Share

Chapter 03

Author: Bang z05
last update Last Updated: 2021-04-30 17:36:01

Kawasan bagi orang-orang yang jantan, yakni terletak dipinggiran pasar malam, Suara teriakan-teriakan para kriminal, bos besar, bocah nakal, hingga seorang kupu-kupu malam yang hampir seluruhnya dari kalangan terlantar, jalanan, yatim piatu, pemulung, pengemis lantaran kurangnya diperhatikan orang, tampak jika dilihat dari dalam sangat lah ramai, hingga terdengar suara teriakan mereka sampai ke luar. Namun lihatlah tempatnya tidak seperti apa yang orang-orang pikirkan, melainkan jauh lebih becek, kumuh, terpencil, begitupula kotor. Akan tetapi jangan salah, Kelvin datang kesini bukan hanya untuk melihat-lihat saja sambil duduk diatas kursi-kursi pelastik serta menikmati tata–an dua botol minuman diatas meja, melainkan ia juga akan ikut bertarung. Lalu melakukan pembunuhannya sekali lagi kepada salah seorang anak buah lawan yang terpilih oleh titahan kata dari mulut basah bos besar, tak peduli yang dilakukannya itu salah atau benar, karena yang terpenting malam ini ia hanya harus membayarkan seluruh hutangnya agar tidak merasa terkekang. Terkadang Kelvin juga sering merutuk dalam hati, tidak terpikirkan jika masalahnya akan berjalan serumit ini, jujur tujuannya hanyalah satu, yakni ingin membunuh bos besar, bukan anak anak buahnya yang selalu berdiri dibelakang kala bos besar berjalan. Ah dasar pengecut, sekali lagi Kelvin mencerca dalam hati bahwa yang dilakukannya hari ini hanyalah suatu kebohongan saja yang akan memakan tenaga sendiri.

Malam ini udara tidak terlalu dingin, akan tetapi tetap saja harus mengenakan pakaian berkain tebal untuk berjalan-jalan keluar, dua orang preman terminal datang menemani bosnya, mereka berjalan melewati trotoar, tonggak lampu jalanan, pedagang asongan hingga ramainya para pembeli yang melangkah ditengah-tengah riuhnya pasar malam. Maka sampailah mereka bertiga didepan pagar-pagar kawat tajam yang melingkar, jika dilihat dari rupa bangunan ini mungkin saja persis seperti kandang macan, tampak amat menyeramkan begitu juga dengan isi didalamnya.

Bambang mengetuk pintu kayu lapuk, lalu langsung dibukakan oleh seorang wanita penghibur tanpa sepatah kata yang keluar, wanita itu hanya diam terbungkam menunduk lantaran ia pun sudah tahu seperti apa kekejaman Kelvin yang sudah tersohor tak lagi berpandang bulu, entah itu seorang laki-laki atau juga seorang gadis meski bermuara manis. Kelvin selalu bersikap tidak peduli selayaknya kucing liar yang tidak memiliki hati, sikapnya biasa acuh hingga membuatnya tidaklah merasa keberatan jika harus membunuh.

Sudah ia duga sebelumnya, bos besar tersenyum lepas sambil melambaikan salah satu tangannya sebagai isyarat bahwa seluruhnya telah siap. Namun kala itu Kelvin hanya membalasnya dengan diam, peduli setan jika ia akan berbuat apapun juga, dasar orang tua!. Sementara itu salah seorang anak buahnya tampak tengah melakukan pemanasan, tubuhnya begitu gagah, wajahnya tampan bak seorang aktor, rambutnya agak panjang tumbuh sebahu, bahkan fisiknya pun tampak sangat terlatih. Namun sayang jika harus dilihat dari pakaiannya ia terlihat biasa-biasa saja, ditambah dengan kaos oblong, celana pendek, serta hanya memakai alas kaki berupa sandal jepit, andai kata jika ia tahu bahwa berpakaian seperti itu sangat lah hina bagi orang berpangkat kriminal tingkat s macam dirinya. Ah sudahlah mungkin orang itu yang akan dibunuh Kelvin selanjutnya, memang sangat disayangkan sekali esok adalah hari dimana namanya terpajang pada ukiran batu nisan. Huuuhh!! lagi-lagi akhirnya Kelvin hanya bisa menghela nafas panjang, bukan karena takut, akan tetapi ia hanya merasa kasihan saja jika harus membunuh orang yang tidak memiliki masalah dengannya.

"Jika kau menang, maka aku akan bersumpah untuk selalu menjadi anak buah mu sampai akhir hayat keberadaan ku." Bos besar berbisik pelan, sejujurnya tawaran itu agak sedikit membuat Kelvin merasa senang. Bagaimana tidak sedangkan itu adalah kesempatannya yang sangat menggiurkan. "Tolong percepat waktunya!" kata Kelvin seolah ucapannya itu bagaikan sebuah hinaan bagi kehormatan seorang bos besar.

"Cih!!!!" acuhnya.

Maka ditunjukan pula oleh bos besar itu dimana tempat ia akan bertarung, bukan hanya dilantai biasa atau juga diruangan yang terkesan menjijikan, melainkan bos besar sudah sedari awal menyiapkan suatu arena dimana seorang anak buah dan lawan akan menghabiskan waktunya untuk saling membunuh, tempat itu tampak begitu jelas meski dari kejauhan Kelvin memandang. Mungkin tidak jauh berbeda seperti kebanyakan arena-arena tinju yang biasa orang tayangkan pada kaca-kaca layar televisi.

satu setengah jam masih saja lengang, Kelvin berdiri tegak sambil menatap lekat-lekat seorang musuh yang memang sudah sedari awal berdiri dengan kuat, bahkan tubuhnya pun tampak lebih berotot ketimbang dari apa yang dimilikinya, Namun pertarungan bukan lah dihitung dari besarnya rupa, melainkan mental dan kekuatan agar bisa mendapatkan kunci kemenangan.

Lawannya mengepalkan tangan erat, maka satu pukulan ia lemparkan secara tiba-tiba, akan tetapi beruntung Kelvin terperanjat serta menghindar sambil mengeluarkan sebilah pisau. Lantaran tujuannya bukan hanya sekedar untuk menang, melainkan juga ingin menunjukan kekejamannya sekali lagi terhadap lawan, andai kata malam ini kau juga bisa melihat pertarungan mereka yang saling berusaha membunuh, mungkin kau hanya akan menutup mata serta berharap bahwa jagoan yang kalian pilih lah yang akan selalu berdiri dengan kuat. Namun sayang pertandingan ini bukanlah lagi acara yang layak dipertontonkan oleh anak-anak, bukan juga tayangan yang mempertontonkan mengenai kehebatan seorang super Hero yang berbohong dibalik editan layar. Lihatlah keduanya tampak begitu kejam, tak ada belas kasih serta rasa kasihan yang terlukis di wajahnya, hanya karena ingin mempertahankan kekuasaan daerah serta kohormatan agar tidak membungkuk atau pula bertekuk lutut dihadapan orang yang salah.

Bukhh!!

Pria berotot besar melemparkan kursi wasit tepat pada kepala Kelvin, sontak membuatnya tergeletak diatas permukaan arena tanpa menghiraukan lawan akan berbuat apa, sementara wasit meniupkan peluit dan menghitung dari satu dua hingga mengucapkan angka ketiga. Akan tetapi beruntung, tatkala lawan mengepalkan tinju serta kala akan memukul wajahnya, Kelvin dengan sigap mengambil alih kesempatan itu lebih dulu. Pisaunya masihlah ia pegang erat lalu menunjukkan keangkerannya hingga menusuk salah satu mata lawan sampai buta tak lagi bisa melihat.

Saat itu pluit sang wasit masih belum ditiup juga, maka jelas pula Kelvin memiliki waktu yang sangat leluasa untuk menghancurkan wajah musuhnya, seolah pertarungan itu hanya seperti membunuh satu ekor semut tanpa kepala saja, maka dengan lincahnya ia menusuk kepala lawan hingga mengeluarkan semburat warna merah darah hampir menyipuh seluruh arena pertarungannya dengan pria itu. Hah memang sangat lucu sekali, muka Kelvin tersenyum menyeringai tajam, tampak memberikan aura yang sangat menakutkan bagi seorang bos besar hingga terciut dalam perasaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 24

    Di pinggiran gubuk-gubuk tua itu dia masih berdiri bergelut dengan pikirannya yang tengah kacau, tepat sekali di depan matanya kertas perjanjian itu robek kemudian hangus oleh sisa-sisa arang pembakaran. Kelv tahu dia pasti sangat marah setelah menyaksikan apa yang telah Kelv perbuat, kemudian secara sengaja lelaki itu pun meludah, menepuk tangan kekarnya penuh gaya, seraya membuka kain yang menutupi tubuhnya dan berkata, “Mari kita bertarung!”Kelvin yang mendengar ocehan lelaki tadi langsung memperlihatkan wajah dinginnya dan mendengus malas, menatap remeh pada lawannya. Baginya dia hanya lah seekor semut kecil yang tersesat di tengah hutan belantara saja, dan tidak tahu harus pulang ke mana. Namun sayangnya lelaki itu sudah bertindak yang melampaui batas, yang tak seharusnya lah untuk semut itu menantang hewan buas yang tidak berselera untuk membunuhnya.Kemudian Kelvin dengan tenangnya hanya melirik ke arah arloji yang sering kali ia kenakan, lalu berpi

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 23

    Merekalah yang selalu bertanya-tanya apa alasan Kelvin tidak menikahinya, jika tidak bisa mengapa tidak mencari gadis yang lain saja? Akan tetapi bukan itu masalahnya, mungkin bisa saja ada ribuan gadis di luar sana yang bersedia bersamanya, tapi apakah harus Kelv mengecewakan gadis yang lebih dulu sudah begitu rela menatap penghidupannya yang tiada warna.Oleh karena itu dia selalu diam dan diam, biarkan gadis yang dia pilih itu memutuskan. Dan biarkan ungkapan perasaannya terungkap melalui bibirnya dengan segala kata yang menyangkut rasa cinta, biarkan dirinya juga yang menumpahkan segala warna-warna indah yang memesona itu ke dalam penghidupan yang tiada makna saat ini baginya.Telah diramalkan hari, waktu yang pasti dia akan menjawabnya, dan semua orang akan berhenti untuk berbicara dari belakang, mungkin benar, hanya pembuktian yang akan menyelesaikan segala kedewasaan, bersamaan dengan keresahan hati atas penyesalannya yang menggelora oleh lontaran kata-kata yang

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 22

    Masalah ini bukan tentang ada atau tidaknya kata restu dari seorang wanita tua, melainkan tentang gadis itu yang menjadi prioritas utama, setidaknya kita masih ada waktu menjalankan semuanya dari semula, dan barangkali Kelv bisa menatapnya tersenyum lagi pada luasnya hamparan Padang rumput bak sebuah permadani di atas pegunungan yang diliputi oleh pepohonan, seraya mendengarnya yang kadang bernyanyi. Cukup hanya dengan bersamanya saja dia bisa merasakan kebebasan yang telah lama ia cari.Sudah siang menjelang sore. Adelia Kansha seorang gadis yang duduk di atas kursinya hanya memberikan sedikit roti padanya, hanya ini yang dia punya, bukan lantaran keterbatasan uang untuk membeli semua makanan, melainkan roti mengingatkan ia akan dinginnya pertemuan antara keduanya pada dua puluh tahun silam.Tidak ada yang berubah, dia masih memotong roti itu menjadi dua, sebagian untuk Kelvin sebagian untuk nya, dan itu cukup membuat suasananya menjadi hangat meski tak ada perapian yan

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 21

    Mobil untuk muatan itu berhenti di atas permukaan pasir, kemudian seorang supir yang berpakaian kain kusut turun menampakkan dirinya, seraya bertemu secara langsung dengan ke empat preman penuh gaya yang mana wajahnya sama-sama tersengat matahari. Tatkala mereka telah menunggu selama berjam-jam setelah mempersiapkan barang-barang bawaan yang akan di bawa. “Ayo!” kata seorang supir, lantas dengan sikap penuh khidmat kedua orang di antara empat preman itu menaikinya. Ya kami menaiki mobil itu sebagai alat transportasi menuju negeri perbukitan. Memang kedua kota itu jaraknya tidaklah terlalu jauh, namun jika harus ditempuh melalui berjalan kaki tetap saja harus berbekal persediaan yang cukup. Lantaran ada banyak hutan, beserta gundukan pasir di depan sana, dan tambahkan saja dengan jalan berliku memanjang yang harus kau ketahui. Sudah hampir setengah jam ketika mereka berada ditengah-tengah perjalanan. menanjak pada sebuah gundukan pasir terkadang mobil yang ditumpangi

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 20

    Bilamana Kelv telah tiba pada sebuah rumah, manakala di dalamnya pula terdapat banyak sekali pakaian-pakaian kumuh yang tampak bergelantungan, sebagian berserak memenuhi setiap permukaan lantai kamar. Nyaris pakaian itu menghalangi pandangan Kelvin, maka dengan tenang ia hanya berusaha menghela nafas panjang, dan lebih memilih untuk mencari Nazma tanpa terpikirkan akan sebuah pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya.Jauh sekali ia menerawang pada sebuah bayangan hitam yang melingkupi kegelapan, tapi apakah harus Kelv mengasihaninya terus-terusan? Jangan salah Nazma sudah besar, akan tetapi sayang seperti tidak memiliki akal. Maka keluarlah, tunjukan segala keberadaan, jika perlu bercerita dan ungkapkan apa permasalahannya.“Anak muda, apa yang kau lakukan di sini?” tanya seseorang tanpa menunjukkan letak keberadaannya, laksana sesosok arwah yang tidak memiliki keberanian, sayang kejadiannya bukanlah aku yang tengah kesetanan, melainkan ini memang

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 19

    “Kelvin si preman yang telah berhasil menguasai terminal. Jadi seperti itu orang-orang memanggilnya.”“Benar tuan.” Faisal menimpali ucapan sang pewaris tuan walikota. Sontak saja dengan geram, tuan Hendrik tampak mulai bergumam, “Kakak ternyata pangkat mu sangat menyedihkan...”Sudah saatnya pulang. Tapi entah mengapa ada perasaan cemas menyelimuti hati tuan Hendrik. Bagaimana tidak! Jauh dia menerawang pada segala terkaan bahwa kakaknya sebentar lagi akan pulang setelah mengetahui kebenaran. Sayang permasalahannya bukanlah terdapat pada tuan Hendrik (adiknya) sendiri, melainkan kepada kesalahan kedua orang tuanya juga atas segala tindakan yang menyangkut kecerobohannya.Andaikata semua orang tahu, bila Kelv bukanlah anak yang tidak diinginkan, melainkan putra sah dari seorang walikota, mungkin saja segala kehormatan akan senantiasa tercurah kepadanya. Sayang dia terbuang lantaran sebuah kesalahan yang membuatnya dianggap seb

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 18

    Sudah hampir setengah jam, tuan Hendrik atau yang lebih dikenal sebagai pewaris tuan wali kota itu duduk diatas kursi kerjanya. Mendatangani lembaran surat surat penting. Namun agaknya tuan Hendrik tampak begitu jemu dengan pekerjaannya, atau bisa jadi sedang dalam keadaan kurang sehat.Lantas dia mulai membunyikan lonceng sebagai isyarat akan sebuah permohonan kepada pak Rustam, salah seorang yang bekerja sebagai asisten pribadinya. Langsung saja dengan cekatan pak Rustam bertanya secara sopan, "Apa ada yang bisa saya bantu kembali, tuan?""Ambil kunci mobil! Kita akan pergi menemui anak itu lagi.""Baik, tuan." Lagi-lagi pak Rustam hanya bisa mengiyakan tanpa tiada mampu mengatakan sepatah kata apapun lagi. Maka dengan sekali kejapan mata saja, mobil sang pewaris tuan wali kota kini telah berada di depannya."Mari tuan!" Pak Rustam membuka pintu mobil, seraya mulai mempersilahkan tuannya masuk terlebih dahulu. Sejujurnya ini kali pertamanya pak Rustam m

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 17

    Kelvin sudah begitu asyik dengan pekerjaan-pekerjaan yang bisa membuatnya menghasilkan puluhan uang, membuatnya menjadi orang yang amat diuntungkan. Namun tanpa sadar, keindahan itu berubah ketika jiwanya yang terpejam dalam kelamnya malam. Ia bisa mengenali bagaimana perasaan-perasaan itu tumbuh dalam kebisuan yang nyaman. Kemudian mengenang kehangatan sang mentari pagi hari yang menyapa pucuk-pucuk ilalang nan bergoyang mengiringi sebuah kebebasan. Maka tampak pula olehnya meski terhalang oleh ribuan rimba-rimba liar itu sebuah petakan rumah-rumah yang begitu tenang, dan setiap taman dan jalan tempat pertemuan yang sering kali Kelv lukis kan dalam sebuah mimpi-mimpi yang mengerikan. Mengerikan lantaran disana pula terdapat seorang gadis yang amat ia kasihi tengah menungguinya pulang dalam kemenangan. Maka ingatkah dahulu kau bilang janji, dahulu kau bilang itu pasti, namun dalam kenyataan pahit gadis itu tetap setia menunggui mu kembali.Kebetulan waktunya untuk Kelv bekerja

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 16

    Dengan perlahan dan lembut, bagai sebuah mimpi yang tiada mampu menafsirkannya, setelah Nazma menangkap sebuah nama seraya langsung ia renungkan saat kegelapan kaki langit melingkupi kedua bola matanya yang memancarkan kerlip cahaya kebenaran-kebenaran lama yang memesona meski tersamarkan.Sekilas Kelv menghela napas panjangnya setelah kata-kata haru itu telah usai dari dalam telinganya, berusaha menghentikan siksaan dalam dada seperti sebuah gigitan yang merindukan kasih sayang. Adakalanya ia juga merasa bahwa hidupmu dan hidupku tak jauh berbeda selayaknya mahkluk rapuh yang berdosa, terjebak dalam jeruji nestapa, dan yang paling kita harapkan adalah sebuah kebebasan dimana burung burung bisa senantiasa mengepakkan sayapnya terbang hingga ke angkasa, menikmati keindahan awan, dan langit tinggi tanpa batas yang membentangkan keagungan dari harapan-harapan belaian rahmat dari Tuhannya. Sekali lagi kita sama Nazma, aku juga makhluk yang berdosa. Suara derit engsel yang kau sere

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status