Share

BAB 5. Makan Malam Keluarga

“Kumohon Kevin, Aku hanya minta, ijinkan aku tinggal di apartemenku sebelum acara makan malam keluarga kita. Aku, berjanji tidak akan berbuat yang macam-macam,” tangis Felisha sambil memohon kepada Kevin.

Kevin merasa ragu dengan permintaan Felisha. Tapi, dia juga tidak tega melihat wajah sembab wanitanya. Kevin menyadari perbuatannya yang terlalu ekstrem dengan dalil menolong Felisha memang tidak masuk di akal.

“Baiklah, tapi dengan syarat kamu akan selalu ditemani sama orang kepercayaanku. Dia akan membantu di apartemen, aku juga akan menyediakan supir untuk mengantar jemput kamu.” Felisha mengangguk sambil menyeka air matanya.

“Aku, juga minta ijin untuk bertemu Clay sebelum membatalkan pernikahan kami.” Permintaan Felisha kali ini cukup mengusik perasaan Kevin.

Wajah Kevin kembali mengeras sambil mengepalkan ke dua tangannya. “Aku mohon, Kev. Bukankah pada akhirnya aku akan menjadi milikmu?”

“Lalu, di mana Clay beberapa hari ini?” tanya Kevin sambil tersenyum sinis kepada Felisha.

“Clay, ada pertemuan bisnis di Bandung. Tapi, lusa dia akan pulang. Ijinkan aku bertemu dengannya, Kevin.”

“Tidak!” Kevin lalu pergi meninggalkan Felisha begitu saja.

“Pak Kadir, tolong jemput Felisha sekarang di lobi rumah sakit dan antarkan dia pulang ke apartemennya. Tolong bawa dua orang pelayan untuk selalu menemani Felisha di tempat tinggalnya!” perintah Kevin kepada supirnya.

“Baik, Tuan.” Kadir langsung menjemput Felisha dan segera mengantarkannya pulang.

Seumur hidupnya baru kali ini Felisha merasa seluruh dunia yang dibangunnya runtuh seketika.

“Non, nanti obatnya diantar sama Bi Darmi yah. Saya, harus kembali ke kantor,” ijin Pak Kadir saat menghentikan kendaraannya di depan lobi gedung apartemen.

“Terima kasih, Pak,” sahut Felisha lirih.

Ia segera menuju ke apartemennya dan saat membuka pintu unitnya , tiba-tiba saja Clay telah berdiri di depan pintu tersebut sambil memegang satu buket bunga mawar merah. “Surprise!” sambutnya.

“Clay?!” Felisha langsung memeluk tunangannya tersebut dengan posesif.

“Hei, Sayang … ada apa? Kenapa wajahmu itu sembab, hah?” tanya Clay lalu melepaskan pelukannya dan menyelidik wajah Feli.

“Aku tidak apa-apa. Aku hanya saja kepikiran kondisi adikku. Tapi, kini aku bisa tenang saat tadi mendengar kabarnya,” bohong Feli lalu masuk ke dalam dan langsung ke dapur.

“Kamu, mau makan apa? Mau, aku masakkan sesuatu?” tanya Feli, Clay langsung menggeleng.

“Tidak usah repot, aku sudah membawakanmu Pizza dan aku mau pergi fitting baju pengantin. Apa kamu bisa ikut menemaniku?” tanya Clay.

“Kamu pergi sendiri?” tanya Feli sambil tertawa dan membawa dua gelas orange jus ke meja ruang televisi.

“Aku sama Abang Kevin dong. Nanti ada beberapa temanku yang akan menjadi pendamping pernikahan kita,” terang Clay lalu meneguk jus tersebut.

Mendengar nama Kevin, Felisha langsung pusing seketika. “Kalau ramai, yah sudah pergi sendiri saja. Aku juga butuh istirahat, aku juga agak kurang enak badan, Sayang.” Felisha menghindar kembali.

Walau agak kecewa tapi, Clay tidak memaksa. “Okaylah, kalau begitu. Aku akan ke sana sendiri. Oh yah, habis itu aku mau berpesta sama teman-temanku di puncak. Katanya teman-teman, pesta para bujang sebelum aku menikah.” Clay terkekeh, melihatnya Felisha juga ikut tertawa.

“Baiklah, hati-hati di jalan. Aku, juga penasaran dengan ruang bawah tanah Vila yang Mama kasih ke kamu. Setiap ke sana, kamu pasti melarang aku untuk masuk ke sana. Kayak misterius sekali,” kekeh Feli juga mengambil gelas dan meneguk jus tersebut.

“Setelah menikah, aku akan mengajakmu ke ruangan rahasiaku. Kalau sekarang jangan dulu, itu kejutan untuk kamu. Kalau begitu aku pergi dulu yah, bye,” pamit Clay tidak lupa dia mencuri sebuah kecupan di bibir ranum Felisha.

Dua minggu pun berlalu, kini mereka akhirnya kembali dipertemukan dalam acara makan malam bersama. Keluarga Sanjaya dan keluarga Sujatmiko berkumpul dalam satu meja yang sama, sedang mencicipi sample menu makanan yang akan disajikan saat pesta nanti oleh pihak event organizer dan juga pengelola hotel bintang lima ini.

“Kamu, kenapa Nak? Keringat dingin terus sejak tadi,” bisik Betari menatap khawatir pada anak sulungnya.

“Tidak apa-apa, Ma.” Felisha lalu pergi ke toilet, dia membuka restleting pakaiannya dan mengambil nafas dalam-dalam.

“Pakaian ini sesak sekali, bagian dadanya juga rasanya sudah kekecilan,” batin Felisha melihat tubuhnya sudah mulai berubah.

Setelah agak tenang, Felisha kembali membenarkan pakaiannya dan segera keluar dari toilet tapi langkahnya dicegat oleh seseorang yang menjadi perusak hidupnya. “Lepaskan, Kev!” Feli menyibakkan tangannya saat Kevin menarik lengan Feli.

“Apa harus aku yang mengumumkan batalnya pernikahanmu dengan menyalahkan video malam pertunanganmu?”

“Kau memang brengsek, Kevin! Suasana masih ramai, apa kau tidak bisa menunggu sampai hanya tersisa kedua orang tuaku dan mamamu saja, hah?! Apa semua sepupumu juga harus tau masalah ini?” desis Felisha sambil berbisik.

Kevin lalu mengedarkan pandangannya, terlihat para sepupu sudah mulai berpamitan pulang. Tak lama kemudian Clay muncul dan menyalami orang tua Felisha. Dia juga mengambil makan sambil mengobrol ringan dengan Betari.

“Suasana sudah sepi, Feli.” Kevin kembali menuntut Felisha sambil bersedekap.

“Clay masih makan! Kau tidak lihat?!” Feli memang sengaja mengulur, dia belum siap untuk membatalkan pernikahannya.

Melihat wajah ceria semua yang datang, dirinya tidak tega harus menghancurkan harapan semua orang yang telah banyak membantu dirinya dan Clay hingga acara ini akan berlangsung satu bulan lagi.

“Okay, cukup dengan omong kosong ini!” Kevin sudah jengah dan langsung melangkah lebar menuju ke meja makan.

Melihatnya Felisha panik dan segera mengejar Kevin dari belakang.

Saat Kevin duduk di kursi semua orang tidak ada yang menghiraukannya sampai. “Pernikahan kalian harus batal!” tegas Kevin dengan wajah mengeras dan bernada dingin.

Mendengarnya Felisha langsung berhenti melangkah, dia tidak menyangka Kevin akan berbuat senekat ini. Ternyata ancaman Kevin bukanlah isapan jempol belaka. Semua kepala langsung menoleh kepada Kevin dan semua terdiam seketika, kecuali suara Clay terbatuk akibat tersedak.

Buru-buru Clay minum air putih dari gelasnya. “Apa maksud kamu, Bang? Jangan ungkit masa laluku, sejak mencintai Feli aku tidak pernah berbuat hal-hal itu lagi!” Sepertinya Clay lupa kalau bukan hanya Kevin yang memiliki sepasang telinga.

Felisha juga mengerutkan alisnya. Tapi, apa pun itu yang dibahas oleh Clay adalah masa lalunya. Ia kembali pada kenyataan masa kini yang harus dihadapinya.

“Apa maksud kamu, Kevin? Jangan buat, Mama malu,” ucap Sang Bunda menatap tidak enak kepada Betari dan suaminya.

“Tanyakan kepada Felisha, kenapa pernikahan mereka harus batal. Felisha tidak boleh menikah dengan Clay!” tegas Kevin.

Felisha gemetaran, dia juga bingung harus berbicara apa. Sampai Clay berdiri menghampirinya. “Feli, ada apa sebenarnya? Cepat katakan kepadaku, apa kamu memang mau membatalkan pernikahan kita?” tanya Clay panik.

Suasana lengang, hingga Felisha dengan cucuran air mata berkata. “Ma-maafkan aku, pernikahan ini memang harus dibatalkan.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status