Sukar agar bisa kau percaya kala seorang pion dalam suatu permainan tak sengaja meluluhkan kewibawaan seorang raja, lihatlah kenyataan yang tertonton leluasa didepan mata begitu amat jelas kau juga bisa melihat, begitu juga dengan wajah dari seorang kucing liar itu bagai bara ditengah panasnya lava, agresif dan menyeramkan meninggalkan bekas goresan luka diwajahnya menghias sifat kekejamannya dalam pandangan bos besar atau juga yang kini berganti nama sebagai pelayan, tampak gigi grahamnya menggeram lantaran suatu perantara dari seorang anak buah yang sudah ia bayar mahal mahal kini tergeletak tak berdaya sambil memohon pengampunan pada detik-detik embusan terakhirnya, sayang waktunya sudah selesai tuan, kau kini telah kalah, maka tuntas lah seluruh hutangnya saat itu juga, begitu pula dengan bos besar yang sudah terlanjur luruh dalam lembah kehinaan, tatkala ia menundukkan muka dibawah gagahnya kedua sepasang kaki yang dimiliki oleh pak kucing liar. Namun sikap acuh dan dingin yang sudah terikat dalam tabiatnya membuat seorang Kelvin ingin segera keluar dari tempat najis yang memang amat terpaksa harus ia pijaki.
Tidak peduli dengan kewibawaan ataupun memperoleh pangkat sebagai bos besar. Lantaran dalam hati Kelvin yang telah lama bersarang mengenai sisa puing-puing ingatan pada masa kelam, membuat ia ingin pergi memulai perjalanan barunya, ingin merubah seluruh tabiat keburukannya, sudahlah biarkan kekuasaannya itu Kelvin turunkan sebagai warisan kepada Bang dan Sat, sejujurnya ia sudah tidak membutuhkannya lagi untuk kali ini, andaikata bilamana jika ia bisa bertemu lagi dengan seorang gadis yang tak henti-hentinya masih ia ingat bahkan juga sudah lama Kelvin anggap sebagai cinta pertamanya, maka saat itu juga Kelvin akan kembali, tapi bukan sebagai preman atau pula bos besar, melainkan selazimnya orang yang tersohor akan kerendahan hatinya sebagai seorang pemenung dalam ajaran-ajaran Islam, jujur niatan itu tiba-tiba saja datang bilamana memang benar gadis berkerudung hitam itulah yang dahulu pernah sengaja menghibahkan tiga potong roti untuknya pada saat kejadian dua puluh tahun silam.
Tapi tetap saja meski Kelvin sudah pernah bertemu dua kali dengan gadis itu, ia belum pernah mengenali siapa namanya dan dimana pula ia berada?. Ah entahlah jangan tanyakan itu kepada sang takdir yang telah dirahasiakan, tanyakan saja itu pada dirimu sendiri lantaran kau juga yang mengambil keputusan.
"Tolong, aku titipkan keamanan terminal dan seluruh bawahan bos besar pada kalian!" pinta Kelvin sebelum melangkah pergi meninggalkan kedua anak buahnya.
"Tapi bos, kau akan pergi kemana?" sahut bang bertanya.
"Aku ada urusan pribadi, berharap saja bahwa aku akan kembali lagi nanti." Kelvin menjawab, memandang sayu kearah gedung-gedung yang entah apa namanya, mata Kelvin yang sejernih telaga dipuncak perbukitan sana berusaha untuk menerawang suatu tebakan-tebakan yang tidak terkira berpuluh mil mil-nya, kemana ia akan langkahkan kakinya untuk terus berjalan, berjalan dan berjalan, yang artinya malam ini ia akan mengembara, tidak peduli berpuluh-puluh negeri asing yang sebenarnya belum pernah ia ketahui melalu surat kabar, koran, atau juga sebuah kata-kata dari seorang penyiar berita. karena yang pasti malam ini kakinya melangkah hanya demi sebuah ucapan kata dan senyuman yang membuat Kelvin menjadi setengah gila, ya gila karena cinta sepotong roti yang dibagi menjadi tiga. Andaikata semua orang tahu, betapa begitu besarnya arti dari suatu pemberian dan senyuman itu bagi seorang preman yang kesepian, terlantar bahkan juga tidak terlalu dipedulikan orang. Lantaran dari suatu ucapannya itu terdapat pula suatu doa yang tidak bisa kau sadari melalui ungkapan perasaan. Itulah agaknya yang mungkin membuat orang-orang merasa kebingungan mengenai keputusan seorang preman, terlantar begitu juga dengan orang yang tidak terlalu dipedulikan orang.
Satu dua dari suara riuh orang-orang jelas begitu terngiang dalam bayangan, kota ini selalu saja ramai tanpa mempedulikan hari yang sudah mulai petang, lampu berwarna-warni itu juga ikut meramaikan suasana kota hujan dikala malam, kapan orang-orang akan mengerti bahwa kau juga harus memejamkan mata mu di atas ranjang. Begitu pula dengan angin yang berhembus kian kencang, bilamana hawa dingin bagai percikan es itupun kian marasuk hingga membekukan tulang setiap orang, gigi mereka menggeram kedinginan. Lantas mengapa orang-orang masih saja keluar.
Tampak dari seberang ujung jalan sana sebuah kendaraan melaju hingga jauh dan menjauh, kendaraan itu menghilang bagai ditelan oleh kegelapan malam, sampai Kelvin juga menyadari bahwa terminal yang dahulu sebagai kenang-kenangannya kini kian ikut tak terlihat meski sudah ia perhatikan sejauh matanya memandang, akan tetapi Kelvin sudah putuskan bahwa ia tidak akan pernah lagi menengok ke belakang, lantaran terminal itu juga yang mengingatkan ia akan seluruh kekejamannya sebagai balasan dendam.
Di pinggiran gubuk-gubuk tua itu dia masih berdiri bergelut dengan pikirannya yang tengah kacau, tepat sekali di depan matanya kertas perjanjian itu robek kemudian hangus oleh sisa-sisa arang pembakaran. Kelv tahu dia pasti sangat marah setelah menyaksikan apa yang telah Kelv perbuat, kemudian secara sengaja lelaki itu pun meludah, menepuk tangan kekarnya penuh gaya, seraya membuka kain yang menutupi tubuhnya dan berkata, “Mari kita bertarung!”Kelvin yang mendengar ocehan lelaki tadi langsung memperlihatkan wajah dinginnya dan mendengus malas, menatap remeh pada lawannya. Baginya dia hanya lah seekor semut kecil yang tersesat di tengah hutan belantara saja, dan tidak tahu harus pulang ke mana. Namun sayangnya lelaki itu sudah bertindak yang melampaui batas, yang tak seharusnya lah untuk semut itu menantang hewan buas yang tidak berselera untuk membunuhnya.Kemudian Kelvin dengan tenangnya hanya melirik ke arah arloji yang sering kali ia kenakan, lalu berpi
Merekalah yang selalu bertanya-tanya apa alasan Kelvin tidak menikahinya, jika tidak bisa mengapa tidak mencari gadis yang lain saja? Akan tetapi bukan itu masalahnya, mungkin bisa saja ada ribuan gadis di luar sana yang bersedia bersamanya, tapi apakah harus Kelv mengecewakan gadis yang lebih dulu sudah begitu rela menatap penghidupannya yang tiada warna.Oleh karena itu dia selalu diam dan diam, biarkan gadis yang dia pilih itu memutuskan. Dan biarkan ungkapan perasaannya terungkap melalui bibirnya dengan segala kata yang menyangkut rasa cinta, biarkan dirinya juga yang menumpahkan segala warna-warna indah yang memesona itu ke dalam penghidupan yang tiada makna saat ini baginya.Telah diramalkan hari, waktu yang pasti dia akan menjawabnya, dan semua orang akan berhenti untuk berbicara dari belakang, mungkin benar, hanya pembuktian yang akan menyelesaikan segala kedewasaan, bersamaan dengan keresahan hati atas penyesalannya yang menggelora oleh lontaran kata-kata yang
Masalah ini bukan tentang ada atau tidaknya kata restu dari seorang wanita tua, melainkan tentang gadis itu yang menjadi prioritas utama, setidaknya kita masih ada waktu menjalankan semuanya dari semula, dan barangkali Kelv bisa menatapnya tersenyum lagi pada luasnya hamparan Padang rumput bak sebuah permadani di atas pegunungan yang diliputi oleh pepohonan, seraya mendengarnya yang kadang bernyanyi. Cukup hanya dengan bersamanya saja dia bisa merasakan kebebasan yang telah lama ia cari.Sudah siang menjelang sore. Adelia Kansha seorang gadis yang duduk di atas kursinya hanya memberikan sedikit roti padanya, hanya ini yang dia punya, bukan lantaran keterbatasan uang untuk membeli semua makanan, melainkan roti mengingatkan ia akan dinginnya pertemuan antara keduanya pada dua puluh tahun silam.Tidak ada yang berubah, dia masih memotong roti itu menjadi dua, sebagian untuk Kelvin sebagian untuk nya, dan itu cukup membuat suasananya menjadi hangat meski tak ada perapian yan
Mobil untuk muatan itu berhenti di atas permukaan pasir, kemudian seorang supir yang berpakaian kain kusut turun menampakkan dirinya, seraya bertemu secara langsung dengan ke empat preman penuh gaya yang mana wajahnya sama-sama tersengat matahari. Tatkala mereka telah menunggu selama berjam-jam setelah mempersiapkan barang-barang bawaan yang akan di bawa. “Ayo!” kata seorang supir, lantas dengan sikap penuh khidmat kedua orang di antara empat preman itu menaikinya. Ya kami menaiki mobil itu sebagai alat transportasi menuju negeri perbukitan. Memang kedua kota itu jaraknya tidaklah terlalu jauh, namun jika harus ditempuh melalui berjalan kaki tetap saja harus berbekal persediaan yang cukup. Lantaran ada banyak hutan, beserta gundukan pasir di depan sana, dan tambahkan saja dengan jalan berliku memanjang yang harus kau ketahui. Sudah hampir setengah jam ketika mereka berada ditengah-tengah perjalanan. menanjak pada sebuah gundukan pasir terkadang mobil yang ditumpangi
Bilamana Kelv telah tiba pada sebuah rumah, manakala di dalamnya pula terdapat banyak sekali pakaian-pakaian kumuh yang tampak bergelantungan, sebagian berserak memenuhi setiap permukaan lantai kamar. Nyaris pakaian itu menghalangi pandangan Kelvin, maka dengan tenang ia hanya berusaha menghela nafas panjang, dan lebih memilih untuk mencari Nazma tanpa terpikirkan akan sebuah pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya.Jauh sekali ia menerawang pada sebuah bayangan hitam yang melingkupi kegelapan, tapi apakah harus Kelv mengasihaninya terus-terusan? Jangan salah Nazma sudah besar, akan tetapi sayang seperti tidak memiliki akal. Maka keluarlah, tunjukan segala keberadaan, jika perlu bercerita dan ungkapkan apa permasalahannya.“Anak muda, apa yang kau lakukan di sini?” tanya seseorang tanpa menunjukkan letak keberadaannya, laksana sesosok arwah yang tidak memiliki keberanian, sayang kejadiannya bukanlah aku yang tengah kesetanan, melainkan ini memang
“Kelvin si preman yang telah berhasil menguasai terminal. Jadi seperti itu orang-orang memanggilnya.”“Benar tuan.” Faisal menimpali ucapan sang pewaris tuan walikota. Sontak saja dengan geram, tuan Hendrik tampak mulai bergumam, “Kakak ternyata pangkat mu sangat menyedihkan...”Sudah saatnya pulang. Tapi entah mengapa ada perasaan cemas menyelimuti hati tuan Hendrik. Bagaimana tidak! Jauh dia menerawang pada segala terkaan bahwa kakaknya sebentar lagi akan pulang setelah mengetahui kebenaran. Sayang permasalahannya bukanlah terdapat pada tuan Hendrik (adiknya) sendiri, melainkan kepada kesalahan kedua orang tuanya juga atas segala tindakan yang menyangkut kecerobohannya.Andaikata semua orang tahu, bila Kelv bukanlah anak yang tidak diinginkan, melainkan putra sah dari seorang walikota, mungkin saja segala kehormatan akan senantiasa tercurah kepadanya. Sayang dia terbuang lantaran sebuah kesalahan yang membuatnya dianggap seb
Sudah hampir setengah jam, tuan Hendrik atau yang lebih dikenal sebagai pewaris tuan wali kota itu duduk diatas kursi kerjanya. Mendatangani lembaran surat surat penting. Namun agaknya tuan Hendrik tampak begitu jemu dengan pekerjaannya, atau bisa jadi sedang dalam keadaan kurang sehat.Lantas dia mulai membunyikan lonceng sebagai isyarat akan sebuah permohonan kepada pak Rustam, salah seorang yang bekerja sebagai asisten pribadinya. Langsung saja dengan cekatan pak Rustam bertanya secara sopan, "Apa ada yang bisa saya bantu kembali, tuan?""Ambil kunci mobil! Kita akan pergi menemui anak itu lagi.""Baik, tuan." Lagi-lagi pak Rustam hanya bisa mengiyakan tanpa tiada mampu mengatakan sepatah kata apapun lagi. Maka dengan sekali kejapan mata saja, mobil sang pewaris tuan wali kota kini telah berada di depannya."Mari tuan!" Pak Rustam membuka pintu mobil, seraya mulai mempersilahkan tuannya masuk terlebih dahulu. Sejujurnya ini kali pertamanya pak Rustam m
Kelvin sudah begitu asyik dengan pekerjaan-pekerjaan yang bisa membuatnya menghasilkan puluhan uang, membuatnya menjadi orang yang amat diuntungkan. Namun tanpa sadar, keindahan itu berubah ketika jiwanya yang terpejam dalam kelamnya malam. Ia bisa mengenali bagaimana perasaan-perasaan itu tumbuh dalam kebisuan yang nyaman. Kemudian mengenang kehangatan sang mentari pagi hari yang menyapa pucuk-pucuk ilalang nan bergoyang mengiringi sebuah kebebasan. Maka tampak pula olehnya meski terhalang oleh ribuan rimba-rimba liar itu sebuah petakan rumah-rumah yang begitu tenang, dan setiap taman dan jalan tempat pertemuan yang sering kali Kelv lukis kan dalam sebuah mimpi-mimpi yang mengerikan. Mengerikan lantaran disana pula terdapat seorang gadis yang amat ia kasihi tengah menungguinya pulang dalam kemenangan. Maka ingatkah dahulu kau bilang janji, dahulu kau bilang itu pasti, namun dalam kenyataan pahit gadis itu tetap setia menunggui mu kembali.Kebetulan waktunya untuk Kelv bekerja
Dengan perlahan dan lembut, bagai sebuah mimpi yang tiada mampu menafsirkannya, setelah Nazma menangkap sebuah nama seraya langsung ia renungkan saat kegelapan kaki langit melingkupi kedua bola matanya yang memancarkan kerlip cahaya kebenaran-kebenaran lama yang memesona meski tersamarkan.Sekilas Kelv menghela napas panjangnya setelah kata-kata haru itu telah usai dari dalam telinganya, berusaha menghentikan siksaan dalam dada seperti sebuah gigitan yang merindukan kasih sayang. Adakalanya ia juga merasa bahwa hidupmu dan hidupku tak jauh berbeda selayaknya mahkluk rapuh yang berdosa, terjebak dalam jeruji nestapa, dan yang paling kita harapkan adalah sebuah kebebasan dimana burung burung bisa senantiasa mengepakkan sayapnya terbang hingga ke angkasa, menikmati keindahan awan, dan langit tinggi tanpa batas yang membentangkan keagungan dari harapan-harapan belaian rahmat dari Tuhannya. Sekali lagi kita sama Nazma, aku juga makhluk yang berdosa. Suara derit engsel yang kau sere