Share

BAB 6. Felisha Harus Menikah Denganku.

Semua orang tercengang, menatap Feli. Mereka bukan hanya kehabisan kata-kata, tetapi mereka juga bingung dengan situasi yang mendadak membuat segalanya hancur seketika.

“Ma-maaf, Clay. Aku, tidak bisa melanjutkan pernikahan kita bulan depan,” pecah sudah tangis Felisha sampai ia luruh berlutut di lantai menutup wajahnya.

Betari langsung mengambil inisyatif untuk menghampiri anaknya. Dia juga tidak kalah panik, sambil mengguncang tubuh Felisha, ia ingin tau alasannya.

Siapa tau, masih ada kesempatan untuk memperbaiki atau siapa tau, dia bisa berlutut dan memohon kepada Nyonya Garini Sanjaya untuk mempertimbangkan kelanjutan acara penting dalam keluarganya ini, jika memang anaknya yang bersalah.

“Felisha, apa kamu sudah gila, hah?! Lihat itu Clay, dia sangat mencintaimu, semua keluarga Sanjaya sangat menyayangimu, kenapa kamu justru seperti ini, Nak?! Katakan, ada masalah apa sebenarnya, hem?! Kita selesaikan baik-baik yah, Nak. Mama mohon, jangan begini, cepat katakan, Felisha! KATAKAN!” Betari menjadi histeris saat tidak mendapatkan jawaban karena Felisha terus bergeming.

“Hentikan, jangan kasar dengan Felisha seperti itu, Tante. Sayang, sini … ayo, kita bicara di private room. Apa aku melakukan kesalahan kepadamu? Atau ada sebuah masa lalu yang mungkin mengusik dirimu? Berterus teranglah kepadaku, kita akan memperbaiki semuanya, hem? Jangan begini,” lirih Clay, ikut menghampiri Felisha yang masih terduduk di lantai.

Untung saja, seluruh ruangan ini telah disewa dan Kevin sudah memerintahkan semua pelayan untuk keluar sebelum dirinya hendak memaksa Feli membatalkan pernikahannya. Jadi, tidak akan ada yang bisa membocorkan kejadian dramatis hari ini kepada para wartawan atau memviralkannya ke media sosial.

“Kalian, tidak akan ke mana pun, selesaikan semuanya di hadapan kami. Apa kamu akan terus menangis seperti itu, Felisha?” Kevin angkat suara tanpa ekspresi, dia tidak suka melihat Clay mengusap punggung wanitanya.

Mendengar suara kejam Kevin, Felisha langsung mendongakkan wajahnya. Dia menatap sinis dan benci kepada pria arogan, kejam dan angkuh itu. “Apa, kamu harus sekejam ini kepadaku, Kevin?!” Felisha sudah tidak tahan terus ditindas oleh pria yang seharusnya menjadi kakak iparnya itu.

“Ada apa ini?! Please! Kalian berdua jangan buat aku bertanya-tanya.” Clay semakin panik, sampai tanpa sadar Clay menjambak rambutnya sendiri.

Hatinya hancur, pernikahan yang sudah direncanakan dengan sempurna harus gagal dalam sekejap mata. Clay tidak bisa dan tidak mau menerima keputusan Felisha yang sepihak. Dirinya juga takut, jika Feli mengetahui kebiasaan buruknya, atau mungkin mengetahui rahasia yang selama ini disimpan rapat olehnya.

“Apa aku yang bersalah di sini, ku mohon, katakan sesuatu, Felisha!” teriak Clay juga tidak dapat lagi menahan emosinya.

Hadi memijit pusing kepalanya. “Felisha, jika kamu membatalkan sesuatu maka harus ada alasan yang dikemukakan. Nak, kamu tau kan? Posisi keluarga kita saat ini?” akhirnya Hadi angkat bicara sekaligus menunjukkan kekhawatiran yang sedang ditahannya saat ini.

“Benar sekali! Kalau kamu tidak mengatakan alasannya, maka aku sendiri yang akan bertindak, Felisha,” ancam Kevin di depan semua orang.

Jantung keluarga Felisha langsung mau meledak saat itu juga. Kedua orangtuanya bungkam sambil menitikkan air mata, Felisha tidak punya pilihan lain. Dia menguatkan hatinya, lalu menatap Clay dengan wajah sembabnya. “Aku … hamil, Clay.”

Clay tercekat mendengar pengakuan Felisha. Dia menggeleng lemah, tidak percaya dengan pengakuan Felisha. “Tidak, itu tidak benar. Kamu adalah satu-satunya gadis suci yang berpacaran denganku. Karena itu, aku memilih untuk serius denganmu, karena itu pula hubungan kita bisa sampai sejauh ini.”

Terdengar suara tangis pilu Betari memenuhi seisi ruangan, ia histeris sambil memukul-mukul dadanya sendiri. Hadi juga sudah kehabisan kata-kata, hanya bayangan buruk yang ada di benaknya.

“Kalau begitu, gugurkan saja! Kita bisa tetap melanjutkan pernikahan kita, aku akan menerima kamu apa adanya. Kita gugurkan saja janin itu, Felisha.” Ternyata keadaan Felisha tidak serta merta membuat niat Clay pupus harapan.

“A-aku tidak bisa, Clay. Maafkan, aku ….” Felisha masih menangis pilu.

“Tapi Fel-“

“HENTIKAN! Stop, menjadi pecundang untuk perempuan murahan seperti dia!” Garini angkat suara, Nyonya Sanjaya ini sudah tidak tahan melihat anaknya merengek seperti seorang pengemis.

Jika, Nyonya Besar sudah bersuara, siapa pun pasti akan bungkam. “Tapi, Ma!” Clay masih terus berusaha.

“Kamu pergi dari sini, pulang ke rumah!” perintah Garini tidak mau dibantah.

“Ma, nggak bisa gitu, Ma!” tolak Clay.

“Pulang! Atau Mama akan mencabut semua fasilitas keluarga yang kamu nikmati saat ini. Pergi sama Bagio, sekarang juga!” usir Garini tidak mau dibantah.

Dengan langkah gontai, Clay terpaksa meninggalkan tempat tersebut. Ia mengusap wajahnya dan menarik nafas beberapa kali. Menatap tidak percaya ke arah wanita yang dicintainya sejenak, lalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata apa pun.

Melihat Clay yang menghilang dari balik pintu tersebut Felisha langsung menangis histeris. Melihat Felisha yang hancur, Nyonya Sanjaya semakin muak dan panas hati.

“Suruh, anak murahanmu itu untuk diam! Seharusnya, sebelum bertindak dia bisa memakai otaknya untuk berpikir sebab akibat yang akan ditanggungnya, Hadi!” desis Garini menatap benci kepada Felisha.

“Felisha, bukan wanita murahan, Ma! Jangan berkata hal buruk tentang dia,” sahut Kevin dengan nada tidak suka.

Semua yang mendengar pembelaan Kevin terbelalak, kecuali Felisha.

“Oh Lord! Keadaan apa lagi ini, hah?! Kenapa kamu justru membela perempuan yang sudah menyakiti adikmu sendiri, Kevin! Apa, kamu sudah kehilangan akal sehatmu, Kev?!” pekik Garini, emosi pada anak sulungnya.

“Dia tidak berselingkuh dari Clay atau menyerahkan dirinya begitu saja. Aku, yang memperkosanya dan anak di dalam kandungannya itu adalah anakku. Maka, hanya aku yang boleh menikahi Felisha!” tegas Kevin menatap Garini tanpa rasa bersalah sama sekali.

“Kevin! Omong kosong apa ini?!” Garini tidak percaya.

“Aku, memiliki buktinya. Ini flashdisc rekaman cctv kamarku. Mama, bisa membawanya ke kantor polisi. Dengan begitu, saham akan anjlok, utang Om Hadi juga harus segera dibayarkan dan Felisha akan menjadi wanita yang melahirkan anaknya tanpa suami. Semua pilihan ada di tangan kalian. Mau, melaporkan aku ke polisi atau menikahkan aku secepatnya dengan Felisha. Mumpung usia kehamilannya baru memasuki bulan ke dua.”

Semua penjabaran Kevin membuat Garini geram, dia tidak memiliki pilihan lain selain menikahkan Felisha dengan anak sulungnya.

Garini lalu menghampiri Kevin dan menampar anak sulungnya itu sekuat tenaga. “Kau, sudah mempermalukan keluarga Sanjaya, Kevin!”

“Akan malu, jika kalian membongkarnya. Tapi, semua akan baik-baik jika kita bungkam. Biarkan saja masyarakat berspekulasi di luar sana. Aku tidak perduli.” Kevin menunjukkan niatannya dengan arogan.

Garini melihat anak dan calon menantunya secara bergantian. Dia kembali mendengus kesal. “Lalu bagaimana dengan adikmu, hah?! Apa kamu tidak memikirkan perasaannya, Kevin?! Kenapa kamu tega sekali menghancurkan adikmu sendiri. Kamu, lihat kan? Bagaimana hancurnya Clay, Kevin?!” Rini masih tidak terima, dia ingin marah tetapi keduanya adalah anak yang dikandung dan dilahirkannya.

Bagaimana Garini bisa berpihak, dia hanya bisa marah karena Kevin memang sudah keterlaluan. “Clay, tidak akan hancur. Kalian juga bisa tanyakan, selama berpacaran dengan Felisha, apa saja yang dilakukannya.”

“Apa maksudmu? Memangnya apa yang dilakukan Clay selama ini?” Felisha muak mendengar Kevin berusaha menjelekan pria yang dicintainya.

“Clay, selama ini …”   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status