Kulepaskan Suami Berengsekku

Kulepaskan Suami Berengsekku

By:  KamariIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
100Mga Kabanata
14views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Setelah malam penuh kegilaan, dia melahirkan seorang putri, yang disayanginya bagai nyawanya sendiri. Namun, Ryan Sutedja justru membuangnya seperti rongsokan dan mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada putra wanita impiannya, membiarkan anak itu menginjak-injak putri kandungnya demi meraih puncak kekuasaan. Di hari ketujuh kematian putrinya, Ryan menggelar pesta pernikahan mewah dan megah untuk wanita impiannya. Dia bahkan membiarkan putra wanita impiannya mengenakan busana mahal dan menjadi pengiring pengantin di pernikahan. Sementara, putrinya sendiri bahkan tidak mampu memiliki sebuah makam yang layak. Dia memeluk kotak abu jenazah putrinya, lalu menenggelamkannya ke laut. Pada saat itu, Ryan dan wanita impiannya baru saja memasuki kamar pengantin. … Setelah terlahir kembali, dia akhirnya tersadar dan berinisiatif menjauhkan diri dari Ryan. Di kehidupan sebelumnya, dia seperti badut yang berusaha keras di antara Ryan dan wanita impiannya, tetapi tetap saja tidak mendapatkan sedikit pun belas kasih dan perlindungan dari Ryan. Di kehidupan ini, dia dengan sepenuh hati mendukung hubungan Ryan dan wanita impiannya. Di kehidupan sebelumnya, wanita impian itu naik ke posisi tinggi dengan kematian putrinya. Di kehidupan ini, dia membalas dendam dengan cara yang sama, membongkar wajah asli wanita impian itu di depan umum. Di kehidupan sebelumnya, satu-satunya orang yang dia cintai hanyalah Ryan. Dia mencintai Ryan sepenuh hati dan rela mati untuknya. Namun, di kehidupan ini, dia melirik pria lain dan tidak lagi menghiraukan Ryan. Mata Ryan memerah saat berlutut di tanah dan memohon padanya untuk menoleh ke belakang walau hanya sesaat.

view more

Kabanata 1

Bab 1

Putrinya sudah meninggal.

Tidak ada pemakaman, tidak ada penguburan, bahkan tidak ada uang untuk membeli sebuah makam yang sederhana.

Yang ada hanyalah sebuah kotak abu berwarna hitam, berisi seluruh sisa jasad putrinya, Tata.

Di televisi rumah duka, sedang disiarkan secara langsung pernikahan paling mewah abad ini. Mempelai prianya adalah mantan suaminya yang baru saja bercerai dengannya, yaitu ayah kandung Tata. Sementara, mempelai wanitanya adalah wanita yang selalu diimpikan laki-laki itu.

Pria itu akhirnya mendapatkan apa yang selalu diidam-idamkannya.

Susan Satya keluar dari krematorium sambil memeluk kotak abu. Di luar sedang turun hujan.

Seorang gadis muda yang bekerja di krematorium tampak ragu-ragu. Namun, akhirnya dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya dengan nada khawatir.

"Bu, hujan di luar sangat deras. Apa ada yang menjemputmu?"

Susan menunduk memandang kotak abu itu. Wajahnya tampak pucat pasi.

Tidak ada yang akan datang. Satu-satunya kerabat Susan sedang menggelar pernikahan dengan wanita impiannya. Dia sama sekali tidak punya waktu untuk peduli pada mereka. Jadi, bagaimana dia bisa tahu jika putrinya sudah meninggal?

Meski laki-laki itu punya waktu luang, dia tetap tidak akan menjemput Susan.

Ryan Sutedja sangat membenci Susan.

Benci sampai ke segala hal yang berhubungan dengan Susan.

Beberapa hari lalu, Yunda Wirya mengemudikan mobil sambil membawa putranya, lalu menabrak bus yang dinaiki Susan bersama Tata. Tata mengalami luka parah dan langsung pingsan di tempat.

Susan melihat Ryan di antara kerumunan orang-orang.

Susan seperti menemukan dewa penolong. Dia berlari menghampiri Ryan sambil berkata, "Ryan, Tata terluka. Dia sudah sekarat. Kumohon, bawa dia ke rumah sakit, ya?"

Namun, Ryan mendorong Susan dengan kasar, membuat kepala Susan terbentur ke tanah hingga Susan merasa pusing dan berkunang-kunang.

"Susan, trik pura-pura gila dan memelas seperti ini sudah ketinggalan zaman."

Setelah berkata seperti itu, dengan tatapan panik, Ryan menggendong putra Yunda dan berjalan menuju ambulans.

Susan merasa pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Namun, dia tetap meraih ujung celana Ryan dan merendahkan dirinya, serendah-rendahnya.

"Aku mohon padamu. Tata sudah hampir nggak bisa bertahan lagi. Dia juga anakmu …."

Ryan sama sekali tidak percaya dan menatap Susan dengan dingin. "Susan, aku sudah bilang sejak dulu. Seumur hidupku, satu-satunya anakku cuma anak yang dilahirkan oleh Yunda."

"Kamu dan anak yang kamu lahirkan, cuma rongsokan yang nggak kuinginkan. Juga, segera bawa surat perjanjian cerai itu padaku."

Setelah berkata seperti itu, Ryan mengangkat kakinya dan menendang Susan, lalu membawa anak laki-laki yang hanya mengalami luka lecet itu ke ambulans.

Hati Susan hancur tanpa sisa. Pada akhirnya, karena terlambat setengah jam, Tata tidak tertolong dan meninggal di meja operasi.

Anak laki-laki yang dibawa pergi Ryan saat itu, kini melompat dan berlarian di pernikahan mereka. Bocah itu berperan sebagai pengiring cilik yang membawa cincin untuk pasangan pengantin.

Susan tertawa sinis. Suaranya agak serak, "Aku bisa pulang sendiri, terima kasih."

Kemudian, Susan melangkah menembus derasnya hujan.

Gadis itu menatap punggung Susan dengan ragu. Tepat di saat dia hendak mengejar Susan, langkah kakinya tiba-tiba terhenti.

Gadis itu sudah berbuat baik dan melakukan kewajiban sepenuh hati. Dia juga tidak ingin gara-gara ini menyinggung Pak Ryan.

Susan berjalan di bawah derasnya hujan. Dia melepas jaketnya dan menutupkannya di atas kotak abu, merapatkan tubuh bagian atasnya dan sedikit membungkuk, sehingga sebagian besar kotak abu itu terhalang dari angin dan hujan.

"Tata, Ibu nggak akan membiarkanmu kehujanan."

Sinar terang menembus kabut hujan, disertai bunyi klakson. Sebuah mobil Maybach hitam berhenti di samping Susan.

Langkah Susan tidak berhenti dan dia terus berjalan dengan gigih.

Setengah jam kemudian.

Rumah Susan bersama Ryan, bukan, sekarang seharusnya rumah Ryan bersama Yunda, dihias dengan dekorasi yang meriah.

Susan, dengan penampilan yang berantakan, berdiri di ruang tamu dan merasa dirinya sama sekali tidak pantas berada di sana.

Bahkan, pelayan hanya mengizinkan Susan berdiri di ambang pintu, melarang Susan menginjak lantai yang baru saja dipel.

Susan meletakkan kotak abu di lantai, lalu mengeluarkan surat perjanjian cerai yang sudah basah dari saku bajunya.

Pelayan menerima surat perjanjian cerai tersebut, lalu menendang kotak abu yang tertutup jaket itu.

"Apa ini? Cepat bawa keluar."

Jaket itu perlahan tergeser, memperlihatkan sebagian sudut kotak abu.

Saat melihat nama yang tertera di kotak abu, raut wajah pelayan itu agak terkejut.

Bukankah itu nama putri Susan?

Susan pun merapatkan kembali jaket itu, lalu berbalik pergi.

Satu jam kemudian, di tepi laut yang tak jauh dari tempat itu.

Susan memeluk erat kotak abu di dadanya dan melangkah masuk ke air laut.

Wajahnya pucat, tetapi sorot matanya penuh tekad yang tidak tergoyahkan.

"Jangan takut, Tata. Meski kamu mati, Ibu akan selalu menemanimu."

Air laut perlahan-lahan menenggelamkan seluruh tubuh Susan.

Di pesta pernikahan.

Yunda mengganti gaun pengantinnya dan berjalan keluar dari ruang istirahat. Dia mengenakan gaun pengantin berwarna merah anggur yang membuatnya terlihat cantik dan anggun, dengan postur tubuhnya yang ramping dan elegan.

"Ryan, para tamu sudah menunggu. Temani aku keluar untuk memberi penghormatan dengan bersulang."

Yunda mengulurkan telapak tangannya yang putih dan lembut ke arah Ryan.

"Oke." Ryan menatap Yunda dengan penuh kelembutan, lalu menggenggam tangan Yunda dengan tangan besarnya dan membawa Yunda meninggalkan ruang istirahat.

Tiba-tiba, asisten pribadi Ryan masuk dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak tegang.

"Pak Ryan, Susan bunuh diri dengan melompat ke laut."

Wajah semua orang sempat tertegun. Kemudian, segera saja ada yang berkata, "Susan apa? Pak Ryan sudah cerai dengannya. Mati atau hidupnya sudah nggak ada hubungannya lagi dengan Pak Ryan. Jangan datang mengganggu. Apa kamu nggak lihat hari ini hari apa?"

Namun, detik berikutnya, Ryan justru melangkah mendekat. Wajahnya tampak mengerikan saat menatap asistennya. "Kamu bilang apa?"

Tiba-tiba saja, Ryan tertawa dingin, seakan meyakinkan dirinya sendiri. "Nggak mungkin. Apa Susan berbohong lagi? Wanita licik seperti dia nggak mungkin mati."

Suara asisten pribadi itu sedikit bergetar. "Pak Ryan, ini benar. Tim penyelamat baru saja mengangkat jasad Susan dari laut, juga …."

"Juga kotak abu putrinya …."

Di mata semua orang, Ryan selama ini dianggap mustahil akan tergerak hatinya oleh Susan. Namun, tiba-tiba wajah Ryan berubah. Wajahnya tampak tegang dan muram. Sepasang mata hitamnya yang tajam menatap lurus ke kejauhan.

Semua orang terdiam, tidak berani bergerak dan hanya saling berpandangan.

Hanya Yunda yang berlari mendekat. Dia menggenggam tangan Ryan dengan hati-hati. Tatapannya penuh kehati-hatian sekaligus kasih sayang.

"Ryan …."

Ryan bahkan tidak menoleh pada Yunda. Dia menepis tangan Yunda, lalu melangkah pergi.

Wajah Yunda pun langsung pucat pasi.
Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
100 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status