Share

Chapter 04

Sukar agar bisa kau percaya kala seorang pion dalam suatu permainan tak sengaja meluluhkan kewibawaan seorang raja, lihatlah kenyataan yang tertonton leluasa didepan mata begitu amat jelas kau juga bisa melihat, begitu juga dengan wajah dari seorang kucing liar itu bagai bara ditengah panasnya lava, agresif dan menyeramkan meninggalkan bekas goresan luka diwajahnya menghias sifat kekejamannya dalam pandangan bos besar atau juga yang kini berganti nama sebagai pelayan, tampak gigi grahamnya menggeram lantaran suatu perantara dari seorang anak buah yang sudah ia bayar mahal mahal kini tergeletak tak berdaya sambil memohon pengampunan pada detik-detik embusan terakhirnya, sayang waktunya sudah selesai tuan, kau kini telah kalah, maka tuntas lah seluruh hutangnya saat itu juga, begitu pula dengan bos besar yang sudah terlanjur luruh dalam lembah kehinaan, tatkala ia menundukkan muka dibawah gagahnya kedua sepasang kaki yang dimiliki oleh pak kucing liar. Namun sikap acuh dan dingin yang sudah terikat dalam tabiatnya membuat seorang Kelvin ingin segera keluar dari tempat najis yang memang amat terpaksa harus ia pijaki.

Tidak peduli dengan kewibawaan ataupun memperoleh pangkat sebagai bos besar. Lantaran dalam hati Kelvin yang telah lama bersarang mengenai sisa puing-puing ingatan pada masa kelam, membuat ia ingin pergi memulai perjalanan barunya, ingin merubah seluruh tabiat keburukannya, sudahlah biarkan kekuasaannya itu Kelvin turunkan sebagai warisan kepada Bang dan Sat, sejujurnya ia sudah tidak membutuhkannya lagi untuk kali ini, andaikata bilamana jika ia bisa bertemu lagi dengan seorang gadis yang tak henti-hentinya masih ia ingat bahkan juga sudah lama Kelvin anggap sebagai cinta pertamanya, maka saat itu juga Kelvin akan kembali, tapi bukan sebagai preman atau pula bos besar, melainkan selazimnya orang yang tersohor akan kerendahan hatinya sebagai seorang pemenung dalam ajaran-ajaran Islam, jujur niatan itu tiba-tiba saja datang bilamana memang benar gadis berkerudung hitam itulah yang dahulu pernah sengaja menghibahkan tiga potong roti untuknya pada saat kejadian dua puluh tahun silam.

Tapi tetap saja meski Kelvin sudah pernah bertemu dua kali dengan gadis itu, ia belum pernah mengenali siapa namanya dan dimana pula ia berada?. Ah entahlah jangan tanyakan itu kepada sang takdir yang telah dirahasiakan, tanyakan saja itu pada dirimu sendiri lantaran kau juga yang mengambil keputusan.

"Tolong, aku titipkan keamanan terminal dan seluruh bawahan bos besar pada kalian!" pinta Kelvin sebelum melangkah pergi meninggalkan kedua anak buahnya.

"Tapi bos, kau akan pergi kemana?" sahut bang bertanya.

"Aku ada urusan pribadi, berharap saja bahwa aku akan kembali lagi nanti." Kelvin menjawab, memandang sayu kearah gedung-gedung yang entah apa namanya, mata Kelvin yang sejernih telaga dipuncak perbukitan sana berusaha untuk menerawang suatu tebakan-tebakan yang tidak terkira berpuluh mil mil-nya, kemana ia akan langkahkan kakinya untuk terus berjalan, berjalan dan berjalan, yang artinya malam ini ia akan mengembara, tidak peduli berpuluh-puluh negeri asing yang sebenarnya belum pernah ia ketahui melalu surat kabar, koran, atau juga sebuah kata-kata dari seorang penyiar berita. karena yang pasti malam ini kakinya melangkah hanya demi sebuah ucapan kata dan senyuman yang membuat Kelvin menjadi setengah gila, ya gila karena cinta sepotong roti yang dibagi menjadi tiga. Andaikata semua orang tahu, betapa begitu besarnya arti dari suatu pemberian dan senyuman itu bagi seorang preman yang kesepian, terlantar bahkan juga tidak terlalu dipedulikan orang. Lantaran dari suatu ucapannya itu terdapat pula suatu doa yang tidak bisa kau sadari melalui ungkapan perasaan. Itulah agaknya yang mungkin membuat orang-orang merasa kebingungan mengenai keputusan seorang preman, terlantar begitu juga dengan orang yang tidak terlalu dipedulikan orang.

Satu dua dari suara riuh orang-orang jelas begitu terngiang dalam bayangan, kota ini selalu saja ramai tanpa mempedulikan hari yang sudah mulai petang, lampu berwarna-warni itu juga ikut meramaikan suasana kota hujan dikala malam, kapan orang-orang akan mengerti bahwa kau juga harus memejamkan mata mu di atas ranjang. Begitu pula dengan angin yang berhembus kian kencang, bilamana hawa dingin bagai percikan es itupun kian marasuk hingga membekukan tulang setiap orang, gigi mereka menggeram kedinginan. Lantas mengapa orang-orang masih saja keluar.

Tampak dari seberang ujung jalan sana sebuah kendaraan melaju hingga jauh dan menjauh, kendaraan itu menghilang bagai ditelan oleh kegelapan malam, sampai Kelvin juga menyadari bahwa terminal yang dahulu sebagai kenang-kenangannya kini kian ikut tak terlihat meski sudah ia perhatikan sejauh matanya memandang, akan tetapi Kelvin sudah putuskan bahwa ia tidak akan pernah lagi menengok ke belakang, lantaran terminal itu juga yang mengingatkan ia akan seluruh kekejamannya sebagai balasan dendam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status