Share

Chapter 03

Kawasan bagi orang-orang yang jantan, yakni terletak dipinggiran pasar malam, Suara teriakan-teriakan para kriminal, bos besar, bocah nakal, hingga seorang kupu-kupu malam yang hampir seluruhnya dari kalangan terlantar, jalanan, yatim piatu, pemulung, pengemis lantaran kurangnya diperhatikan orang, tampak jika dilihat dari dalam sangat lah ramai, hingga terdengar suara teriakan mereka sampai ke luar. Namun lihatlah tempatnya tidak seperti apa yang orang-orang pikirkan, melainkan jauh lebih becek, kumuh, terpencil, begitupula kotor. Akan tetapi jangan salah, Kelvin datang kesini bukan hanya untuk melihat-lihat saja sambil duduk diatas kursi-kursi pelastik serta menikmati tata–an dua botol minuman diatas meja, melainkan ia juga akan ikut bertarung. Lalu melakukan pembunuhannya sekali lagi kepada salah seorang anak buah lawan yang terpilih oleh titahan kata dari mulut basah bos besar, tak peduli yang dilakukannya itu salah atau benar, karena yang terpenting malam ini ia hanya harus membayarkan seluruh hutangnya agar tidak merasa terkekang. Terkadang Kelvin juga sering merutuk dalam hati, tidak terpikirkan jika masalahnya akan berjalan serumit ini, jujur tujuannya hanyalah satu, yakni ingin membunuh bos besar, bukan anak anak buahnya yang selalu berdiri dibelakang kala bos besar berjalan. Ah dasar pengecut, sekali lagi Kelvin mencerca dalam hati bahwa yang dilakukannya hari ini hanyalah suatu kebohongan saja yang akan memakan tenaga sendiri.

Malam ini udara tidak terlalu dingin, akan tetapi tetap saja harus mengenakan pakaian berkain tebal untuk berjalan-jalan keluar, dua orang preman terminal datang menemani bosnya, mereka berjalan melewati trotoar, tonggak lampu jalanan, pedagang asongan hingga ramainya para pembeli yang melangkah ditengah-tengah riuhnya pasar malam. Maka sampailah mereka bertiga didepan pagar-pagar kawat tajam yang melingkar, jika dilihat dari rupa bangunan ini mungkin saja persis seperti kandang macan, tampak amat menyeramkan begitu juga dengan isi didalamnya.

Bambang mengetuk pintu kayu lapuk, lalu langsung dibukakan oleh seorang wanita penghibur tanpa sepatah kata yang keluar, wanita itu hanya diam terbungkam menunduk lantaran ia pun sudah tahu seperti apa kekejaman Kelvin yang sudah tersohor tak lagi berpandang bulu, entah itu seorang laki-laki atau juga seorang gadis meski bermuara manis. Kelvin selalu bersikap tidak peduli selayaknya kucing liar yang tidak memiliki hati, sikapnya biasa acuh hingga membuatnya tidaklah merasa keberatan jika harus membunuh.

Sudah ia duga sebelumnya, bos besar tersenyum lepas sambil melambaikan salah satu tangannya sebagai isyarat bahwa seluruhnya telah siap. Namun kala itu Kelvin hanya membalasnya dengan diam, peduli setan jika ia akan berbuat apapun juga, dasar orang tua!. Sementara itu salah seorang anak buahnya tampak tengah melakukan pemanasan, tubuhnya begitu gagah, wajahnya tampan bak seorang aktor, rambutnya agak panjang tumbuh sebahu, bahkan fisiknya pun tampak sangat terlatih. Namun sayang jika harus dilihat dari pakaiannya ia terlihat biasa-biasa saja, ditambah dengan kaos oblong, celana pendek, serta hanya memakai alas kaki berupa sandal jepit, andai kata jika ia tahu bahwa berpakaian seperti itu sangat lah hina bagi orang berpangkat kriminal tingkat s macam dirinya. Ah sudahlah mungkin orang itu yang akan dibunuh Kelvin selanjutnya, memang sangat disayangkan sekali esok adalah hari dimana namanya terpajang pada ukiran batu nisan. Huuuhh!! lagi-lagi akhirnya Kelvin hanya bisa menghela nafas panjang, bukan karena takut, akan tetapi ia hanya merasa kasihan saja jika harus membunuh orang yang tidak memiliki masalah dengannya.

"Jika kau menang, maka aku akan bersumpah untuk selalu menjadi anak buah mu sampai akhir hayat keberadaan ku." Bos besar berbisik pelan, sejujurnya tawaran itu agak sedikit membuat Kelvin merasa senang. Bagaimana tidak sedangkan itu adalah kesempatannya yang sangat menggiurkan. "Tolong percepat waktunya!" kata Kelvin seolah ucapannya itu bagaikan sebuah hinaan bagi kehormatan seorang bos besar.

"Cih!!!!" acuhnya.

Maka ditunjukan pula oleh bos besar itu dimana tempat ia akan bertarung, bukan hanya dilantai biasa atau juga diruangan yang terkesan menjijikan, melainkan bos besar sudah sedari awal menyiapkan suatu arena dimana seorang anak buah dan lawan akan menghabiskan waktunya untuk saling membunuh, tempat itu tampak begitu jelas meski dari kejauhan Kelvin memandang. Mungkin tidak jauh berbeda seperti kebanyakan arena-arena tinju yang biasa orang tayangkan pada kaca-kaca layar televisi.

satu setengah jam masih saja lengang, Kelvin berdiri tegak sambil menatap lekat-lekat seorang musuh yang memang sudah sedari awal berdiri dengan kuat, bahkan tubuhnya pun tampak lebih berotot ketimbang dari apa yang dimilikinya, Namun pertarungan bukan lah dihitung dari besarnya rupa, melainkan mental dan kekuatan agar bisa mendapatkan kunci kemenangan.

Lawannya mengepalkan tangan erat, maka satu pukulan ia lemparkan secara tiba-tiba, akan tetapi beruntung Kelvin terperanjat serta menghindar sambil mengeluarkan sebilah pisau. Lantaran tujuannya bukan hanya sekedar untuk menang, melainkan juga ingin menunjukan kekejamannya sekali lagi terhadap lawan, andai kata malam ini kau juga bisa melihat pertarungan mereka yang saling berusaha membunuh, mungkin kau hanya akan menutup mata serta berharap bahwa jagoan yang kalian pilih lah yang akan selalu berdiri dengan kuat. Namun sayang pertandingan ini bukanlah lagi acara yang layak dipertontonkan oleh anak-anak, bukan juga tayangan yang mempertontonkan mengenai kehebatan seorang super Hero yang berbohong dibalik editan layar. Lihatlah keduanya tampak begitu kejam, tak ada belas kasih serta rasa kasihan yang terlukis di wajahnya, hanya karena ingin mempertahankan kekuasaan daerah serta kohormatan agar tidak membungkuk atau pula bertekuk lutut dihadapan orang yang salah.

Bukhh!!

Pria berotot besar melemparkan kursi wasit tepat pada kepala Kelvin, sontak membuatnya tergeletak diatas permukaan arena tanpa menghiraukan lawan akan berbuat apa, sementara wasit meniupkan peluit dan menghitung dari satu dua hingga mengucapkan angka ketiga. Akan tetapi beruntung, tatkala lawan mengepalkan tinju serta kala akan memukul wajahnya, Kelvin dengan sigap mengambil alih kesempatan itu lebih dulu. Pisaunya masihlah ia pegang erat lalu menunjukkan keangkerannya hingga menusuk salah satu mata lawan sampai buta tak lagi bisa melihat.

Saat itu pluit sang wasit masih belum ditiup juga, maka jelas pula Kelvin memiliki waktu yang sangat leluasa untuk menghancurkan wajah musuhnya, seolah pertarungan itu hanya seperti membunuh satu ekor semut tanpa kepala saja, maka dengan lincahnya ia menusuk kepala lawan hingga mengeluarkan semburat warna merah darah hampir menyipuh seluruh arena pertarungannya dengan pria itu. Hah memang sangat lucu sekali, muka Kelvin tersenyum menyeringai tajam, tampak memberikan aura yang sangat menakutkan bagi seorang bos besar hingga terciut dalam perasaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status