Share

Chapter 02

Debu yang biasa berhamburan terbengkalai di jalanan, kini debu itupun bercampu dengan luruh-nya air hujan, tatkala merasa diuntungkan bagi sebagian orang.

Dalam pandangan pribadi Kelvin, terminal amatlah penting, dan tonggak ini pula akan selamanya penting. Lantaran disini juga ia mencari makan, peruntungan akan nasib yang selalu diinjak orang.

Ia menyibak rambut gondrongnya kebelakang, maka tampak pula pesona wajahnya yang mungkin bisa saja menarik perhatian orang, akan tetapi sayang, ia hanyalah seorang remaja yang terpandang rendahan, selalu mengutamakan amarah ketimbang mengutamakan akal. lantaran peran pangkatnya yang biasa dibilang oleh orang-orang sebagai preman. Julukan itu bukan hanya sekedar kata haraf yang tidak mengandung makna, melainkan kata preman pula berarti kata kerja yang artinya disama persiskan seperti orang merdeka, namun tetap saja hati Kelvin berkata ia hanyalah seorang budak suruhan saja. Tak pantas ia dianggap orang bebas sedangkan kenyataan yang selalu berdiri didepan mata terkekang oleh ancaman.

"Terimakasih ya." Seorang supir angkot bewarna biru tampak bahagia lantaran bisa tertolong sebagian pekerjaannya setelah Kelvin berhasil menarik sepuluh orang penumpang didalam, maka tak lupa pula uang itupun ditambahkan.

"Sama-sama bos!" ucapnya tak kalah antusias, bahkan ia juga sempat menampakan muka yang tersenyum lepas, spontan langsung menyapu pandang pada mobil-mobil angkutan yang berjejer disampingnya. Maka tampak pula seorang gadis berkerudung hitam yang menjuntai kebawahnya, parasnya cantik merekah putih seperti bunga lili mampu memikat hati setiap orang yang memandang, tercium harum aroma parfumnya, duduk diantara kursi-kursi yang tertata rapi, menatap lekat cerahnya pelupuk cahaya jingga, di taman itu juga tampak  begitu indah oleh bunga-bunga berjejeran beserta daun yang bersih tergelincir buliran tetesan air hujan. Andaikata jika kau lihat dari rupa raut wajah gadis itu, tampaknya ia sedang menunggu atau juga merindukan seseorang, matanya sendu namun tidak terlalu banyak yang sedang ia pikirkan. Lantas lantaran merasa penasaran, Kelvin seketika terdiam tak bergeming, berdiri terpaku tanpa melakukan apapun, karena yang dilakukan ia hanyalah menatap gadis itu dari kejauhan, bagai meninggalkan sajak di atas puisi tanpa aturan pembentukan rangkap, baris, kata-kata, dan irama. Namun setelah langkahnya menuju ia untuk bisa berjumpa serta bertanya akan kemana, tiba-tiba saja ada seseorang menyela tepat dihadapan matanya, seorang lelaki berjas hitam, berdasi merah serta memakai balutan sepatu mewah berdiri di ambang gadis itu sambil membawakannya sekantum bunga, bak seorang pangeran tampan yang berpindah menyusup keluar dari negeri dongeng. Sontak emosinya pun semakin menjadi-jadi, namun tidak terlalu di ambil pusing, mungkin memang seharusnya lah untuk ia kembali sadar akan tabiatnya yang hanya sebatas orang suruhan saja.

"Bos, kami sudah kembali!!"

Kelvin mendengar karena ia juga tidak tuli, seharusnya tidaklah pantas seorang anak buah memanggil dengan intonasi suara yang terdengar begitu tinggi, ditengoknya ialah bang yang sedari tadi berdiri dibibir tepian jalan, maka dengan sangat lincah pula Bang mampu memberhentikan puluhan kendaraan yang lalu lalang menjadi berhenti seketika, ia berjalan dengan santai tanpa takut bahwa ia akan ditabrak, dan mati tergeletak di atas permukaan begitu saja. Selintas Kelvin berpikir bahwa yang dilakukannya sangatlah bodoh, namun setelah melihat pada genggaman tangan, maka tidak tahu mengapa rendamlah amarahnya itu. Tak dinyana dia langsung memberikan obat penghibur dikala derita, yakni berupa sebagian uang iuran tagihan dari para pedagang asongan, kaki lima, dan lain-lain yang ikut berjejer menjajakan dagangannya di terminal.

"Bagus!!!" sahut Kelvin merasa senang, pendapatannya jauh lebih besar lagi ketimbang dengan hari kemarin. "Selanjutnya tolong bantu supir angkot yang berada disebelah sana!, sementara Sat, jaga parkiran yang ada di depan pasar!!" lanjutnya dengan gagah ia memerintah sekali lagi.

"Baik bos."

Lagi-lagi Kelvin tersenyum lepas, wajahnya kembali berseri dikala melihat puluhan lembaran uang kertas yang kini beralih pada genggaman tangannya. Mungkin uang ini akan cukup untuk keperluan mereka dalam jangka waktu satu Minggu, gumamnya. Namun setelah ia akan beranjak pulang, terlintas seorang gadis berkerudung hitam itu berdiri pada tepian jalan sambil menatap wajah Kelvin dari kejauhan. Ah mungkin saja tidak, gumamnya langsung menyapu pandang, Namun setelah ia akan kembali menoleh kearah sang gadis, entah mengapa lengang tidak bisa berjumpa, gadis berkerudung hitam itu menghilang dari pandangannya begitu saja, sontak membuat hati kecilnya bertanya-tanya, menampakan raut wajah yang terperangah seketika, hingga ia tak sadar bahwa hari sudah hampir beranjak petang, begitu pula dengan cahaya magis yang terkesan syahdu tampak mempesona dikala ribuan tonggak lampu yang terpajang di setiap jalanan pun ikut bersinar terang benderang. Tapi ia hanya berdiri diam mematung dibawahnya sedari tadi, lantaran mengingatkan ia akan kejadian pertemuan terakhir kali ia dengan seorang gadis sang pemberi 3 potong roti, keduanya sama-sama menghilang setelah kelvin usai menyapu pandang, ditambah dengan terkaannya yang mungkin bisa saja terjadi, bahwa gadis itulah yang selama ini Kelvin cari. Hingga satu detik pun berlalu, salah seorang anak buah, Sat mengagetkan bosnya hingga terperanjat bangun dari lamunannya. "Ah hampura mamang." Sat membungkuk meminta maaf, ia tak tahu bahwa bosnya akan sekaget itu.

"Tidak apah." Kelvin balas menjawab.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status