakan, selama berpacaran dengan Felisha, apa saja yang dilakukannya.”
“Apa maksudmu? Memangnya apa yang dilakukan Clay selama ini?” Felisha muak mendengar Kevin berusaha menjelekan pria yang dicintainya.
“Clay, selama ini …”
“Clay, selama ini tidak seperti yang kamu kira, Felisha. Suatu saat, kamu akan tau dengan sendirinya. Sekarang, aku tidak akan mau berbicara panjang lebar lagi. Aku minta pernikahan kami di percepat. Tidak perlu menunggu bulan depan. Aku ingin minggu depan kita sudah menikah.” Tidak ada yang tidak syok mendengar pengakuan Kevin. “Demi apa kamu melakukan hal seperti ini,” lirih Felisha sudah tidak bertenaga lagi untuk melawan Kevin. “Demi anak kita. Untuk kelancaran dan ketenangan selama acara pemberkatan dan juga pesta. Aku minta Mama mengirim Clay ke Eropa.” Garini masih tidak habis pikir dengan sikap dan kelakuan Kevin. Dia hanya tertunduk lesu, mau marah tapi dia sudah kepalang malu atas pengakuannya Kevin. Merasa tidak ada tanggapan apa pun, Kevin kembali memanggil Garini. “Ma?!” “Entahlah Kevin, Mama harus menenangkan diri. Informasi ini masih terlalu berat untuk Mama cerna. Kita akan bicara saat kembali di rumah. Hadi, Betari, bawa anakmu pulang. Jaga dia baik-baik dan ingat
“Lalu, apa yang harus Mama lakukan kepada Clay? Mama tidak tega memikirkannya,” lirih Garini seperti sedang memakan buah simalakama. “Tolong Kevin, dengan mengirimkan Clay ke luar negeri Mama. Pernikahanku dengan Felisha juga tidak perlu dirayakan, aku hanya butuh pernikahan yang sah di mata agama dan negara. Itu sudah lebih dari cukup. Suruh Clay untuk mengambil S2 di luar negeri, setelahnya aku akan memberikan akses untuk Clay memegang Perusahaan cabang yang ada di eropa atau di amerika, terserah Clay mau yang mana,” pinta Kevin. Ia tau kalau hal ini pasti berat untuk keluarganya. Tetapi untuk saat ini, keputusan mengirim Clay keluar negeri adalah pilihan yang terbaik. Garini tidak dapat berbicara banyak, ia segera menganbil ponselnya. “Ando, tolong pesankan tiket ke London untuk besok malam atas nama anakku Clay Bimantoro Sanjaya dan atas namamu. Tugasmu adalah memastikan Clay melanjutkan pendidikannya di London selama dua tahun ini,” tit
Garini menutup wajahnya dan menggeleng kepalanya tidak percaya. Ia menangis histeris, ia tidak percaya kalau Clay pernah membunuh seorang wanita. “Itu adalah awal Clay bertemu dengan Felisha. Mereka baru pacaran sekitar dua bulan. Kevin memanggilnya dan menanyakannya perihal kejadian kelam dan aib ini. Clay mengakuinya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi sayang, sebelum pertunangan terjadi, Kevin kembali menemukan ini.” Sebuah rekaman pada sebuah flashdisk Kevin berikan kepada Garini. “Ap aini?” tanya Garini, ia takut mengambil flashdisk dari tangan anaknya itu. “Ini, adalah bukti perselingkuhan Clay, Ma. Dia bahkan mengadakan pesta pora ala Sodom dan gomora. Kevin juga tidak sanggup untuk menjelaskannya secara gamblang, semua ini adalah alasan kuat Kevin merebut Felisha dengan menjebaknya,” akuh Kevin kepada Garini. Flashdisk yang sempat ia pegang, Garini kembalikan kepada Kevin. “Mama, akan menjauhkan Clay dari kehid
“Katakan apa rencanamu?!” desis Kevin. “Rencana?! Rencana apa maksudmu? Oh! Aku mau menghubungi Clay kalau kau tidak ada di sini!” Felisha tidak kalah sinis menjawab Kevin. Emosi Kevin langsung terbakar saat itu, suara pecahan piring pecah membuat Felisha terjingkat. Ia melihat Kevin membanting piring tersebut hingga pecahannya berhambur di seluruh lantai dapur kering. Tubuh Felisha gemetar karena ketakutan, apalagi saat tatapan tajam nan gelap menusuk batin Felisha. Bibir Kevin juga hanya berbentuk segaris lurus dan sesekali mengertakkan giginya menahan deru nafas yang masih terdengar di telinga Felisha. “Jangan pernah pancing emosiku seperti ini lagi. Aku bukanlah manusia seperti ini, jangan membuat aku kasar dan arogan kepadamu.” Suara Kevin bergetar begitu juga dengan tangan yang baru saja mengelus wajah Felisha. Felisha langsung memalingkan wajahnya, ia tidak sudi disentuh oleh pria yang sudah menghancurkan masa depa
Kalau pagi itu menjadi bagian dari pagi yang buruk bagi Felisha, maka pagi itu juga menjadi sebuah mimpi buruk yang menjadi nyata bagi Clay. Tepat jam lima pagi mobil Ando Sigit beserta empat mobil pengawalan sudah menunggu Clay Santoso. Tidak ada informasi apapun yang diterima oleh Clay, hingga saat melihat kedatangan mereka Clay merasa curiga kalau dirinya pasti akan diungsikan dari negara ini. “Selamat pagi, Tuan,” sapa Ando sambil menunduk hormat kepada Tuan Muda Santoso yang tampak sangat kacau pagi itu. “Ada apa kalian ke sini? Pergilah, aku tidak butuh di jaga. Aku hanya butuh sendiri untuk saat ini,” usir Clay sambil menyugar rambutnya yang tampak tidak karuan pagi itu. “Tuan, ikutlah dengan kami. Anda ditunggu oleh Nyonya Besar di Jakarta,” ajak Ando menatap prihatin Clay yang sejak kecil sering bermain dengannya. “Katakan kepada Mama, aku tidak mau ke Jakarta. Biar aku istirahat di Bandung saja. Aku tidak mau kemana-mana.
“Mama, tidak mengusirmu. Tapi, Mama mau mengantarmu ke London untuk menempuh Pendidikan. Lupakan Felisha dan hiduplah baru di sana. Kamu boleh pulang ke Indonesia kalau sudah lulus pasca sarjana di sana dan sudah melupakan Felisha. Sekarang naiklah, Mama tidak mau mendengar bantahan apapun. Clay, pergilah dengan Mama dan Ando.” Garini sadar jika keputusannya ini pasti akan menyakiti hati anak bungsunya. Tapi, mau bagaimana lagi. Dia tidak bisa berbuat banyak, kalau Clay tetap berada di Indonesia bisa dipastikan akan terjadi perang saudara. Semakin memikirkannya semakin Garini merasa benci kepada Felisha. Walau sebenarnya Felisha tidak bersalah dalam kasus ini. “Jadi benar dugaanku, kalian memang ingin menjauhkan aku dari Felisha. Minimal berikanlah aku waktu dan kesempatan untuk bertemu Felisha yang terakhir kali. Aku perlu penjelasan dan alasan mengapa dia membatalkan pernikahan ini secara sepihak. Aku harus minta penjelasan, Ma,” lirih Clay. Garini
“Syaratnya, ketika kamu ikut denganku, pergi dan temuilah Clay. Katakan kalau kamu membatalkan pernikahan ini karena kamu memang mengkhianati Clay, tanpa harus menyebut siapa ayah dari bayi didalam kandunganmu itu! Kalau kamu melawanku dan berani menunjukkan rasa cintamu kepada Clay. Aku bersumpah akan menghancurkan seluruh keluargamu, Felisha!” ancam Garini. Luruh sudah air mata Felisha mendengar syarat dan ancaman yang bertubi-tubi menghancurkan harga diri serta harapannya. Bibirnya hanya bisa bergetar tanpa sanggup mengucapkan sepatah kata apapun. Dibiarkannya kristal bening berjatuhan tiada henti membasahi lutut Garini. “Seka air matamu itu, aku tunggu kau di bawah! Cepatlah, kami tidak memiliki banyak waktu!” bentak Garini lalu melengos melihat Kevin yang menatap Felisha penuh kekhawatiran. Kevin lalu berdiri menghampiri Felisha yang masih mematung sambil berlutut di tempat Garini duduk tadi. "Feli bersiaplah, aku akan mengant
"Clay berhentilah berharap, Aku tidak perlu berbicara panjang lebar. Di foto ini tertera namaku dan tanggal pemeriksaan terakhir. Kamu tahu ini apa kan? Aku memang mengkhianatimu, pergilah, lupakan aku, seperti aku yang telah melupakanmu." Felisha menguatkan dirinya memberikan hasil USG yang kini telah berpindah tangan. Mata Clay berkaca-kaca, melihat nama dan tanggal pemeriksaan yang tertera di hasil USG tersebut. Ia lalu meremas kuat hasil USG itu dan mengusap wajahnya dengan kasar. “Apa kamu tidak mau menggugurkannya? Jika kamu mau menggugurkannya aku masih mau menerimamu apa adanya,” balas Clay penuh harap sambil melangkah mendekati Felisha. “CUKUP! Kamu minta bukti, Mama sudah tunjukkan bukti, sekarang segera naik ke atas pesawat dan kita pergi dari sini!” cegah Garini langsung menghadang Clay dengan berdiri di antara mereka. Clay hancur, ia tertawa miris dan frustasi tampak jelas di wajahnya. “Aku, akan kembali mencarimu. Suat